7. Tidak berubah

7.5K 419 3
                                    

Cerita ini juga tersedia di Karya karsa, untuk yang mau baca duluan. Silahkan ke karya karsa TRNNDHT jangan lupa vote ya.

Pagi Adel di meriahkan dengan keramaian sahabat-sahabatnya, yang kini tengah berenang di kolam renang belakang rumah Adel.

Menikmati masa muda nya sekali lagi, membuat Adel bersemangat. Baju renang one piece dengan potongan punggung sangat rendah, menampilkan badan ideal remaja Adelia yang dulu tidak pernah ia tunjukkan pada siapapun, sekalipun suaminya yang bahkan terlihat jijik melihat tubuhnya.

"Wah... Adelia kita sudah berubah, dia mau memakai baju renang guys" ucap Renata bersemangat. Teman-temannya cukup tau diri, mereka ada di rumah orang lain jadi memakai pakaian renang sesopan mungkin seperti yang biasanya Adelia pakai. Namun, melihat Adel seperti ini membuat teman-temannya tersenyum jahil.

"Udah jadi tunangan orang, udah mulai berani pake seksi-seksi nih" ucap Veve.

"Masa kaya gini seksi sih? seksian kalian biasanya kalo di villa tuh" jawab Adel balik menggoda teman-temannya.

Mereka menghabiskan waktu berenang dan berbincang di pinggiran kolam renang, membicarakan sekolah dan kehidupan teman-temannya saat Adelia sudah home schooling.

Tiada di sangka, Maxime datang dan menyampirkan handuk kimono di pundak telanjang Adel. "Masuk, ganti baju" ucapnya dingin.

Adelia dan teman-temannya terdiam, namun Adelia menurut dan memakai kimononya memasuki rumah di susul teman-temannya.

"Gila, Maxime serem banget. Kaya bukan Maxime" ucap Renata, ketika melihat raut wajah Maxime yang terlihat gusar dan menakutkan baginya.

"Liat Adel pake baju seksi kali, marah dia jadinya" sahut Veve menimpali, dan masih tetap memperhatikan sejoli yang tengah berjalan beriringan memasuki rumah.

"Elah, kan Adel di rumah sendiri" celetuk Flo lebih santai.

Adelia tidak meladeni ucapan mereka, dia membilas dirinya terlebih dahulu. Tubuhnya gemetar mendengar suara dingin Maxime, air matanya tidak berhenti mengalir. Ingatan-ingatan masa lalunya membuat ia sangat takut, Adel memang tidak yakin akan masa depannya yang berubah walau masa kininya sudah sangat berubah di banding kehidupannya yang dulu.

"Del, masih lama? Di tunggu Maxime tuh" ketukan pintu dan suara Flo menyadarkan Adel.

"Iya ini udah selesai" jawab Adel, tidak bisa menutupi wajah sembabnya. Ia bergegas mengeringkan rambut dan merapikannya.

Di susul teman-teman lain yang membersihkan diri, Adel keluar kamar untuk menemui Maxime yang sudah duduk manis dengan ponsel di tangannya, kemudian menyadari kehadiran Adel dan tersenyum hangat padanya.

"Sini" ucap Maxime meminta Adelia duduk, namun ketika Adel melewati Maxime. Max menarik Adel untuk duduk di pangkuannya, membuat Adel terkesiap. "Tunangan aku berani banget sekarang pakai baju seksi" bisik Maxime di balik lehernya, membuat Adelia merinding di buatnya.

"Max~" suara Adel tertahan, ketika tangan Maxime mengelus lembut ke dua sisi tangan Adel.

Maxime menciumi punduk dan tengkuk Adel, menghirup dalam aroma tubuh Adel. "Max, lepas ada temen-temen" ucap Adel mencoba keluar dari kungkungan Maxime. "Ahhh Max-" Adel terkejut tidak dapat menahan suaranya ketika Maxime mencecap lehernya.

"Kamu tidak boleh pakai pakaian seksi selama aku ga ada, atau aku akan menghukummu lebih dari ini" ucap Maxime parau, Adel merasakan pantatnya seakan di tusuk benda tumpul membuat wajah Adel memerah membayangkannya.

"Max, ah" suara Adel kembali lolos ketika tangan Maxime memasuki kaos longgar Adel, dan menyentuh bukit kembar miliknya, bahkan memainkan puncaknya. Adel menggigit bibirnya, menahan tangan Maxime tidak melakukan hal yang lebih dari ini. Adel terkejut, dulu ia sangat menginginkan sentuhan Maxime di kehidupannya yang lalu. Namun, entah kenapa kini ia merasa takut dan air matanya menetes begitu saja.

Maxime melepaskan sentuhannya dan memeluk Adel dari belakang, "Ayah memintaku melanjutkan kuliah di Australia" ucapan Maxime selanjutnya dengan suara paraunya membuat Adel seakan di tusuk ribuan belati di dadanya.

Masa depan tidak sepenuhnya berubah, dulu Maxime juga kuliah di luar negeri dan terjadi hal yang akan merubah Maxime seluruhnya.

"Kenapa harus di Australia? Apa tidak bisa di sini saja nemenin aku?" Tanya Adel dengan suara bergetar menahan isakannya.

Maxime terkejut mendapati wajah Adel yang sudah berderai air mata, "Hei kenapa sampai nangis?" Wajah Maxime tidak bisa menyembunyikan kepanikannya, di tariknya Adel ke dalam pelukannya. "Kamu ga mau kita jauhan?" Tanya Maxime. Adel mengangguk cepat.

"Bisa kan kamu disini aja? Sama aku?" Tanya Adel

Maxime masih setia memeluk Adelia, tenggelam dalam pikirannya. Sedangkan Adel menanti jawaban Maxime dengan dada berdebar, dia tidak ingin kehilangan Maxime kedua kalinya. Dia tidak ingin Maxime kembali terluka dan melukai seluruh keluarganya.

"Max" panggil Adel menyadarkan lamunan Maxime.

"Nanti aku akan bilang Ayah" jawab Maxime tapi tidak memuaskan hati Adel.

"Kamu ga mau sama aku aja? Kita deketan aja kaya gini terus" isak Adel.

Maxime tersenyum tipis, mengelus punggung Adel menenangkannya. "Mau dong, tapi kan pendidikan ku juga penting Adel. Apalagi Ayah sendiri yang memintanya"

Jawaban Maxime membuat kaki Adel lemas, dia masih tidak sepenting itu di kehidupan Maxime. Seharusnya dia menyadarinya, bahkan semua terlalu cepat. Maxime yang dulu tidak sehangat ini karena Adel yang selalu jaga jarak, bisa jadi saat ini Maxime hanya menghargai persahabatan keluarga mereka. Memikirkan itu Adel melepaskan pelukannya, dia memaksakan senyumannya.

Mungkin memang dia harus melewati semuanya sekali lagi, dan jika saatnya tiba Adel akan merelakan Maxime di kehidupannya kali ini.

'Jika memang di kehidupan kali ini kamu memang bukan untukku, aku tidak akan memaksakan semuanya lagi Max' ucap Adel dalam hati.

Pergi Untuk Kembali (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang