Wachi.

213 32 4
                                    

"Arrghhhh"

"Sialan!"

"Bedebah!"

"Aku benci sistem mate!"

"Aku benci memanah!"

"Aku benci kakek!"

"Aku benci ayah, aku benci ibu!"

"Aku benci kalian semua!"

"Aaaarghhhh!!"

Auuuunggggg

Chimon meraung, lebih tepatnya jiwa Wachi meraung menyalahkan takdirnya.

Ia menangis, menangisi kebodohannya yang membiarkan sang kekasih tewas di tangan orang yang selama ini ia hormati.

Betapa bodohnya Chimon begitu menyerahkan abu sang kekasih ke tangan sang kakek.

Tidakkah Chimon memiliki rasa kemanusiaan? Bukankah seharusnya Chimon membawa abu itu ke sungai es agar Jejy bisa dilahirkan kembali dan tentunya dengan takdir yang lebih baik?

Kau kekasih yang buruk, Wachi.

"Jejy, maafkan aku. Maaf."

Taman bunga lavender di tengah hutan wilayah kekuasaan barry pack menjadi saksi kisah cinta dua werewolf yang memiliki takdir paling naas menurut pangeran Adulkittiporn.

Gerhana bulan menjadi saksi pangeran Adulkittiporn berlutut di hadapan seorang beta memohon agar beta cantik itu menerima dirinya sebagai seorang kekasih.

Melupakan fakta bahwa mate dirinya bukanlah gadis itu membuat sang pangeran jatuh terlalu dalam di lubang yang ia gali sendiri.

Tawa gadis cantik itu masih terdengar jelas di telinga Wachi.

Kata 'cantik' yang selalu Wachi utarakan untuk gadis itu sekarang harus Wachi kubur dalam dalam bersama kenangan indah mereka di masa lalu.

"Wachi, lihat! Bunga lavender ini sangat Indah!"

"Iya kau cantik, Jejy. Kau sangat cantik."

"Ish, kau selalu saja seperti itu! Kita sedang mengagumi bunga ini, Wachi. Bukan mengagumi diriku."

"Tapi aku tidak ingin mengagumi apapun selain ibu dan dirimu."

Sial! Wachi lagi lagi meraung menyalahkan kenangan yang terlintas begitu saja di ingatannya.

"Wachi, ayo ajari aku cara memanah!"

"Tidak, Jejy. Aku tidak ingin kau terluka."

"Ck, ayolah. Memanah tidak akan membuatku terluka."

Tapi pada kenyataannya panah lah yang menjadi alasan kau terluka dan pergi untuk selama lamanya.

"Wachi, apa kau sudah mengetahui siapa mate mu?"

"Kau."

"Aku?"

"Iya, Jejy. Kau mate ku."

Ephemeral - SingtoKristTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang