Part 6: Lisa, ini mungkin permintaan maafku yang terakhir

4.4K 205 103
                                    

Lisa POV

Aku telah kembali balik dari Muak di Korea dan akhirnya kembali ke Amsterdam. Bahkan aku telah menyelesaiakan serangkaian kegiatan terapiku di Amsterdam akhir bulan lalu. Dan sekarang aku malah mengembara ke Paris. hari ini terhitung seminggu pula lamanya aku berlabuh di Paris.

Aku telah memberi mereka kesempatan kedua, nyatanya masih sama. para wanita itu masih egois dengan keputusannya. Ya sudah, aku pun memulai jalan hidupku sekarang. Saat ini aku sedang membuat Pameran. Hidupku aku curahkan menjadi karya sini. Tak ada cinta, tak ada patah hati. Tak ada Kim Jennie dan Rossie, meski begitu hampa. tetapi aku masih bisa bahagia, seni yang indah itu lah yang mewarnai hidupku.

Disini telah masuk musim semi, bunga-bunga tulip bermekaran di taman-taman kota. Pepohonan dengan daunnya yang berwarna warni. Ini Eropa, sebagian besar bunga yang bermekaran didominasi oleh berwana merah, kuning, dan Jingga. Orang-orang sering menyebut warna ini sebagai Red Orange, segala warna yang terdapat dari merah menuju jingga maka akan memenuhi kota Paris kala musim ini. Diantara warna itu terselip indahnya warna merah muda dari bunga Magnolia yang harum. Bentuknya mirip dengan sakura, tapi jenisnya berbeda.

Sekarang memang sudah tak terlalu beku, namun masih terasa dingin. Tapi beginilah biasanya cuaca yang paling aku sukai, tidak terlalu dingin sampai aku tak perlu mengenakan pakaian berlapis. Cukup dengan celana jeans dan jaket saja.

Diatas balkon hotel dipagi hari, aku berdiri sambil menikmati suasana dengan memakan croissant dan secangkir Americano. Ah, jika Maria bersamaku pasti dia akan marah lalu merampas cangkir kopiku dan meminumnya sendiri. Tapi inilah yang paling aku butuhkan saat bekerja. Coffee shock yang cukup menampar otakku yang pemalas.

Seni memang tidak membutuhkan otakku untuk bekerja keras, tapi ia butuh intuisi dan feeling yang hanya didapatkan jika otak telah bekerja sama dengan perasaan. Yah, mau bagaimanapun otak tidak boleh tidur demi terciptanya sebuah karya yang mengagumkan.

Kopiku telah habis, saatnya kembali ke galery, Musseum De Louvre menantikan kedatanganku. Aku akan membuat maha karya didapurnya. Jika tak ada kendala maka karya itu akan dipamerkan pada dunia pertengahan bulan ini. Jadi kurang lebih aku hanya punya waktu dua minggu untuk membuat karya itu. Aku langsung mengenakan topi lalu mengambil tote bag yang biasa aku bawa kemana-mana, berisi minuman coklat dan beberapa cemilan. Tak perlu repot untuk membawa peralatan, karena museum telah menyediakan semuanya.

Namun ketika aku sampai didepan pintu alangkah terkejutnya aku pagi ini. Langkah kakiku terasa pilu, berdiri diambang pintu dengan mematung. Semangat yang telah bersusah payah aku kumpulkan akhir-akhir ini dalam sekejap langsung runtuh.

Lama tak jumpa.

Hanya itu yang sekarang terbesit dikepalaku. Aku bertatapan didepan rumahku dengan gadis yang telah mengacaukan segala aspek didalam hidupku dan sekarang dia menemuiku lagi. Rasanya sama seperti pernah tertabrak mobil sekali lalu ditabrak lagi untuk kedua kali hanya karena aku berusaha untuk melangkah. Dia berdiri dihalaman itu, seketika kelopak bunga yang berwarna warni disekelilingku menjadi kehilangan rona dan kecantikan. Sebab semua tak ada yang lebih mekar dan merona selain dirinya. Namun sayangnya tiap kali aku ingin melihat wajah cantik darinya itu selalu membuatku ingin menangis dan pilu.

***

Unjung kakinya terasa beku dan nyeri, dingin yang merambat dari permukaan tanah menyentak dari telapak kaki hingga ke ulu hati. Dingin itu bukan berasal dari musim atau iklim tapi karena penyesalan yang ia bawa bertemu dengan tatapan kosong gadis yang telah lama ia cari-cari.

Kim Jennie rasanya ingin menjerit. Keinginan hatinya hendak mengejar dan memeluk gadis itu, melepas rasa rindu dan semua penderitaan yang ia tanggung selama ini karena merasa bersalah. Tapi itu tak bisa ia lakukan semudah dengan kata-kata. Pada kenyataannya tumit kakinya saja terpaku ketanah. Sedikitpun ia tak bisa melangkah ketika gadis yang teramat ia cintai kini menatapnya dingin, pandangannya yang menyebar ketanah membekukan semua alam hingga membuat Kim Jennie kesepian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teach Me In Your Pain [EBOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang