Chapter 2

0 0 0
                                    

Cinta pertama selalu membekas, kata orang. Yaaa aku mempercayai itu. Karena sejujurnya setelah sekian banyak aku menyukai laki-laki, tetap dia adalah yang paling membekas. Dia orang pertama yang aku suka sejak aku memasuki sekolah menengah pertama. Sangat lugu memang pemikiranku saat itu. Dia, dengan segala kelebihannya yang selalu membuatku kagum. Dia adalah pendiam dan pintar at the same time. Tapi hal itu yang membuatku tertarik untuk berteman lebih dekat, awalnya. Tapi... Setelah setengah semester terlewati aku paham bahwa aku menyukainya sejak awal bertemu. Masih berteman dengannya dalam kurun waktu 2 tahun, aku selalu berusaha untuk menutupi perasaanku. Agar dia tidak pergi menjauh saat itu.
Dan saat itulah aku tau, dia sudah memiliki kekasih yang juga temanku. Tidak pernah terdengar kabar itu, tetapi berita heboh saat aku pergi dengannya nonton film berdua, as a friend ofc. Tidak ada yang lebih saat itu, karena dia sudah memiliki kekasih. Lucu memang, aku masih mau diajak kemanapun dia ingin ketimbang pacarnya. Merasa bersalah? Tentu saja. Rumor memang cepat berkembang disekolah kala itu. Tapi tidak satupun orang yang tahu, kalau itu adalah aku. Hanya 1 temanku yang tahu, karena waktu itu memang kami akan nonton bertiga tetapi dia ada acara keluarga dan cancel mendadak. Tidak mudah untuk berdamai dengan hati saat itu. Aku benar-benar pergi dengannya, hanya berdua. Aku menyukainya, menyukai keadaan itu, tetapi aku juga takut ketahuan.
Setalah kelulusan, kami benar-benar tidak pernah bertemu lagi. Hanya akun Instagram nya saja yang bisa membuatku lega, bahwa dia masih ada. Aku menyukainya, sejak dulu hingga sekarang. Tidak ada yang berubah dari itu semua. Yang berubah hanya, keadaan yang membuat aku tidak pernah confess apapun dengannya. Tidak.. karena itu akan memperburuk suasana dan pertemanan kami. Rindu? Tentu saja. Terakhir kami bertemu itu di mall, dan dia terlihat canggung dan terlihat menjauh. Tidak seperti itu yang aku inginkan, aku ingin dia tetap menjadi dirinya seperti dahulu. Tapi dia bukanlah dia yang dulu, dia adalah dia versi sekarang. Dan aku seharusnya bersyukur, karena bisa tetap melihatnya walau sebentar dan saling menyapa. Dia baik, terlihat sehat dan seperti biasa dia tetap tampan dan rapi tentu saja dia wangi, itu adalah ciri khasnya.
Dimanapun kamu, sungguh aku rindu. Semoga kita dapat bertemu lagi nantinya, ntah kapan tapi aku berharap segera.

My Flaws and FearsWhere stories live. Discover now