Aku membuka mataku dengan perhalan, terasa sulit ketika membukanya. Tadi malam aku kembali menangisi laki-laki yang sudah lama menjalin hubungan denganku. Lucu bukan? Disaat orang-orang menjalin suatu hubungan dengan perasaan bahagia, senang, dan terasa indah aku bahkan merasakan yang sebaliknya. Hampir setiap hari aku bangun tidur dengan mata yang sembab, entah alasan apalagi yang akan aku pakai ketika mama melihat mataku yang sembab.
Aku bangun dan memilih untuk duduk dan mengambil handphone yang sejak semalam aku charger, aku membuka kunci handphone dan melihat beberapa notifikasi. Beberapa pesan dari sahabatku yang menanyakan keadaanku, dan pesan dari dia.
Dia, seorang laki-laki yang ku kenal dari sosial media, namun satu kampus dengan ku tetapi beda fakultas, aku berasal dari fakultas keguruan dan ilmu pendidikan sedangkan dia fakultas teknik. Seorang laki-laki yang sangat ku cintai melebihi apapun, seorang laki-laki yang selalu aku banggakan, namun ia pun juga seorang laki-laki yang seringkali menyepelekan perasaanku. Laki-laki itu bernama Aldo Saputra.
Air mataku kembali menetes ketika melihat pesan dari Aldo.
Aldo<3Kita putus aja ya.
Emang seharusnya kita gausah kenal.
Kita gak pernah cocok.Aku menyapu air mata yang kembali turun dari mataku, memangnya ada sepasang kekasih benar-benar cocok? Justru beberapa perbedaan itulah yang harusnya bisa kita satukan. Ini sudah kesekian kalinya Aldo mengajakku putus hubungan, dan sudah kesekian kalinya juga aku mati-matian mempertahankan hubungan ini, bahkan mengemis permohonan maaf yang aku sendiri tahu itu bukan salahku. Aku tidak mengerti dengan isi kepala Aldo, dia terus-terusan menuduhku selingkuh disaat aku bahkan mendiamkan beberapa chat dari lawan jenis, sekalipun itu teman sekelas ku di kampus. Dia menuduhku selingkuh hanya gara-gara ketika telponan handphone sering menghubungkan ulang, dia bilang aku sengaja melakukannya agar bisa telponan dengan laki-laki lain. Sepele bukan? Bahkan ketika dia bermain di belakangku aku selalu maafkan, padahal sudah jelas bukti-bukti yang ku punya tetapi selalu aku maafkan semua kesalahan dia. Aku ketika sudah jatuh hati dengan seorang laki-laki selalu mengutamakan perasaan daripada logikaku, sehingga tak jarang semua teman-temanku yang selalu aku ceritakan selalu menyebutku bodoh.
Aku memilih untuk mendiamkan pesan dari Aldo, dan memilih untuk membalas pesan dari sahabatku, Keysha. Aku mempunyai sahabat bernama Keysha Febrianti dan Febby Maharani. Aku satu kelas di kampus dengan mereka, Febby ku kenal sejak awal masuk kuliah saat Pengenalan Kampus diadakan, sedangkan Keysha aku kenal ketika masuk pertemuan pertama kuliah.
Keysha: u’re okay?
Febby: gue tau lo abis nangis, tapi jangan lupa hari ini kita ada kuliah jam 9.
Aku membalas pesan dari Keysha terlebih dahulu. Lalu membalas pesan dari Febby.
U knew it, I’m not okay.
Gue gak tau ini gimana caranya biar gak ketauan abis nangis pas di kampus.
Aku menghela nafasku dan beranjak dari tempat tidur menuju meja riasku. Aku memperhatikan wajahku yang sangat kacau, rambut seperti singa, mata bengkak. Aku mencoba tersenyum dihadapan cermin, bahkan ketika senyumpun aku masih kelihatan sedih.
“Gimana caranya biar mata gue gak kelihatan bengkak ini?”ucapku pada diriku sendiri.
Tiba-tiba handphone berbunyi menandakan ada panggilan telpon yang masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Insan
Teen FictionAku tidak tahu harus memulai untuk menceritakannya darimana, namun satu yang pasti aku sangat bahagia mengenalnya. Dia laki-laki pertama yang membuatku percaya masih ada laki-laki baik di dunia ini. Dia laki-laki yang berbeda dari yang lainnya. Dia...