part 2

1.5K 173 6
                                    

Haechan sedang menyesap minumannya dengan nikmat,  tiba tiba seseorang memegang bahunya.
Haechan menoleh,  hanya sesaat,  setelah tau siapa orang yg menepuk bahunya,  Haechan kembali fokus pada cup minumannya.  Saat ini Haechan sedang bersantai di sebuah caffe langgannya dengan yangyang.  Tiap akhir pekan, mau Haechan ataupun yangyang, mereka selalu mengajak satu sama lain untuk sekedar bersantai di caffe ini.  Keakraban mereka di mulai dari caffe ini.

"aku benar ternyata,  kau di sini rupanya"

Haechan hanya diam,  tidak ada minat untuk menyahuti lawan bicaranya,  dia masih kesal soalnya.

"tadi aku pikir kau ke rumah sakit untuk menjenguk Jaemin" tambah orang itu lagi.

Mark menelisik wajah Haechan,  anak itu tidak memberikan reaksi apa apa atas ucapannya.

"maaf"

Haechan kembali menyesap minumannya,  kali ini sampai tandas.

"Haechan,  aku bilang aku minta maaf" kali ini suara Mark sedikit lebih tegas.

Haechan bangkit dari tempat duduknya,  tangannya langsung di cekal Mark.

"kau marah padaku? " tanya Mark.

"menurutmu?  Kau punya otak kan,  pikir saja sendiri"

"tapi aku tulus meminta maaf Haechan,  maafkan aku"

Haechan menatap Mark kesal "kau selalu seperti itu,  meminta maaf lalu mengulanginya lagi,  lama lama aku jadi muak,  kau tau itu? "

Mark bangun lalu merangkul Haechan "sepertinya kau serius marah padaku,  aku sunggung sungguh meminta maaf"

Haechan melepaskan tangan Mark dari bahunya lalu pergi meninggalkan Mark begitu saja.

Mark mengambil langkah lebar untuk mengejar Haechan tapi sayangnya Mark kalah cepat,  Haechan sudah hilang dari pandangannya.  Mark menghela nafas panjang,

"kau bodoh Mark,  dia jadi marah kan" gumamnya,  setelah itu Mark pergi ke arah mobilnya lalu pergi dari sana juga.

*
Jeno sedang mengobrol dengan Jaemin, Jeno yg menemani Jaemin kali ini.  Kata dokter,  besok pagi Jaemin sudah boleh pulang karena keadaan punggungnya sudah baik baik saja.
Haechan masuk tanpa mengetuk pintu membuat Jaemin dan Jeno sedikit kaget.
Tatapan Haechan terkunci pada Jaemin,

"kau keluar! Aku ingin bicara dengan Jaemin" perintah Haechan pada Jeno.

"kenapa aku harus keluar? " tanya Jeno santai.

Haechan mengabaikan pertanyaan Jeno,  persetan Kalu Jeno tidak mau keluar.

"kau pasti mau minta maaf padaku" Jaemin yg daritadi diam tiba tiba bersuara. Haechan tertawa kecil dengar tebakan dari Jaemin yg menurut Haechan terlalu percaya diri.

"dalam mimpimu,  aku tidak akan melakukan itu! " tegas Haechan membuat dua pasang mata menatap kearahnya dengan tatapan yg berbeda beda.  Jaemin terlihat kesal sedangkan Jeno terlihat bingung.

Haechan mendekati ranjang Jaemin "jangan terlalu ikut campur urusan orang dan kendalikan juga rasa cemburumu,  awalnya mungkin aku akan memaklumimu tapi lama lama itu membuatku muak,  jangan sampai apa yg kau tuduhkan padaku itu aku akan membuatnya menjadi nyata"

"apa maksud perkataanmu? "  tanya Jeno.

"ini bukan urusanmu jadi berhenti ikut campur Jeno! " ujar Haechan dengan tegas.

Haechan masih marah pada laki laki di sampingnya ini karena kejadian beberapa jam yg lalu dimana Jeno datang ke dorm ilichil hanya untuk memukul dan menceramahinya.  Itu memuakan,  Haechan tidak menyukai tindakan Jeno itu.

Tatapan mata Haechan kembali fokus ke Jaemin "aku tidak ingin menyakitimu tapi kau harus tau batasanmu Jaemin ssi,  aku serius dengan perkataanku! "

Setela mengatakan itu Haechan langsung keluar dari ruangan rawat Jaemin.  Jeno menatap Jaemin sebentar "aku akan kembali"

Jaemin yg sudah terlanjur kesal karena Haechan malah mengabaikan Jeno sampai laki laki itu keluar dari ruangannya. Setelah Jeno keluar,  Jaemin langsung tersenyum kecut "Lee Haechan sialan" umpatnya.


*

"Lee Haechan" teriak Jeno di lorong rumah sakit. Haechan seketika langsung berhenti,  menatap Jeno dengan tatapan marahnya.

"yaakk brengsek,  kau tau kan kalau kita ini idol,  kenapa harus teriak" maki Haechan setelah Jeno sudah berdiri di depannya.

"ada apa?  Kenapa kau meninggalkan Jaemin sendirian? "

"aku mau minta maaf padamu soal tadi,  aku menyesal"

Kaki Haechan dengan entengnya menendang perut Jeno,  tidak ada kelembutan sama sekali,  tendangan Haechan cukup keras sampai badan Jeno oleng tapi tidak sampai terjatuh karena Haechan segera menarik tangan Jeno agar Jeno tidak jatuh.  Jeno menyunggingkan senyumnya

"terimakasih"

Jangan pikir Jeno gila,  memang seharusnya dia marah karena Haechan menendangnya dengan keras malah dia mengucapkan terimakasih bukannya marah,  itu cara Haechan untuk menyampaikan pada Jeno kalau dia sudah memaafkan Jeno,  memang sedikit ekstrim tapi Jeno sudah biasa.  Biasa melakukan kesalahan pada Haechan dan sudah biasa di tendang sama Haechan.   Cara ektrem itu hanya berlaku pada Jeno.  Sesuai dengan ototnya.

Haechan mematap Jeno sebentar lalu mengangguk,  setelah itu Haechan pergi dari sana.  Baru beberapa langkah Haechan berbalik membuat Jeno bingung. Tatapan mata Haechan tidak mengarah pada Jeno tapi pada seseorang yg ada di belakang Jeno,  Jaemin berdiri di sana.

"kembali ke kamarmu sekarang! " perintah Haechan pada Jaemin.

Jaemin hendak protes tapi langsung di bungkam sama Haechan membuat Jaemin terdiam,

"kau berani membantah? Apa mau ku hajar? " tanya Haechan serius dan tegas.

Jeno menatap Jaemin saat Jaemin mengambil langkah lebar untuk kembali ke kamarnya.  Kadang dia bertingkah kurang ajar pada Haechan tapi perlu di ketahui kalau terkadang Jaemin juga takut pada Haechan kalau Haechan sudah mengeluarkan aura seorang kakak.

Jeno menatap Haechan "kau lihat si bodoh itu? " tanya Haechan pada Jaemin.

"itulah sebabnya aku selalu menahan diri untuk tidak menghajarnya"

Haechan tiba tiba tersenyum lembut.

"dia masih adik untukku meski terkadang sikap kurang ajarnya selalu memancing amarahku"

Jeno tertawa.

T
B
C

FULLSUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang