1. Yang Spesial dari SMA Gemilang

50 6 1
                                    

Ailin Anantha Ofelia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ailin Anantha Ofelia.

Siapa yang tak kenal primadona sekolah tersebut? Gadis periang yang memiliki sejuta pesona. Selain cantik, ia juga sangat pintar hingga selalu mendapatkan berbagai pujian selama sekolah. Semenjak menginjakkan kaki di SMA Gemilang sebulan yang lalu, Ailin menjadi bahan perbincangan. Siswi junior paling mencolok dari kelas 10-A.

“Lin, hari ini ada pertandingan basket. Mau melihatnya bersama?”

Jessy, salah satu temannya bertanya. Menginterupsi kegiatan membacanya. Sedikit informasi, Ailin itu kutu buku. Kemana-mana selalu membawa buku dan hidupnya hanya dihabiskan dengan membaca.

“Tidak. Kamu saja.” tolak Ailin.

“Oh, ayolah! Kamu harus lihat. Nanti nyesel loh, soalnya kamu melewatkan satu orang penting di sekolah ini. Lagipula jam pelajaran kita kosong, memangnya kamu mau sendirian di kelas. Anak-anak semuanya nonton.” bujuk Jessy dengan tatapan penuh harap.

Ailin berpikir sejenak, menelisik sekitar. Benar saja, teman-teman sekelasnya sedang sibuk membicarakan soal pertandingan basket. Terutama anak-anak perempuan, mereka tampak kegirangan.

“Memangnya apa yang spesial dari pertandingan basket sekarang?” tanya Ailin penasaran.

Jessy terkekeh, “Dasar kamu. Sebulan sekolah disini belum tahu yang spesial ya? Makanya jangan mengurung diri di kelas mulu. Keluar cuma ke kantin sama ke ruang guru doang.” jawabnya sambil menatap Ailin jenaka.

Biasanya murid pindahan selalu ingin keliling sekolah, mengamati setiap penjuru sekolah barunya sekalian cari perhatian orang kebanyakan. Tapi bagi Ailin, itu tidak terlalu menjadi sebuah keharusan. Karena, suatu saat juga dia bisa melihat penjuru sekolah.

“Sudah, jangan banyak berpikir. Nanti keburu dimulai pertandingannya. Sayang kalo kelewat satu momen aja.”

Buru-buru Jessy menarik Ailin keluar dari kelas, berlari kecil menuju aula bersama anak-anak yang lain. Sementara itu, Ailin hanya menurut dengan berbagai macam pertanyaan dibenaknya.

***

Aula tampak ramai. Suara sorak sorai orang-orang memenuhi ruangan tersebut. Ailin menelisik sekitar ruangan yang baru dia kunjungi itu. Jessy menuntunnya untuk ikut duduk pada barisan kelima dari undakan tangga untuk penonton.

Pandangan nya tertuju pada lapangan aula. Dua tim basket sedang bersiap. Sambil menunggu pertandingan dimulai, dua tim cheers masuk ke lapangan dan menampilkan akrobat mereka.

“Aku pengen banget gabung jadi tim cheers. Tapi nyali ku ciut. Senior yang jadi ketuanya sangar banget, jadi males deh.” ucap Jessy dengan wajah yang awalnya happy berubah menjadi badmood.

“Joget-joget pakai baju kayak gitu emang ngga malu?”

Pertanyaan polos Ailin membuat Jessy terbahak.

“Kamu itu polos banget, ya? Itu kan udah ketentuan dari sana nya. Jadi, kalo ikutan cheers, harus tahu resiko, ketentuan bermain sama kostumnya.” jelas Jessy membuat Ailin hanya mengangguk sebagai respons nya.

Jessy itu orangnya terbuka, asik diajak bercanda juga. Teman pertama dan mungkin akan menjadi selamanya untuk Ailin. Baginya, Jessy itu terbaik. Paling pengertian dan sabar.

Tak ada percakapan diantara mereka setelahnya. Keduanya memilih fokus melihat ke arah lapangan. Pandangan Ailin tak sengaja menatap salah satu anggota basket yang tampak membenarkan tali sepatunya. Ada sebuah dorongan baginya hingga gadis itu hanya fokus pada laki-laki itu.

“Namanya Kairi Naufal Alfiansyah. Senior kelas 12A yang ganteng nya kebangetan.” jelas Jessy menginterupsi Ailin.

Ailin menatap temannya kebingungan, “Siapa?” tanya nya.

“Yang sedang mengikat tali sepatunya. Yang sejak tadi kamu perhatikan.”

Dari sana Ailin sedikit terkejut namun masih bisa menyembunyikan ekspresi nya. Malu jika terlalu kentara memperlihatkan nya.

“Kebetulan saja.” ucap Ailin mencoba acuh.

Jessy tersenyum begitu lebar, “Benar sebuah kebetulan? Dia itu pangeran sekolah loh.Tadi kamu sempat bertanya kan, apa yang spesial dari pertandingan basket sekarang? Jawabannya adalah kak Kairi. Dia paling berpengaruh. Lihat saja anak-anak perempuan meneriaki namanya. Tidak ada yang bisa menolak pesona pangeran sekolah yang satu itu.”

Benar saja, hampir semua siswi di barisan penonton meneriaki nama Kairi sampai histeris. Ailin sedikit ngeri melihat mereka yang tampak terobsesi.

“Kamu yakin nggak tertarik sama kak Kairi?” tanya Jessy memastikan, sementara itu Ailin hanya menggelengkan kepalanya.

“Belum.” timpal Jessy.

Ailin menatap temannya dengan raut penuh tanya.

“Kamu berkemungkinan besar bisa dekat dengan kak Kairi. Popularitas kamu di sekolah ini besar dan juga kamu cantik bahkan sudah menyandang gelar bidadari sekolah padahal baru sebulan disini. Keberadaan kamu bakal terendus sama dia dengan cepat.”

“Kamu ini sedang membicarakan apa sih?” tanya Ailin sambil terkekeh heran.

“Jadi belum suka sama kak Kairi, ya?”

“Nggak.”

“Hebat banget. Dulu aku sekali lihat saja langsung jadi penggemarnya, meskipun nggak se-fanatik yang lain sih. Tapi bener kamu nggak tertarik sama dia sekarang?”

Jessy itu rasa penasarannya besar. Jadi tidak percaya saja kalau Ailin mengaku tidak terlalu tertarik dengan Kairi yang notabennya siswa paling populer dan tampan di sekolah.

“Aku kan udah bilang nggak, Jess.”

Jessy mendesah pasrah, “Aku percaya kamu deh. Soalnya emang kamu orangnya lebih fokus sama pelajaran. Untuk sekarang aja karena nanti entah itu kamu atau kak Kairi dulu yang suka. Aku yakin, kalian bakal dipersatukan.” jelasnya sambil menaikan kedua alisnya main-main.

Jangan lupakan senyum Jessy yang menyebalkan.

Ailin hanya mendesah pasrah. Entah mengapa dia jadi kepikiran dengan perkataan temannya barusan. Ailin malah penasaran dengan Kaori. Namun, sesaat kemudian ia membuang jauh pemikiran itu.

Fokus!

Jangan memikirkan hal yang tak seharusnya jadi beban.

***

Tell Me How You Love Me, KairiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang