Part 10

564 59 1
                                    

"Aku lelah hidup seperti ini" gumam Jaemin.

"Kenapa?" Tanya Haechan.

Saat ini Jaemin dan Haechan sedang berada di satu mobil yang sama menuju ke sekolah mereka.

"Memangnya kamu tidak lelah?" Tanya Jaemin.

"Harus lelah kenapa?" Tanya Haechan balik.

"Tanpa tujuan" lirih Jaemin.

Sudah ratusan tahun lamanya mereka di bumi layaknya manusia, melakukan hal yang sama berulang kali hingga Jaemin muak sendiri melakukannya.

Entah sudah berapa kali juga mereka bersekolah, berpindah tempat terus menerus. Jujur itu sangat melelahkan bagi Jaemin.

Mereka semua terus berjalan tapi tidak ada tujuan yang pasti dimana akhir perjalanan mereka dan apa akhir yang akan mereka temui.

Hidup lama tidak akan membuatmu bahagia, ya setidaknya itu yang Jaemin rasakan selama ini. Hidup dengan waktu yang cukup lama akan membuatmu merasakan kesakitan yang sama berulang kali dan belum lagi dengan rasa sakit baru lainnya.

Karena pada dasarnya menurut Jaemin tidak ada satupun mahkluk yang akan terbiasa dengan luka.

Luka tetap akan menjadi luka dan rasa sakitnya tetap sama tidak ada yang berubah, tidak perduli berapa kalipun kamu sudah menghadapinya hanya saja terkadang orang-orang berusaha untuk mengabaikan rasa sakitnya.

"Kamu mungkin merasa tidak memiliki tujuan hidup karena kamu putus asa Jaem" ujar Haechan.

Haechan tersenyum tipis dan sebelah tangannya yang tadi menggenggan setir beralih mengusap kepala Jaemin.

"Cukup hidup saja tidak perlu memikirkan apa yang akan menusukmu kembali didepan sana" ujar Haechan.

Jaemin menghela napasnya dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela, lagi dan lagi tidak ada kelegaan yang dia dapatkan dari semua pembicaraan yang seperti ini.

"Renjun mungkin sangat jahat menurutmu selama ini, tapi dia melindungi kita Jaem, ratusan tahun" ujar Haechan.

"Dia hanya melindungi dirinya sendiri dengan memanfaatkan kita" kata yang hanya bisa Jaemin ucapkan dalam pikirannya.

Dia tau tidak akan ada yang membelanya jika dia berkata bahwa Renjun itu jahat dan kejam.

"Kau menyadari itu? Jadi seharusnya kau tau batasan sikapmu jika ingin melindungi dirimu sendiri"

Sebuah suara yang membalas balik pikiran Jaemin tersebut membuat suatu  senyum kecut terbit dibibirnya.

Hidupnya hanya diisi dengan kehendak lain, dia hilang arah dan tujuan hidup karena terbiasa dikontrol orang lain.

"Ke kelaslah, aku akan membantu mengawasi Jeno ketika di luar kelas" ujar Haechan ketika mereka sudah sampai di parkiran sekolah.

Jaemin hanya mengangguk sekilas kemudian keluar dari mobil Haechan tersebut dan melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

Seperti biasanya hanya wajah datar yang Jaemin tampilkan tidak peduli dengan banyak pasang mata yang menatapnya.

Matanya berpendar ketika sampai di kelasnya tersebut dan Jaemin mengangkat sebelah alisnya saat melihat Jeno yang sudah duduk di bangku sebelahnya dengan sekotak bekal yang terbuka di atas mejanya.

"Yo teman" sapa Jeno saat menyadari kedatangan Jaemin.

"Sarapan?" Tanya Jaemin yang diangguki Jeno.

"Aku lapar" sahut Jeno dengan cengirannya.

"Seperti manusia saja" gumam Jaemin, dia sudah duduk dikursinya sendiri dan bersiap mencari posisi nyaman untuk tidur.

"Apa maksudmu?" Tanya Jeno membuat Jaemin menoleh menatapnya.

SUN and MOON [NoMinRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang