PENGHUNI KOS BAPAK AGUS
Kamila (25 tahun, Kamar no. 2)
Anak pertama perempuan yang jadi tulang punggung keluarga. Lulusan ISI yang sekarang luntang-lantung di Jogja. Cita-citanya pengin jadi pelukis, tapi jadi pelukis nggak bikin dia jadi kaya. Boro-boro mikirin jodoh, mikirin diri sendiri aja nggak punya waktu. Prinsipnya cuma kerja, kerja, kerja.
Rahmat (25 tahun, Kamar no.1)
Penjual buku bajakan di area taman pintar. Kerjaannya super santai, dia cuma duduk seharian di kios. Kalau bosen tinggal baca buku yang dia jual atau nggak ya tinggal tidur aja. Tenang, Rahmat percaya nggak akan ada maling yang bakal menjarah bukunya sekalipun ia tidur seharian penuh.
Dinda (22 tahun, Kamar no.4)
Mahasiswa semester akhir yang sibuk jadi joki skripsi buat bayar kuliahnya sendiri. Dia lebih milih mengandalkan kecerdasan otaknya dari pada jadi ayam kampus.
Nanto (21 tahun, Kamar no.5)
Barista coffee shop yang punya tampang lumayan menjual alias good looking. Hidupnya cuma seputar kopi, kopi, kopi, dan ya apa lagi kalau bukan kopi.
Mbak Laras dan Mas Bima (30 tahun dan 33 tahun, Kamar no.6)
Pasutri yang paling jarang ada di kos kecuali malam hari. Terkhusus malam jumat, mereka pulang lebih awal dari biasanya. Mbak Laras bekerja di sebuah produsen kain batik lokal, sedangkan Mas Bima kerjanya masih serabutan.
Cerita ini ditulis dengan tujuan menghibur. Kalau nggak lucu mohon dimaafkan dik. Cerita ini sepenuhnya akan menggunakan bahasa Indonesia meskipun berlatarbelakang di kota Jogja. Nama, tempat, karakter, dan kejadian dalam cerita ini hanya fiksi. Semoga terhibur!
KAMU SEDANG MEMBACA
KOS BAPAK AGUS
General FictionKos Bapak Agus telah menjadi penyelamat hidup bagi Kamila, Rahmat, Dinda, Nanto, Pasutri Mbak Laras&Mas Bima. Mereka sudah menetap di sana selama 5 tahun. UMR kota Jogja membuat mereka mengkis-mengkis dan cuma Pak Agus yang menyewakan kosan dengan b...