17. Rumah baru

10.1K 444 14
                                    

Shena duduk disebuah kursi didepan kontrakan seorang diri seraya memikirkan Arga yang sudah dua hari tidak menampakkan dirinya dihadapan Shena. Lagi dan lagi laki-laki itu selalu tidak pulang membuat Shena uring-uringan sendiri.

"Mas Arga teh gak pulang neng?" Tanya Teh Asih yang tiba-tiba mendekat dan duduk di samping Shena.

"Iya teh, soalnya kerjanya jauh. Lagian juga kerjanya nyediain kamar untuk Arga tidur." Ungkap Shena apa adanya.

"Teteh semalam denger Shena muntah-muntah. Lagi masuk angin? Mau teteh pijitin biar enak?" Tawar Teh Asih.

Shena menggeleng menolak. "Gak usah teh, semalam perut Shena cuma ngerasa gak enak aja. Lagian kehamilan Shena juga masih terbilang muda, jadi masih ngerasain muntah-muntah"

Teh Asih mengangguk-angguk. "Nanti kalo ada apa-apa jangan sungkan-sungkan minta tolong saya ya?"

"Oke siap teh"

Bebarengan dengan itu, Shena dan Teh Asih melihat kepulangan Arga yang secara tiba-tiba.

"Bentar ya teh" Ijin Shena yang sudah berdiri ingin pergi.

Shena cepat-cepat menarik tangan Arga untuk masuk kedalam kontrakannya. Setelah itu dia menguncinya.

"Darimana aja lo?" Tegur Shena merasa tegas.

Arga membuka lemari pakaiannya dan mengeluarkan sebuah koper disana.

"Kerja" Jawab Arga singkat seraya mengemasi baju-bajunya kedalam koper.

"Kenapa sih ga lo selalu gak pulang kalo kerja? Lo selalu biarin gue sendiri di kontrakan?" Protes Shena.

"Lo yang bilang sendiri gak butuh gue, jadi buat apa gue nemenin lo" Jawab Arga seadanya.

"Arga, tanggung jawab lo bukan soal nikahin gue doang. Lo---"

Arga melempar satu bajunya ke dalam koper sedikit kasar, lalu dia berdiri tepat dihadapan gadis itu.

"Gue udah nurutin apa yang lo mau ya She. Gue udah kerja, gue turutin ngidam lo, gue turutin semua kemauan lo. Tapi lo gak pernah hargain gue sebagai suami lo! Lo selalu menganggap gue laki-laki paling jahat yang udah merusak kebahagiaan lo"

Shena menatap serius wajah Arga yang terlihat tidak baik-baik saja.

"Lo tau susah payahnya gue untuk nebus kesalahan gue sama lo? Gak kan? Jangan sok paling tersakiti, gue muak denger lo selalu ngeluh kalo sama gue." Tutur Arga.

"Kalo emang lo kerja, seharusnya lo kabarin gue. Lo seharusnya bilang kalo gak pulang. Jangan buat gue nunggu" Ucap Shena tiba-tiba.

"Gue gak salah dengar? Lo nunggu gue pulang?"

Shena menatap Arga diam.

"Bukannya ini kesempatan lo untuk ketemu Gerald disaat gue gak dirumah" Cibir Arga.

"Ga" Tegur Shena karena laki-laki itu terus menerus mengungkit peristiwa waktu itu.

Arga menghela nafasnya cukup panjang. "Sekarang beresin semua baju dan barang-barang lo. Kita pindah hari ini"

Shena mengerutkan keningnya tiba-tiba. "Pindah?"

"Gak usah banyak tanya, turutin apa yang gue suruh"

****

Arga dan Shena turun dari mobil pickup yang mengangkut barang-barang mereka berdua. Setelah Shena turun dirinya dibuat kaku oleh pemandangan rumah dihadapannya.

Rumah itu terlihat sederhana berada di suatu komplek perumahan elit. Rumah berwarna cat Dusty dengan gerbang berwarna hitam membuat Shena terheran-heran, bagaimana Arga dapat membeli rumah sebesar itu.

"Bantuin bawa masuk barang-barang lo, jangan diem aja"

Lamunan Shena terganggu saat Arga menyuruhnya untuk membantu. Shena menarik koper kecil untuk masuk kedalam, karena barang-barang besar jelas Arga yang membawanya.

Lima belas menit lamanya Arga membawa masuk barang-barang tersebut. Laki-laki itu menghela nafasnya singkat didekat Shena yang berdiri.

"Gimana? Lo suka sama rumahnya?" Tanya Arga tiba-tiba.

"Dapet--"

"Sstt ssttt.. Gak usah tanya gue dapet duit darimana. Yang penting lo suka, lo nyaman, dan lo gak selalu mengejek kontrakan kecil gue." Ucap Arga menyela ucapan Shena terlebih dahulu.

"Lo aneh" Ucap Shena tiba-tiba.

Arga mengerutkan keningnya. "Apanya yang aneh? Gue tuh berusaha buktiin sama lo kalo gue bisa buat lo bahagia"

"Kerja baru satu minggu sebagai tukang cuci mobil gak akan cukup untuk beli motor sama rumah sebesar ini" Tukas Shena tiba-tiba.

"Kan gue udah bilang sama lo, tuh motor gue dikasih." Elak Arga.

"Tapi rumah ini? Lo beli dapet duit darimana Arga? Bahkan sepatu lo yang bolong aja, lo gak beli."

Arga melihat kebawah dimana sepatu yang ia pakai sudah bolong dan rusak. Arga menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Udah sih, tinggal nikmatin aja apa yang gue kasih"

Shena menghela nafasnya lalu mendekat kearah Arga bahkan sangat dekat. "Kerja lo jadi maling ya?"

Arga membulatkan matanya. "Dih amit-amit She. Lo nuduh suami lo maling?"

"Lagian lo gak jelas. Ini rumah pasti mahal kan. Duit darimana sih" Kesal Shena.

"Lo gak perlu tau She"

"Gue berhak tau, gue istri lo!"

Arga seketika terdiam. Apakah Shena sudah menerima keadaan jika dia adalah istri seorang Arga.

"Gue gak akan maafin lo, kalo lo kasih gue duit haram. Ngerti?" Tekan Shena.

****

"Bang?"

Arga terkejut saat Aldo memanggilnya dengan menyikut tubuhnya.

"Apaan?"

"Bengong aja daritadi, kerasukan loh" Tukas Aldo.

Arga menghela nafasnya. "Gue lagi mikir al. Dengan kerjaan gue yang gak baik, emang gue bisa buat istri dan anak gue bahagia?"

"Bisa bang. Buktinya lo udah beli rumah baru kan"

Arga mengangguk "tapi gue takut. Takut istri gue tahu dan gak nerima pekerjaan gue yang aneh."

"Eh bang, lo kan bilang sendiri sama gue kalo lo capek direndahin terus terusan sama istri lo kan. Giliran lo udah bisa buktiin beli apapun yang dia mau, lo malah ngerasa bersalah. Aneh lo. " Cibir Aldo.

"Udah gak usah dipikirin. Selagi lo bisa membeli omongan orang-orang yang udah rendahin lo, lo gak perlu merasa bersalah." Tukas Aldo membuat Arga diam.

"Gimana si Aretha? Gue liat sejak dia kenal lo, dia bukan Aretha yang dulu."

Arga mengernyit "maksud lo?"

"Iya, Aretha yang suka ngamuk-ngamuk gak jelas, melukai dirinya sendiri bahkan Aretha yang minum pil penenang sekarang udah gak ada. Dan gue yakin itu semua berkat kedatangan lo dihidupnya." Tutur Aldo menepuk-nepuk pundak Arga.

"Safira istri gue nitipin salam untuk lo. Dia sangat berterima kasih karena lo udah bisa nyembuhin kakaknya sampe tenang seperti ini" Ucap Aldo ikut senang.

"Bukan gue itumah. Aretha yang sudah dewasa, dia tahu mana yang baik untuk dirinya sendiri" Elak Arga.

"No no. Gue rasa Aretha udah nyaman sama lo bang" Ucap Aldo membuat Arga menoleh.

"Gue udah punya istri"

"Tapi lo dan istri lo gak ada sedikitpun perasaan" Jawab Aldo membuat Arga terdiam.

____________________

Nextpart

Jangan lupa vote dan komen ya guys:)

99% TOXIC ARGA [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang