Hempasan tas kulit terdengar nyaring di atas ranjang queen size, bersamaan dengan hempasan bokong kedua perempuan pemakai hot pant. Helaan napas panjang keluar dari bibir mungil pemilik surai merah muda cerah, jemari lentiknya meraih bantal terdekat untuk dijangkau.
"Kau tidak pantas sedih." Ino menyentuh bahu Sakura, melihat sahabatnya. Ada anting mutiara di telinga sebelah kiri, tapi tidak dengan sisi lain telinga. Anting Sakura hilang saat di Kampus.
Sakura menjatuhkan dagu dibantal. Lingkaran hitam meliputi bawah mata, sembab dan sedikit bengkak.
"Jangan memikirkannya lagi." Ino mengambil tisu di nakas, menarik laci, memberikan pada Sakura. Tak lupa menurunkan suhu ruangan. "Dia terlalu brengsek untuk kau ingat," sambungnya.
"Dia Making Love bersama Esmeralda." Sakura menyebut salah-satu nama mahasiswa di Kampus--selingkuhan kekasihnya.
"Kita semua tahu Esmeralda Mendes adalah pelacur kecil Kampus, aku sudah mengatakan padamu Dante tidak baik." Ino menjeda. "Haruskan kita katakan ini pada brother-mu?"
Sakura memegang pergelangan Ino--menggeleng pelan, bibir itu menipis. "Tidak, aku tidak ingin ada perkelahian."
"Kau masih menjaganya secara tak langsung."
"Aku tidak mau seseorang di Semester enam, ikut campur." Telapak tangan Sakura menyentuh kepala sisi kanan, denyutan pelan menyambut kepulangannya ke rumah.
"Baiklah anggap saja begitu." Ino mengangkat tubuh, berpindah duduk ke depan meja rias, mengambil beberapa alat make up di tas kecilnya.
"Aku sedang sedih dan kau berhias?" Sakura terkekeh kecil. Ino benar-benar memperhatikan penampilan dari padanya.
"Apa yang bisa kulakukan jika kau sedih? Aku mendorongmu ke bioskop sekalipun, kau tidak akan mau." Ino memalingkan wajah ke kanan, menelisik bedak di bagian itu pada pantulan kaca bulat.
"Aku akan menunggu dia pulang malam ini."
Sakura memandang kasur, kasur pink selaras bantal penopang dagu. Dominan warna kamar putih, merah muda.
"Dia? Brother-mu?" Ino menaikkan alis memakai eyeliner.
"Aku rasa dia akan membalas perbuatan Dante..." Sakura tidak yakin mengatakan ini.
"Bukankah selalu begitu? Dia protektif padamu, aku yakin Dante tidak selamat meski kau melarang ku melaporkan tindakan Dante pada brother-mu." Tangan Ino bergerak menutup kembali beberapa alat make up.
Sakura berdecak, tidak bisa menahan lama kekesalan dan kesedihan dalam kurung waktu bersamaan ini. Dia membenci Dante--pria yang bahkan belum diputusi Sakura. Tetapi di satu sisi lain, Sakura tidak suka membayangkan saudara laki-lakinya ikut campur.
"Wow."
Ino sudah menutup mulut saat Sakura menoleh, mendengar decak kagum dari mulut sahabatnya. Jemari Ino bergerak ke atas bawah menggulir laman di web pada ponsel. Sakura mengernyit, mata berkantung itu semakin terlihat bengkak saat menyipit.
"Ada apa?"
Ino terlalu exaitied untuk mengatakannya. Dia memberikan langsung ponsel untuk Sakura membaca judul laman.
Ponsel itu terulur dengan tangan bertato bunga yang masih kedua sisi samping ponsel. Terlalu silau akan pantulan cahaya jendela, Sakura sulit membacanya.
"Apa ini?" Sakura menyesuaikan pandangan.
Ino jengah, memilih untuk mengatakannya. "Laman Kampus menyebut Dante ditemukan babak belur di belakang Taman."