prolog

0 0 0
                                    

Kata mama mendung bukan berarti hujan tapi meski begitu aku selalu disuruh bawa payung karena katanya lebih baik bersiap dari pada tidak sama sekali. Namun, aku lupa terkadang aku itu pelupa sehingga terkadang aku malah terkena hujan yang tak disangka-sangka

Jadi, ku putuskan sekarang meskipun cuaca terang benderang aku akan tetap memasukkan payung ke dalam ransel sehingga kalaupun aku lupa menariknya saat hendak pergi, payungnya akan tetap berada di dalam ranselku dan aku tidak akan mengeluarkannya selain untuk mengerikan nya.

Suatu ketika, disaat aku tengah menikmati rintik hujan di luar cafe kulihat seorang pria muda tengah berteduh dengan pakaian yang lumayan tipis. Aku terus menatapnya, mengamati apa yang ia lakukan dan tanpa sadar aku berdiri keluar dari cafe dan mendekati pria muda tersebut.

Entah keberanian dari mana aku melakukannya, tanganku mengangsurkan payung yang selalu ku masukkan ke dalam ransel. Awalnya pria itu hanya menatap saja namun setelah ku katakan kalau ia bisa menggunakannya untuk pulang ia kemudian menerimanya

Seperti adegan di film, ia membukanya dan kemudian meletakkannya di atas kepala kami. Ia menunjuk arah cafe yang berada di seberang ia berkata akan mengantarku kembali ke sana. Aku sedikit bingung namun tak ku tolak lagikan itu masih payungku.

Setelah sampai aku berterimakasih, mengatakan untuk tidak usah mengembalikannya karena memang kami tidak kenal aku hanya kasihan melihatnya yang terus berdiri di depan toko dengan wajah yang terlihat gusar. Tapi tanpa disangka pria itu mengatakan hendak mengembalikannya, dan ia bersikeras.

Karena tak ingin berdebat akhirnya ku iakan saja. Ia mengangguk kemudian berbalik berjalan meninggalkan ku yang mengikuti langkahnya. Ku tatap payung kesayanganku dengan ringisan karena sebenarnya aku juga tidak rela melepaskannya.

Payung itu sudah menemaniku sejak sd dan sudah banyak kisah yang aku lalui dengan benda itu di bawah guyuran hujan. Aku mengedik, toh pemuda itu berjanji akan mengembalikannya meski ia tidak tahu bagaimana caranya.

Waktu berlalu musim hujan telah berhenti, aku dengan hujan telah berdamai. Meski hingga sekarang aku tidak lagi ditemani sang payung namun kenangannya masih saja ada pun dengan waktu kami berpisah.
Aku geli sendiri mengingatnya padahal itu hanya benda mati tapi entah kenapa aku terus saja mengingatnya. Entahlah, mungkin karena ini bukan sekedar payung makanya aku seperti ini..

Yah, ini bukan sekedar payung..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAVILLERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang