Aku updte sekarang aja ye, takut nanti malm malah gak sempet 🙈
***
Malam ini hujan lagi, tetapi tidak ada petir. Hanya gemuruh guntur yang terdengar menenangkan. Dedaunan yang berada di taman bergoyang tertimpa bulir air, sekumpulan kodok di kolam bernyanyi bersahutan. Malam ini terasa damai, begitu sunyi sekaligus menyakitkan.
Soojae mengusap air mata dengan hati-hati. Bantal yang empuk terasa seperti batu, tempat tidurnya yang mewah tidak memberi kenyamanan. Putus asa, begitulah yang Soojae rasakan. Ia juga marah pada Tuhan, pada sosok yang katanya telah mengutuknya. Soojae marah dan dia semakin berang karena tak bisa meluapkan amarah itu, dadanya terasa penuh oleh berbagai macam emosi yang berkecambuk. Rasa benci dan tak berdaya, kesedihan dan rasa takut bercampur menjadi satu. Soojae hanya bisa mengungkapkan semua kepasrahannya dengan air mata.
Seminggu terakhir, orang-orang asing mondar-mandir datang untuk memeriksa keadaannya, tetapi selalu tak membuahkan hasil, keadaannya justru semakin memburuk. Sampai akhirnya Han Yongwook pun menyerah. Pria itu memerintahkan orang kepercayaannya untuk mencarikan seorang pria uzur berdarah biru, yang mungkin dengan kerendahan hatinya mau menikahi Soojae. Selama beberapa hari, pencarian itu tak membuahkan hasil. Tidak seorang pun bisa ditemukan, Soojae menertawai diri sendiri.
Iblis itu telah membuatnya tak berdaya, membuatnya begitu tak bernilai sampai-sampai ia harus menikahi seorang pria tua dan saat ia bersedia melakukannya, tak satu pun orang bersedia menikahinya. Mungkin saja mereka tak mau tertular penyakit anehnya ini.
"Aku tak menginginkannya, aku membenci kenyataan bahwa aku harus melakukan cari ini." Yongwook berputar-putar di kamarnya dengan gelisah, Soojae ingat sekali ia memperhatikan ayahnya dengan sabar.
"Papa?"
"Ya?"
"Aku sudah bilang, aku mau melakukannya." Yongwook memandang putrinya dengan hati patah, "Ya, Sayang. Akan kita lakukan apa saja demi kesembuhanmu."
"Aku tak peduli apa yang akan dikatakan orang-orang, aku bersedia menikahi siapa saja yang mau menerimaku."
Hanya karena Soojae ingin segera mengakhiri semua ini. Bukan, bukan mengakhiri rasa sakit di tubuhnya, tetapi rasa sakit akibat melihat orang tuanya menderita. Soojae rela kehilangan nyawa asalkan ia tak membuat ayah dan ibunya tersiksa. Bukankah akan lebih baik melihat orang tuanya sedikit bersedih di atas surga?
"Maafkan aku, Mama ... Papa. Aku terlalu banyak merepotkan kalian."
Mendadak, rasa sesak menghantam dadanya. Soojae melirik ke sisi tempat tidur, ibu dan Soorim tertidur di sana, dekat sekali, tetapi tidak terlalu dekat karena takut menyakitinya. Soojae tersenyum mengingat kasih sayang yang diberikan mereka tiada habisnya, ia membenci diri sendiri karena merepotkan semua orang.
Air mata Soojae menggenang lagi, tapi kali ini cepat-cepat dihapusnya. Soojae berbaring telentang, tetapi kepalanya menoleh ke sisi kiri untuk menatap wajah kelelahan sang ibu. Wajah itu dipenuhi kerut kesedihan, rasa takut dan kewaspadaan.
Soojae selalu bertanya-tanya, apa yang membuat ibunya merasa sangat ketakutan daripada datangnya hari kematian? Akhir-akhir ini, Soojae sering melihat ibunya melamun, diam-diam menangis dan mengonsumsi obat tidur. Ibunya menderita dan Soojae baru menyadari betapa semua ini sangat menekan kejiwaan ibunya. Maka dari itulah Soojae setuju untuk dicarikan calon suami, pria uzur. Pria uzur mana saja yang berdarah biru, yang mau menerima lamarannya.
"Tolong dengarkan aku sekali saja, Tuhan."
Betapa berat cobaan ini. Sekarang bukan hanya kaki saja yang lumpuh, tetapi tubuh bagian kanannya telah menyusul. Sekarang, Soojae hanya bisa mengunakan satu tangan dan perlahan-lahan kemampuan berbicaranya mulai melambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With The Devil (SUDAH TERBIT)
FanfictionSejak umurnya beranjak dewasa. Han Soojae menderita penyakit aneh yang merenggut sebagian besar harapan hidupnya. Seorang tetua suku Nahulu berkata kalau Soojae telah dikutuk dan satu-satunya cara untuk mematahkan kutukan adalah dengan menikah. Akhi...