Chapter 1

55 4 3
                                    

Pagi, di mana seseorang pasti sedang sarapan saat ini, mengisi perutnya dengan roti panggang atau mungkin nasi Dengan telur mata sapi di atasnya

Beralaskan sandal tidur Alen baru bangun tidur langsung turun dari anak tangga menuju asal bau wangin masakan sang ibu. Alen tinggal di rumah berlantai dua serta ia adalah anak tunggal, satu-satunya anak semata wayang dari sang ibu dan ayah bernama Amanda Putri Bessara dan ayahnya Andrian Fernanda.  Ibu nya adalah seorang dosen kuliah dan ayahnya adalah seorang pekerja kantoran. Dikarenakan ibu nya mendapatkan jam kuliah agak siang jadi dia bisakah memasak untuk pagi hari.

"Apa menu sarapan nya Mah?" Tanya Alen lesu. Rambutnya berantakan, tangannya sibuk mencari gelas kaca berisikan air segar untuk diminum."Sebaiknya mandi dulu baru sarapan nak.." jawab sang ayah menatap wajah Alen yang linglung.

"Ya..ayahmu benar.. lagipula ini pertama kalinya kau masuk sekolah tatap muka kan?.." sambung Ibunya

Alen hanya menjawab nya dengan anggukan, lalu berjalan ke arah ruangan lembab dan dingin, yaitu kamar mandi. Alen lebih dulu menatap benda yang menampilkan wajahnya sendiri. Wajah berseri nya yang indah dan rambut hitam panjang nya yang masih belum di sisir.

"Aku yang sekarang lebih baik ya.." Alen hanya tersenyum memandang dirinya yang sekarang

Shower nya di sentuh oleh tangan Alen yang putih dan mulus, sementara tangan nya yang lain sudah siap membasahi rambut nya dengan shampo

Setelah rutinitas nya selesai, Alen sudah siap dengan seragam sekolah SMA pertamanya, baju OSIS dan rok abu-abu itu benar-benar pas dipakai dirinya, sama sekali tidak kekecilan. Rasanya sedikit bangga akhirnya Alen memakai seragamnya.

"Aku sudah kelas tiga harusnya aku biasa saja..tapi kenapa aku bangga?..apa karena aku belum pernah memakai nya saat ada wabah Corona itu?..hehe.." ucap Alen cengesesan di depan cermin kaca miliknya

"Nak...ayo turun... sarapan nya sudah siap!" Panggil Sang Ibu mengambil beberapa piring untuk di gunakan.

"Iya Mah...ini aku turun..."

Setelah puas memandangi dirinya di cermin Alen siap ke bawah dan memulai sarapan

"Nyam..enak..baru kali ini aku sarapan sama masakan ibu.. biasanya cuma pake roti sama selai.." Alen tersenyum bahagia dan haru.

"Istri ayah memang hebat memasak..." Sambung sang ayah di tambah sedikit gombalan maut

"Idih Papa masih bisa ngerayu Mama ya.." ucap sang Alen tertawa..

Sementara sang ibu merasa malu.. tapi  melihat Alen yang sedang tetawa perasaan hati Amanda menjadi sedikit berubah, Amanda tersenyum sendu kepada Alen

"Senangnya Alen bisa tersenyum dan tertawa.."

Tak lama setelah di sarapan ada bel rumah yang berbunyi dari luar, Alen sudah tak heran siapa yang akan datang sepagi buta ke rumah kediamannya. Tentu saja sahabat nya

"Oyy Alen..ayo berangkat..." Ucap sahabatnya dari luar

"Eh pagi-pagi gini dah Dateng..-iya sebentar..ini aku mau keluar.."

Alen kemudian bersalam kepada ibu dan ayah lalu memulai langkah ke pintu depan

"Senangnya ya Andrian...anak kita..bisa tersenyum lebar seperti ini..."

"Kau benar Amanda... semoga Alen bisa lupa dengan nya.."

Ceklek..

"Buset..bocah rajin ya.." sarkas Alen kepada sahabat nya

"Justru bagus kan heheh..." Balas sahabat nya bernama Khania

Khania Malik..,Gadis SMA yang juga seumuran dengan Alen, dia berdarah India dari orang tuanya, mereka berdua sudah seperti saudara sejak dahulu, hubungan mereka sudah dimulai sejak sekolah dasar. Dan Kania sendiri berjasa membuat Alen lupa akan masa lalunya. Kania juga tak kalah dari Alen dalam ekonomi keluarga

ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang