1. Siklus Pergaulan Kita (Our Social Cycle)

34 2 0
                                    

Dari sudut pandang kita, mungkin sudah tidak terasa 17 atau 18 tahun bahkan mungkin puluhan tahun kita menjalani kehidupan, yang lebih tau adalah  diri kita sendiri, setelah itu baru secara garis besar keluarga kita, dan secara singkat temen-teman kita.

     Singkat namun pasti bermakna, pengalaman diwaktu kecil lebih banyak diambil dari ruang lingkup keluarga, dan setelah menginjak bangku sekolah lebih sering berinteraksi dengan teman-teman yang sudah memberi warna begitu banyak untuk kepribadian kita, tidak ada yang bisa mengukur perubahan dalam diri kita kecuali iman kita.

Maka, di masa-masa kita sekarang pergaulan harus tetap dijaga, karena siklus pergaulan kita akan semakin bertambah, dan warna yang kita hadapi semakin jelas. Banyak dari mereka yang sering berdalih ingin membantu kita, tapi pada kenyataannya.. membantu merusak siklus pergaulan kita yang sedang kita tata, juga mereka yang iri ingin memiliki bukan dari segi ilmu, kemampuan atau sikap baik yang Allah karuniakan pada kita (termotivasi untuk semangat dalam memperbaiki diri) melainkan iri dari segi duniawi (harta, kedudukan, dan sebagainya) yang Allah titipkan dan tempatkan untuk kita, padahal itu hanya sementara dan tidak akan dibawa saat kita pulang kepada-Nya.

        Ada beberapa tips yang akan  disampaikan dalam memilih teman, yaitu :

Pertama, kita  tidak bisa menutup diri untuk tidak ingin bergaul, dalam arti “iya sudah sih dia itu bukan siapa-siapa kita, cuekin aja kalo dia mau nanya sesuatu ke kita” No, kita harus tetap friendly (ramah) dengan mereka, bukan karena kedudukan yang dimiliki (anak pintar, orang kaya, pejabat,  dan sebagainya). Tetapi karena kita adalah orang yang memiliki agama, remember! Islam kita jangan sampe cuma status sebagai orang muslim. Tetapi kenali, pelajari, kemudian praktekan etika-etika yang ada di dalamnya, etika bertegur sapa, etika berkenalan dengan orang baru, etika kepedulian sesama manusia, dan masih banyak lagi.

Kedua, kita tidak perlu menaruh hati, kepercayaan atau kepedulian kepada teman kita 100%, atau kita sebut sebagai sahabat. Sahabat yang sejati bukan dia yang selalu ada dan selalu bisa untuk sahabatnya yang juga mengikuti keinginan sahabatnya apapun itu. Lebih-lebih dalam hal duniawi. Contohnya,
Hey, hangout yuk di cafe sebelah!”
“Kuy lah!! Masa gak kuy ?!”
“Eh besok temenin aku ke Bali dong, 4 hari lah, kalo kamu gak ada uang, tenang.. nanti aku yang traktir! Kan kita bisa have fun disana”
“sebenernya sih aku gak bisa, tapi kalo buat bestfriend aku mah apa aja hayuk lah, kapan lagi jalan-jalan Iya, kan? (padahal kondisi dia sedang tidak memungkinkan, sibuk, keluarga dan kerabatnya sedang mengalami musibah, dan sebagainya)."

Melainkan  sahabat itu  adalah dia orang yang bisa mengingatkan kita disaat kita khilaf melakukan kesalahan, jika kita keras kepala, dia yang tetap sabar dan konsisten untuk tetap memberi pengertian yang baik agar kita sadar, begitupun sebaliknya. saat sifat bawaan kita mulai meronta-ronta  dia pun berani untuk menegur kita dengan cara yang baik dan benar menurut syari'at. Maka carilah sahabat untuk dunia dan akhiratmu.

Ketiga, Maka semakin kita tumbuh dewasa, untuk bisa mengatur waktu dengan benar, adakalanya kewajiban dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Kita harus mempunyai jadwal untuk kegiatan sehari-hari kita agar tersusun dan terlaksana dengan tertib. Seperti waktu-waktu senggang, waktu melakukan tugas, dan sebagainya.
Teman itu memang perlu, kenalan sana-sini bisa menambah wawasan yang luas, tetapi ada yang perlu kita hindari, yaitu jika teman kita mulai membicarakan tentang hal-hal yang tak pantas, berita-berita bohong yang agama kita namakan sebagai ghibah, dan membicarakan hal-hal spiritual atau mitos-mitos yang menjauhkan kita dari mengingat Allah. Back to before, Islam itu bukan sekedar status kita sebagai orang muslim tetapi  perlu dipahami apa saja yang harus dimiliki dan dilakukan didalamnya.
Untuk hal-hal spiritual yang berkaitan dengan mitos-mitos yang hanya dibuat-buat cukup kita dengarkan saja, dan jangan dipercaya lebih dalam, mereka (makhluk halus) memang ada, namun itu bukan kesempatan kita untuk menaruh kepercayaan pada mereka dan melupakan Allah yang juga menciptakan mereka, mereka takut jika kita berani pada mereka dengan cara mengingat Allah, bukan dengan ilmu hitam atau dengan guna-guna lainnya.

Everything that you trust will be the strongest ability for yourself.

Jadi yang ingin disampaikan adalah berteman itu boleh dengan siapa saja, tapi jangan sampai kita mudah terbawa oleh manisnya arus yang mereka buat untuk menjauhkan kita dari sang pencipta. Karena dimasa saat ini adalah masa kelabil-an tertinggi yang sedang kita alami.

Everything will be fine, if we want to consider it well :)

Kamis, 06 Oktober 2022
10 Rabiul Awal 1444 H
Rin Hidya

Yang Tak Pernah HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang