Bonus Part: Post-Military

549 55 18
                                    

Son Seungwan

"Wan-ah, kamu emang perginya jam berapa sih hari ini?" tanya Chanyeol yang masih setia berbaring di ranjang, dilengkapi dengan selimut tebal yang masih menutupi tubuh polosnya, tanpa sedikitpun keinginan untuk beranjak dari sana. Nada suara Chanyeol masih menunjukkan kekesalannya karena tidak berhasil membuatku tinggal lebih lama untuk bermanja dengannya di ranjang besarnya itu.

Bukannya tidak mau, tapi aku yakin kalau aku menurutinya, kegiatan kami baru akan selesai jam satu siang nanti. Sedangkan hari ini aku ada jadwal live bersama pada member sehingga aku harus tiba di kantor agensi jam dua siang. Dan pada saat kami bangun, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Sebelum pergi, tentu saja aku juga harus menyiapkan makanan dan membersihkan 'kekacauan' yang kami buat semalam. Mulai dari tubuhku yang lengket, rambutku yang lepek, hingga perabotan apartemen Chanyeol yang posisinya sudah tidak sesuai dengan tempatnya.

Entah bagaimana kami bisa selupa diri itu kemarin. Yang kuingat hanyalah kami memang melakukannya di mana-mana. Aku bahkan hanya diberi istirahat sedikit sekali oleh Chanyeol, yang nampak enggan menghentikan perbuatannya padaku. Untung saja, aku sudah rajin pilates sekarang, jadi aku masih bisa mengimbangi kekuatannya.

"Wan-ah, ini kan masih jam 11. Ayo sini dulu sebentar lagi, hanya peluk saja. Janji," ujar Chan masih tidak henti-hentinya merayuku untuk menurutiku keinginannya.

Aku paham Chan pasti rindu padaku. Aku pun juga rindu padanya. Hanya saja, tuntutan pekerjaan memang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Itulah kesepakatan yang kami buat di awal kami mulai menjalani hubungan ini.

"Apartemen harus segera dirapihkan kembali, Chan. Kita juga harus makan dan aku sama sekali belum masak," tolakku tegas.

"Untuk apartemen biar aku saja yang rapihkan. Kamu tidak perlu khawatir, hari ini jadwalku kosong. Untuk makanan, kita lebih baik pesan saja."

"Tidak bisa, Chan. Kulkasmu baru saja kuiisi kemarin. Aku juga sudah banyak membeli daging dan sayuran yang rencananya memang mau aku masakkan untukmu saat kamu pulang."

"Kamu memang tidak rindu padaku, hm?"

"Tentu saja, aku rindu sekali, tapi—"

"Kalau rindu kenapa menolakku?" ujar Chanyeol dengan nada yang mulai meninggi. Menandakan dia sudah kesal padaku. Ditambah dia yang sekarang malah menutupi tubuh hingga kepalanya dengan selimut.

Aku mendengus melihat tingkah Chanyeol yang terkadang memang kekanak-kanakan. Kemudian, aku memilih untuk menghampirinya, duduk di tepi ranjang dengan posisi dibelakangi oleh Chanyeol.

"Chan," panggilku pelan sambil mengelus lengan Chanyeol.

Chanyeol masih tidak bergeming, tetap pada pendiriannya untuk ngambek padaku.

"Chan," panggilku sekali lagi.

Tetap tidak ada reaksi darinya.

Aku kembali menghela napasku dan berbaring di sisa tempat yang disisakan Chanyeol. Selanjutnya memeluknya dari belakang. Mengeratkan tubuhku dengan tubuhnya. Bisa kurasakan punggung Chanyeol yang tetap keras karena bisa kupastikan dia rutin latihan fisik di militer. Kukecup beberapa kali punggung dan bahu Chanyeol. Menghirup aroma tubuhnya yang masih bercampur dengan sisa-sisa percintaan kami semalam.

"Aku kangen kamu, Chan. Tapi kamu tahu kan tuntutan pekerjaan kita. Maaf, aku tidak bisa izin hari ini untuk menghabiskan waktu denganmu. Tapi soal aku yang kangen sama kamu, itu suatu hal yang tidak aku buat-buat, Chan."

Dengan kalimat itu, aku pun berhasil membuat Chanyeol membalikkan badannya dan menatapku, meski masih dengan wajah kesalnya yang menggemaskan itu.

Lantas, aku langsung menggerakkan tanganku dan menempatkannya di pipi Chanyeol. Mengelusnya lembut untuk meredakan kekesalannya.

"Aku kangen kamu, Chan," ungkapku sekali lagi.

Kemudian aku merentangakan tanganku, membuat gestur untuk Chanyeol supaya dia masuk ke dalam dekapanku. Tentu saja, gesturku itu langsung disambut olehnya. Kini Chanyeol merebahkan kepalanya di dadaku sambil memelukku erat seperti anak kecil yang memeluk ibunya, dengan aku yang mengelus rambutnya perlahan agar Chanyeol merasa lebih nyaman.

"Seungwan-ah, maaf aku sudah bersikap kekanakan. Tapi aku memang sangat rindu padamu. Jadi inginnya selalu dekat denganmu terus."

Aku tersenyum tipis mendengar alasan Chanyeol.

"Sayang, nanti malam kamu ke sini lagi kan?" tanyanya lagi. Kepalanya sudah menengadah, menatap mataku penuh harap.

Aku menganggguk mengiyakan, "Iya, Chan. Nanti malam setelah pulang dari kantor agensi, aku langsung ke sini, ya?"

Chanyeol pun bersorak kegirangan, kemudian merapatkan tubuhnya kembali dengan tubuhku.

***

Park Chanyeol

Setelah mengantarkan Seungwan ke kantor agensi, aku kembali ke apartemen dan menepati janjiku pada Seungwan, yaitu merapihkan apartemen yang baru kusadari sangat berantakan.

Bantal-bantal di sofa berhamparan di lantai, karpet yang sudah tidak jelas posisinya, bahkan ada satu gelas yang pecah di dapur. Malu bercampur heran jika aku mengingat kegiatan kemarin bersama Seungwan. Salah satu pengalaman paling panas yang pernah kami lalui sejauh hubungan kami.

Jujur saja, aku ingin bersikap egois saat ini dan menahan Seungwan untuk tidak pergi ke mana-mana. Aku ingin memeluk dan bermesraan dengan Seungwan seharian. Aku juga ingin bertukar cerita dengan Seungwan, tentang kesibukannya, kekhawatirannya, kelucuannya.

Aish, aku semakin rindu kalau mengingat Seungwan dan segala yang ada di dalam dirinya. Padahal belum sampai satu jam aku berpisah dengannya.

Setelah menyelesaikan berberes apartemen, aku pun memilih untuk bersantai di sofa ruang tengah sambil memainkan ponselku. Membuka akun sosial media pribadiku, siapa tahu ada musik dan berita terbaru yang seru untuk dibahas bersama Seungwan nanti.

Di tengah kegiatanku itu, tiba-tiba aku menerima notifikasi dari instagram Seungwan. Namun, bukan instagram pribadinya, melainkan instagram untuk aktivitas idol-nya. Sontak kutekan notifikasi tersebut.

Sial, beribu sial.

Aku menyesal telah membuka instagram story Seungwan. Isinya adalah foto dirinya yang tengah mendukung solo debut sahabatnya, Seulgi, minggu depan.

Seungwan sangat cantik di foto tersebut. Tubuhnya dibalut baju berwarna hitam bermodel v-neck dengan choker yang menambah kesan seksi seorang Son Seungwan.

Tak cukup sampai di situ, Seungwan kemudian juga mengunggah foto-foto serupa di laman utama instagramnya. Bedanya, foto kali ini lebih menggoda dan membuatku arghhh—sebaiknya tidak usah kulanjutkan.

Bagaimana bisa Seungwan malah tambah menyiksaku yang sudah terlebih dahulu tersiksa karena kepergiannya? Sekarang, Seungwan malah dengan mudahnya mengunggah foto-foto tersebut tanpa memikirkan reaksi perasaan dan tubuhku.

Lantas, kukirimkan beberapa pesan padanya, "Seungwan-ah, apa maksudmu mengunggah foto seperti itu di instagram?"

Bukannya membalas pesanku hanya dengan kata-kata, Seungwan malah tambah membuatku tersiksa dengan mengirimkan foto selfie dirinya, berikut dengan pesan singkat, "Tentu saja, untuk menggodamu, Daddy."

Oh Lord, kuatkanlah aku.

Dan untuk Seungwan, lihat saja nanti kalau sudah sampai di rumah. Tidak akan kuberi ampun sama sekali.

Note:

Hehe, jadinya two shots karena gatel aja pengen nulis.

BTW KEMARIN CHANYEOL LIVE GANTENG BANGET GAADA OBAT.

TERUS WENDY JUGA TADI NGEPOST FOTO CAKEP BANGET WOIIII

Welcome HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang