"Terima kasih atas kerjasamanya hari ini. Saya harap project ini akan berjalan dengan lancar." ucap seorang pemuda tinggi dan tampan dengan senyumannya yang khas begitu dia dengan koleganya beradadi parkiran. Mereka baru saja dari restaurant bintang lima, ngomong-ngomong.
Koleganya yang merupakan seorang pria paruh baya hanya terkekeh ringan. "Ya, saya harap juga begitu. Saya juga berterimakasih karena Anda sudah mau datang jauh-jauh kesini, Seokmin-sshi. Mengingat Seoul dan busan adalah perjalanan yang jauh."
Seokmin masih belum melunturkan senyumannya sedari tadi. "Ah, gwenchana, Pak Cha. Saya sudah terbiasa menyetir untuk bepergian jauh, mengingat kebanyakan klien Saya dari luar Seoul."
"Ah benar. Ini sudah larut malam dan tidak mungkin Seokmin-sshi menyetir untuk kembali untuk pulang ke Seoul. Bagaimana jika Seokmin-sshi menginap saja dirumah Saya? Saya akan segera memberitahukan istri Saya."
"Ah, tidak perlu, Pak Cha. Saya sungguh sangat tersanjung dan berterimakasih tapi Saya tidak ingin merepotkan Pak Cha dan keluarga."
"Kalau begitu, apa mau Saya carikan hotel terdekat saja?" tawar Pak cha lagi.
Tapi ini adalah Seokmin. Lee Seokmin, seorang pemuda yang baru saja merintis karir di dunia tempat hiburan yang memiliki sifat tidak enakan. Yang merasa menjadi beban tersendiri jika ada orang yang ingin membantunya. Jadi jangan heran dia akan menolak semua tawaran Pak Cha dengan semua sifatnya itu.
"Sekali lagi Saya sungguh sangat tersanjung dan terimakasih untuk tawarannya. Tapi sepertinya Saya akan menginap dirumah saudara Saya saja. Kebetulan rumah saudara Saya tidak jauh dari sini dan Saya sudah menghubunginya." ucap Seokmin dengan rasa tidak enaknya karena menolak tawaran Pak Cha. Tapi mau bagaimana lagi? Seokmin akan semakin merasa tidak enak jika menerima tawaran Pak Cha.
Pak Cha yang tertawa ringan lalu menepuk bahu Seokmin sebanyak dua kali. "Baiklah jika seperti itu. Sekali lagi Saya ucapkan terimakasih dan semoga project kita ini akan berjalan dengan lancar." Ucap Pak Cha sembari mengulurkan tangannya.
Melihat itu tangan Pak Cha yang terulur, Seokmin langsung menjabat tangan itu dengan rasa percaya diri yang tinggi. "Saya harap juga seperti itu. Senang bertemu dengan Anda, Pak Cha."
"Kalau begitu saya pamit." ucap Pak Cha lalu undur diri dari hadapan Seokmin.
Seokmin langsung mengeluarkan ponselnya begitu Pak Cha sudah tidak terlihat lagi. Matanya memindai kontak di ponselnya mencari nama Minghao yang merupakan saudara sepupunya dari China. Ya, Seokmin berbohong tentang sudah menghubungi saudaranya. Karena nyatanya, dia belum menghubungi saudaranya. Bahkan ketika dia akan kesini pun, dia sama sekali tidak menghubungi sepupu Chinanya itu.
Begitu menemukan nama kontak Minghao, segera saja Seokmin mengirim pesan singkat pada pemuda pecinta seni itu lalu kembali memasukan ponselnya dalam saku jaket. Tidak peduli apakah Minghao sudah membaca pesannya atau belum, tapi Seokmin tetap akan kesana. Masalah dia akan diamuk Minghao itu akan menjadi nanti.
From : Seokmin Kuda
'Minghao, aku sedang ada di Busan sekarang. Ini sudah terlalu larut malam dan cukup berbahaya jika aku berkendara untuk kembali ke Seoul. Aku menginap di rumah mu, ya. Aku akan segera datang. Jangan suruh aku ke hotel karena lebih baik uangnya ku gunakan untuk memperluas bisnis ku. Terima kasih, sepupu jauh.'
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridle Seventeen
RandomHanya berisi One Shot yang dikembangkan menjadi sebuah cerita dari ridle dengan Seventeen sebagai karakternya