[SATU]

2 1 0
                                    

"Hai.. boleh nggak Aku minta nomor HP kamu?" terdengar suara bariton dari belakang  Sisy.

Gadis itupun menoleh kebelakang, matanya sedikit menyipit karena sinar mentari yang mengenai kedua mata indahnya itu.
sekilas nampak sebuah bayangan seorang lelaki yang cukup tinggi, eh bukan.. sangat tinggi malah.

"sorry.. saya sudah punya pacar.." jawab Sisy singkat.

Lelaki itu kini melangkah lebih dekat lagi kearah Sisy, berdiri tepat di hadapannya sehingga tubuh jangkungnya menutupi wajah cantik gadis itu dari cahaya mentari yang cukup terik di siang ini.

"Tapi.. setau saya, kamu masih single deh.." jawab pria misterius itu sembari mendekatkan wajahnya.

perlahan Sisy menormalkan pandangannya sembari menjawab pertanyaan ngaco dan sok tau lelaki itu.
yah, meskipun memang benar kalau Sisy masih jomblo dan hanya bohong bilang punya pacar untuk menghindari hal-hal seperti sekarang ini.
Sisy sangat malas menanggapi orang-orang yang berusaha pdkt padanya.

"sorry.. anda ini siapa?"

"kamu.. lupa sama saya?"

"Maaf, saya tidak kenal dengan anda?"

Padahal dalam hatinya, Sisy benar-benar memutar ingatannya apakah ia kenal dengan lelaki yang ternyata cukup tampan itu.
yah, hanya sebatas cukup tampan saja.

"Kalau gitu kenalin, Nama saya Elgio Arfani mahasiswa semester satu jurusan olahraga.." ucapnya sembari mengulurkan tangannya.

Sisy sedikit mengingat-ingat sepertinya nama itu sedikit tak asing baginya.
Namun sedetik kemudian ia baru tersadar.

"Gio?!" tanya gadis itu sedikit tak yakin.

pria itu tersenyum manis padanya,
"Akhirnya kakak ingat saya".

"Astagaaa!!! Iseng banget sih.." seru Sisy sambil memukul lengan Gio.

"Kakak apa kabar?"

"Yah, seperti yang kamu lihat.. i'm good.."

"Aku kangen sama kakak.."

"Dih, masih sama aja ya bercandaan kamu.."

"I'm serious..."

"Iyaa deh iyaa.. Percaya kok sama adek kesayangan ku ini.."

"Adek nya di hilangin aja bisa? Cukup jadi kesayangan kakak aja.."

"Kan emang kamu masih kec-...."

"Aku bukan anak kecil lagi kak, masih ingat nggak yang kakak bilang dulu?"

"Apa emangnya?"

"Gio, sekolah dulu yang bener ya.. makan yang banyak biar cepet tinggi.. kalau kamu bisa lebih tinggi dari kakak, boleh lah jadi pacar kakak .."

"Eh.. emang aku pernah bilang kayak gitu?!"

"Sekarang saya mau menagih janji kakak.."

"Eh.. tapi.."

"Sekarang, boleh kan saya jadi pacar kakak.."

***

Flashback...

SMP Negeri 1

"Selamat atas prestasi yang diraih oleh siswi kebanggaan sekolah kita Daisy Flowita, yang berhasil meraih medali emas pada PORPROV dalam cabang Atletik.." suara kepala sekolah menggelegar di seluruh penjuru lapangan pada Senin pagi ini.

Sisy yang namanya di panggil terakhir pun ikut maju ke depan menyusul ke sembilan teman seperjuangannya yang telah di panggil sebelumnya.

Mereka semua mendapat penghargaan atas prestasinya di hadapan seluruh siswa-siswi SMP favorit di kota itu.

Sesudah upacara bendera selesai, Sisy berlari menemui Guru favoritnya yakni Pak Dirga guru olahraga.

"Pak Dirga!" seru Sisy sambil berlari .

"Loh, ada apa sy.. bukannya sudah waktunya masuk kelas?" jawab pria paruh baya yang masih nampak muda dan bugar itu dengan ramah.

"Ini Pak, saya mau ngasih medali emas ini buat Bapak.. sebagai ucapan terimakasih saya atas bimbingan dan dukungan yang sudah Bapak berikan kepada saya.." ucap Sisy penuh semangat.

"Terimakasih nak.. Bapak bangga sama kamu, kamu memang anak yang gigih dan hebat.. ini semua berkat usaha keras kamu.. jadi kamu simpan saja ya.."

"Tapi Pak.."

"Saya sudah sangat berterimakasih dengan kamu kembali dalam keadaan baik, apalagi dengan sebuah prestasi.. itu sudah lebih dari cukup buat saya.."

"Terimakasih Pak.." pungkas Sisy dengan mata yang berkaca-kaca.

Sisy sangat berterimakasih kepada gurunya itu, karena ini merupakan prestasi pertama yang berhasil ia raih diluar prestasi akademik yang sudah biasa ia raih selama ini.

Sebuah pengalaman yang sangat berharga dan penting buatnya.
Tentu saja hal itu juga membuat kedua orangtuanya sangat bangga padanya.

Naik kelas dua SMP, prestasi Sisy semakin bersinar.
Semakin banyak perlombaan yang ia ikuti dan sudah pasti pulang membawa hasil yang memuaskan, karena ia termasuk siswi yang ambisius.

Hingga membuat hubungan Sisy dengan pak Dirga semakin dekat, sudah seperti Ayah dan anak saja.
Karena ayahnya sendiri, Pak Satria sudah sangat mempercayakan putri tunggalnya itu pada pak Dirga jika harus mengikuti perlombaan yang jauh dari rumah.

"Bapak punya anak cewek? " tanya Sisy dengan polos.

"Nggak punya, saya hanya mempunyai satu putra" jawab Dirga santai sembari menyetir mobil menuju lokasi perlombaan.

"Please, angkat saya jadi anak Bapak ya.. saya mau jadi anak Pak Dirga.. pasti enak, soalnya Pak Dirga baik banget.. beda sama ayah, selalu banyak melarang saya ini itu.." cerocos Sisy panjang lebar.

Dirga hanya bisa tertawa, "hahaha.. semua Ayah pasti begitu nak, mereka mau menjaga anaknya.. itu wujud rasa sayang mereka.."

"Iya juga sih Pak.. btw, berapa umur putra Pak Dirga?"

"Dua tahun di bawah kamu, beberapa bulan lagi juga masuk SMP kita.."

"Wah.. asyik dong Pak, biar nanti saya jagain seperti adek sendiri.."

"Baiklah.. saya titip Gio ya.." kekeh Dirga gemas melihat murid didiknya itu.

"Siap boss!!"


Happy reading...
🥰🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Brondong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang