Rain tidak mengharapkan hal ini terjadi.
Ia berdecak kesal karena Adele yang tiba-tiba mengajaknya untuk bertanding.Ini masih terlalu pagi untuk melakukan pekerjaan berat seperti bertanding.Namun, mulut besar Adele membuatnya kesal dan marah. Lalu tanpa ia sadari ia sudah menerima tantangan dari Adele.
“Lalu pertandingan macam apa yang ingin Lady lakukan denganku?” tanya Rain dengan tatapan dingin.
“Aku ingin menantangmu untuk mengikuti perlombaan berburu yang akan di adakan di akhir musim panas. Jika kau menang saat itu, aku akan menganggap semua hinaan yang kau ucapkan kemarin sebagai candaan dan aku tidak akan mempermasalahkannya lagi.”
“Lalu, bagaimana jika aku kalah?”
Adele tersenyum miring sembari berjalan mendekat ke arah Rain. “Dengan kata lain kau harus keluar dari Akademi.”
Rain mendesah. “Baiklah, lakukan saja seperti itu,” jawab Rain dengan wajah tak peduli.
Ia kemudian berjalan pergi meninggalkan Adele serta pengikutnya dan berjalan menuju kelas. Rain membuka pintu kelasnya dan berjalan masuk. Tatapan orang-orang di dalam kelas langsung tertuju padanya, kelas yang tadinya berisik seketika hening dan hanya terdengar suara sepatu bot yang ia kenakan.
Ia mengabaikan hal itu dan berjalan menuju bangku yang berada paling belakang dan berada tepat di samping jendela.
Ia mendudukan dirinya lalu melemparkan pandangannya pada orang-orang yang mengayunkan pedang di halaman.
Suara bangku di tarik membuat perhatian Rain teralihkan. Ia menolehkan kepalanya dan melihat siapa yang duduk di sebelahnya. Rain terkejut, namun ia menyembunyikannya dengan baik.
“Kita bertemu lagi... untuk kedepannya mohon bantuannya Lady,” ujar Azkier dengan wajah yang menyunggingkan senyum mengejek.
Rain tak menjawab. Ia mengacuhkan pembicaraan yang tak perlu itu dan membuang wajahnya ke arah lain.“Enyahlah, aku tidak ingin berurusan denganmu,” ketus Rain tanpa melihat ke arah Azkier.
‘Sangat berani dan berterus terang,’
Azkier menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Gadis-gadis yang melihat hal itu menjerit dan melemparkan tatapan penuh kebencian pada Rain yang bersikap tidak sopan pada Azkier yang merupakan calon Grand Duke di masa depan.
“Apa kau benar-benar seorang Lady?” sindir Azkier.
Rain melirik sekilas tak tertarik. “Aku sudah mengatakan jangan melontarkan sesuatu yang tak berguna, itu sangat menganggu. ”
“Begitukah?”
Rain tak merespon. Entah mengapa nasibnya benar-benar sial, bagaimana bisa ia mendapatkan teman sebangku yang begitu menyebalkan? Sebisa mungkin ia ingin menghindari interaksi yang tidak perlu.
“Ah, benar aku lupa memperkenalkan diri.Perkenalkan, namaku Azkier siapa namamu?” tanya Azkier sembari mengulurkan tangannya.
Rain mendesah. Ia menoleh dan menegakkan punggungnya menatap langsung ke mata hijau gelap milik Azkier.“Apa kau bisa menghentikan pembicaraan ini? Kau benar-benar membuatku merasa tak nyaman,” sarkas Rain.
Azkier bersandar pada tangannya dan membalas tatapan Rain sembari menarik sudut bibirnya ke atas. “Kau terlalu berlebihan Lady,”
Rain mengepalkan tinjunya. Ingin rasanya ia membuat wajah tampan yang berada di samping ini babak belur. Namun, sekuat tenaga Rain menahan kekesalannya.
“Selamat pagi,” ujar wanita paruh baya yang berjalan memasuki ruang kelas.
Rain mengalihkan pandangannya dari Azkier dan fokus pada wanita itu.“Pertama-tama perkenalkan saya adalah Prof. Millie Saya akan mengajarkan aritmatika dan untuk itu mohon bantuannya.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis Lady [END]
AzioneRain Deleux gadis remaja yang di juluki sebagai 'Anak tak berguna' dari keluarga Deleux. Setelah sekian lama menyembunyikan kemampuannya ia bertekad untuk membuat orang-orang tidak memandangnya dengan rendah. Tak tanpa ia sadari identitasnya sebagai...