Koper itu terlempar begitu keras di teras rumah Shena, bebarengan dengan tubuh Shena yang terhempas begitu saja karena dorongan sang ayah.
"jangan pernah mengharapkan apapun lagi dari papah dan mamah! Sekarang kamu bukan lagi tanggung jawab kita!" tegas Pak Adam selaku ayah kandung Shena yang sedang dikaluti kemarahan.
"tapi kan, Shena masih anak kalian." Ucap Shena seraya menangis terduduk dilantai.
"kamu sudah menjadi istri orang dan tanggung jawab kamu bukan kita lagi yang nanggung!" ucap Pak Adam cukup kecewa dengan sang anak.
"sekarang kamu pergi! PERGI!" seru Pak Adam mengusir Shena dari rumahnya.
Shena beranjak bangkit merasa tidak terima dengan usiran orang tuanya itu. Tapi Shena kalah cepat, pintu rumahnya sudah tertutup rapat begitu saja. "PAPAH! JANGAN USIR SHENA! MAAFIN SHENA!"
Tinn...Tinn..
Klakson motor matic milik seorang laki-laki itu beberapa kali berbunyi seolah-olah menyuruh gadis itu untuk cepat meninggalkan rumah mewah tersebut. Mengapa dia tidak mengerti jika Shena begitu sangat sedih karena telah diusir oleh orang tuanya.
"cepat sialan! Gue udah kepanasan daritadi!" Teriak Arga cukup keras.
Shena mendesis kasar, menyibak air matanya begitu saja. Dia bergegas untuk memungut koper yang tidak berdaya itu diatas tanah. Tidak ada pilihan lain selain pasrah dengan keadaan. Shena menghampiri Arga yang duduk diatas motornya dan menatapnya diam.
"kenapa lihatin gue? Cepatan naik." Suruh Arga.
Shena tidak menjawab apapun pertanyaan Arga, dia hanya pasrah menaiki motor butut itu. Mau dia tidak terima dengan keaadan apapun kenyataannya masih sangat sama dan dia tidak ingin membuang energinya begitu saja.
Arga menoleh kearah belakang dan memberikan sebuah Helm kepada Shena. "walaupun hati lo remuk, seenaggaknya kepala lo gak remuk dijalan. Pakai helmnya."
****
Shena menatap nanar kontrakan didepannya. Pintu satu, jendela satu bahkan yang lebih nahasnya lagi pintu kontrakan itu terdapat banyak tempelan stiker aneh yang mengganggu pemandangan. Ini tampak jelas berbeda dengan rumah orang tuanya. Akankah Shena dapat bertahan di kontrakan itu?
"ayo masuk?"ajak Arga.
Shena menggelengkan kepalanya menolak. Dirinya hanya mengintip didepan pintu, dimana rumah kontrakan itu sangat sempit dan berantakan. Arga menghela nafasnya sedikit kasar ikut meneliti sekitar, dimana dirinya sebisa mungkin sudah membersihkan tempat tersebut agar terlihat rapih dan bersih, namun pandangan Shena akan tetap sama saat menjadi orang kaya.
"nanti gue bersihin lagi ya. Masuk dulu." Suruh Arga lagi, tapi Shena memilih duduk dikursi depan dengan menunduk sedih.
Apakah ini awal kesabaran untuk Arga? Baru saja satu hari dia menikah dengan Shena tapi perempuan itu sudah menguji kesabarannya begitu saja.
"gue gak akan masuk sebelum lo bersihin dulu semuanya." Ucap Shena malah mengancam Arga.
"besok gue bersihin, kalo sekarang gue capek she." Jawab Arga dan berharap Shena dapat mengerti. Tapi sepertinya gadis itu tidak akan mengerti bahkan untuk menerima Arga saja tidak.
"terserah lo aja deh, she. Lo mau balik kerumah juga gue gak perduli. Gue capek, gue mau tidur." Pasrah Arga yang tidak ingin membuat istrinya itu menjadi wanita manja. Shena hanya terdiam.
"kalo lo mau disini, silahkan masuk kedalam. Kalo gak, lo pergi. Ini pintu mau gue tutup, gue mau tidur." Ucap Arga lagi yang sepertinya sudah sangat kesal.
![](https://img.wattpad.com/cover/323797245-288-k373352.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
99% TOXIC ARGA [Terbit]
Random~ 𝙎𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙠𝙚𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠𝙨𝙚𝙢𝙥𝙪𝙧𝙣𝙖𝙖𝙣~ _______ Menikah dengan pacar teman sendiri tak pernah terlintas di pikiran seorang Arga. Niat ingin membalaskan dendam kepada temannya, malah petaka yang datang menghampiri dan memper...