Suhu udara menurun di malam hari lebih menyejukkan dibandingkan saat siang, sore ataupun pagi saat embun muncul menurut Sakura.
Malam ini di dapur, setiap detiknya blender berputar dan berdengung. Suara bahan-bahan tercampur dan siap menjadi smoothie yang lembut juga segar. Didetik selanjutnya suara berderit, bahan-bahan meluber keluar dari blender dan blender tergagap mati. Dengungan itu digantikan suara keheningan. Sakura mengambil kain bersih di lemari kecil, membersihkan smoothie yang tumpah.
Minuman pelengkap sebagai perantara pengantar tidur gagal dibuat. Bahannya sudah terlanjur habis tak tersisa hingga tidak ada bahan lain yang bisa menjadi alternatif. Sakura membersihkan perlahan seperti dia adalah pelayan terlatih yang sudah berjuta kali membersihkan kekacauan seperti ini.
Membereskan kekacauan di dapur disudahi olehnya. Sakura pergi dari dapur kotor menaiki anak tangga ke lantai dua di dekat perpustakaan menuju conservatories.
Benda pipih terus bergetar ringan di atas nakas kecil di samping tempat tidur. Pemilik benda tipis itu tidak mengetahui ada panggilan masuk di ponselnya, ponsel itu dalam mode di heningkan.
Sakura melewati kamar Sasuke yang ada di lantai dua. Kusen pintu hitam itu terbuka, memperlihatkan ruang tidur dengan berpaduan warna gelap. Sakura sekadar berlalu lewat tetapi ponsel yang bergetar di atas nakas menarik perhatiannya. Sakura berhenti melangkah, dia memakai gaun tidur putih dengan panjang di bawah lutut, hendak masuk dan mengambil ponsel itu, dan niat itu diurungkan saat pemilik ponsel sudah mengambil ponsel tersebut.
Sasuke baru keluar dari kamar mandi di dalam kamar. Pria itu tidak memakai atasan hanya celana pendek dengan handuk tersampir sisi kanan bahunya. Rambut tebalnya basah. Sasuke membelakangi Sakura, tidak melihat Sakura berdiri di ambang pintu kamarnya.
Manik mata emerald Sakura memperhatikan Sasuke yang berdiri ditepi tempat tidur, pria itu memiliki garis wajah yang kuat dan simetris, wajah yang bersih dan jelas meski Sasuke sering terlibat perkelahian. Tatapan Sasuke tajam, sibuk mengirim pesan dan pusat Sakura kini tergantikan dengan hal lain. Dia memperhatikan punggung Sasuke, punggung yang diobati saat itu, ketika Sasuke terluka karena berkelahi dengan Dante--mantannya. Punggung itu masih menunjukkan bekas luka yang tidak jauh berbeda dari kondisi terakhir saat Sakura mengobati. Tidak berbicara dengan Sasuke pun Sakura sudah tahu, Sasuke tidak ke dokter sama sekali.
Hembusan napas Sakura melambat. Sakura melangkah mendekat, mengetuk pintu.
Sasuke berbalik saat pintu kamarnya diketuk, dia memperhatikan Sakura dari atas ke bawah seksama dan kembali menatap ponsel.
"Kau tidak tidur?" Sasuke bertanya tanpa nada berlebih, tidak terdengar perhatian tapi Sakura tahu Sasuke penasaran dengan kehadirannya.
"Sebenernya aku ingin tidur, tapi seseorang menggangguku."
Pernyataan Sakura menarik atensi Sasuke sepenuhnya.
"Siapa?" Suara Sasuke tetap sama, tapi ekspresinya menjadi lebih tegas.
Sakura memasang wajah cemberut menatap Sasuke, dia masuk ke kamar Sasuke, aroma cologne Sasuke langsung tersebar di indra penciuman Sakura. Atmosfer di kamar ini juga terasa berbeda, tenang dan damai, Sakura menyukainya.
"Kau, tentu saja kau, siapa lagi yang bisa menggangguku jika bukan kau?" tanya Sakura.
Sasuke diam dan bungkamnya adalah kesempatan Sakura untuk menjelaskan lebih lanjut.
"Punggungmu menggangguku, kau tidak ke dokter." Sakura menunjuk punggung Sasuke, tepat pada bagian yang terluka.
Sakura mengigit bibirnya dari dalam. Sebisa mungkin untuk fokus dan tidak menatap terlalu lama kemungkinan six pack yang terbentuk dengan baik yang memberikan sorotan pada fisik Sasuke secara keseluruhan. Tubuh Sasuke membuktikan kebugaran dan kesehatan fisik dari pria itu.