04 : Pernikahan

1.6K 337 184
                                    

Pernikahan diadakan dengan sederhana, di aula besar kediaman keluarga Han yang sudah dihias dengan sedemikian cantik. Tamu-tamu khusus didatangkan untuk menjadi saksi.

Han Soojae menarik napas dengan teguh ketika ayahnya mulai mendorong kursi rodanya melewati lorong yang menghantarkan mereka ke altar. Meskipun sebagian besar tubuhnya lumpuh, Soojae masih bisa menggunakan penglihatan dengan baik. Sepasang matanya menatap tak berkedip--ke arah Hwan Taehyung yang berdiri dengan setelan gelap. Buket bunga yang berada dalam pangkuannya dipegang erat oleh salah satu tangan. Soorim dan dua sepupu kecilnya tersenyum cerah sambil menaburkan bunga. Soojae merasa hatinya resah sekaligus sedih, tetapi disingkirkannya semua keraguan itu dan dikuatkan bahunya.

Ketika ia ditinggalkan di altar bersama Taehyung, Soojae nyaris tak menyadari kalau ia sudah resmi menikah dengan pria itu. Saat ia mendongak, pendeta sedang meminta pengantin pria untuk menciumnya.

Soojae tidak bisa membayangkan mulut Taehyung yang keriput menyapu kulit wajahnya, tetapi Soojae diam saja ketika pria itu akhirnya membungkuk untuk mencium bibirnya.

"Sekarang kau sudah menjadi milikku," bisik pria tua itu.

Soojae merasa tubuhnya disengat listrik, ia merasa malu sekaligus hina. Kalau saja ia bisa membatalkan pernikahan ini ... tetapi Soojae tak bisa melakukannya. Sebab, begitu Taehyung menegakkan punggung. Seluruh saraf dalam tubuhnya segera melemas.

Matanya mampu melihat kelebatan wajah ayah dan ibunya, ia sendiri bisa merasakan tubuhnya diangkat ke dalam gendongan oleh seseorang, tetapi ia tak bisa mengatakan sesuatu atau merespon apa pun. Seluruh bagian tubuhnya lumpuh.

***


"Oh, Yon. Iblis itu pendusta, mana mungkin Soojae akan kembali setelah pria itu membawanya."

"Dia berjanji."

"Tidak .... " Terdengar isak tangis yang pilu.

"Sayang ...."

"Aku akan kehilangan putriku untuk selamanya. Aku tak sanggup, Yon. Soojae akan ditumbalkan."

"Ini semua karena kesalahanku."

"Tidak ...."

"Andai saja kita bisa membawanya pergi ...."

"Ya! Kita akan membawa Soojae pergi begitu dia bangun nanti. Aku tak peduli, aku tak peduli andaikata dia marah dan membunuhku."

"Kita akan berusaha."

Soojae, mendengar bisik-bisik itu ketika ia terbangun. Matanya yang tertutup rapat, menggeletar terbuka. Mula-mula Soojae hanya berbaring diam, takut rasa sakit menyerangnya, tetapi tidak ada. Tidak ada rasa panas, tidak ada mimpi buruk.

Kening Soojae mengerut, sedang mencari-cari informasi. Berapa lamakah ia tertidur? Satu hari, dua hari? Soojae tak tahu. Ia tidak ingat apa pun selain kenyataan bahwa ia telah menikah.

Menyadari hal demikian, Soojae langsung duduk tegak di tempat tidurnya. Mula-mula Soojae tidak menyadari keadaannya, tetapi ia merasa sangat sehat dan ringan. Ditataplah salah satu tangannya yang pernah melepuh, digerakan-gerakan tangan itu dengan terpana. Kulitnya tidak mengelupas, warna kulitnya sehat dan halus.

Dia sudah sembuh!

Soojae tak bisa menyembunyikan senyum yang merekah di bibirnya, ia spontan menyibak selimut. Menatap sepasang kaki yang sehat dan mulus. Dengan penasaran, Soojae menggerakkan jemari kaki seperti anak kecil yang baru pertama kali menginjak pasir di pantai.

"Oh, Mama! Aku sudah sembuh!"

Air mata Soojae mengalir.

Pelan-pelan, Soojae menurunkan kaki ke lantai yang dingin. Ia sempat berjengit kaget merasakan betapa dinginnya marmer itu, tetapi ia tertawa. 

Deal With The Devil (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang