Emerald-nya menyipit dengan tarikan bibir menipis, Sakura mundur menjauh beberapa langkah. Sasuke di hadapannya tidak mengalihkan atensi. Mata sekelam kegelapan malam mengawasi pergerakan kakinya. Tingkah gelagapan Sakura terlihat menarik di pandangan pemilik atensi memikat itu.
Keseluruhan tubuh Sakura merespons aktif jika pipi putihnya memanas secara perlahan dan pasti. Sakura paham akan dirinya yang gugup dan malu, dia kebingungan sesaat meski Sasuke terlihat menikmati ekpresinya. Sasuke tetap di tempat, kali ini pria itu bersedekap dada, jaketnya tidak diresleting dan Sakura melihat kaus putih polos yang menampilkan cetakan dari dada bidang yang dilihatnya seminggu lalu, Sakura membuang muka.
"Aku tidak merindukan siapapun." Sakura menjawab pelan, ekpresinya terlihat cemberut karena digoda. Pipi yang sedikit tembam merona samar.
Kenapa dia berdebar?
Sasuke diam, kembali memperhatikan bagaimana Sakura berpakaian. Dia melepaskan jaket dan mau tak mau Sakura menatapnya. Kaos putih berlengan pendek yang tidak menutupi siku Sasuke terlihat lebih jelas. Sasuke mendekatinya, menempatkan jaketnya di bahu Sakura, zamrud kehijauan dengan kilatan seperti permata murni itu memberikan pandangan bertanya tetapi Sakura tidak menolak saat jaket Sasuke membungkusnya rapat seperti selimut ternyaman yang dimilikinya di rumah.
"Jangan memakai backless crop top lagi." Sasuke menatap ke arah lain saat mengatakannya tetapi Sakura jelas mendengar intonasi perintah.
"Bagaimana dengan floral dress?" Sakura menatap Sasuke, seperti itu adalah pertanyaan penting untuk diajukan di saat seperti ini.
"Sakura!"
Suara nyaring Ino memanggil dari jauh dan berlari mendekat. Napas Ino tersengal, Sakura kini memperhatikan wajah lelah Ino.
"Kenapa kau meninggalkanku sendiri? A-aku kesulitan mengejarmu karena high heels," keluh Ino, menatap Sasuke sekilas. Paru-parunya seakan sesak karena berlari. "Astaga, maaf mengganggu waktu kalian, tapi tuan Uchiha, Sakura milikku sekarang. Setidaknya di rumah kau bisa memonopolinya tapi sekarang dia harus bersamaku."
Sakura mengernyit saat Ino menggandeng tangannya cekatan, interaksi mereka diperhatikan Sasuke.
"Sakura, ayo kita pergi."
Pegangan Ino terlalu erat dan menekan tulang di sekitar siku tangan. Sakura melirik sekilas Sasuke.
"By-"
"Ayo, Sakura!"
Sakura belum selesai merangkai kalimat perpisahan pada Sasuke, Ino sudah menarik lengannya lebih dahulu ke parkiran.
Meski sudah meninggalkan Sasuke tapi Sakura masih sadar sepasang mata hitam pekat keabu-abuan memperhatikannya.
Haruskah dia berbalik dan tersenyum?
...
Hari semakin sore dan Sakura bersandar dengan tenang di sofa kecil. Dia berada di rumah Ino, di ruang santai. Desain keanggunan tiada tara yang pernah Sakura jumpai. Terdiri dari tiga belas ruangan dengan setengah dari jumlah ruang adalah kamar. Ini rumah terindah kedua yang Sakura temui setelah mansion utama Uchiha di London. Sakura nyaman berada di rumah Ino.