Paenitentia

467 75 12
                                    

"Halilintar ... mulai besok, kamu nggak perlu ke sini lagi."

Si pemilik nama tertunduk di seberang meja. "Aku minta maaf, Paman ..."

Paman Kumar menghela napas, lalu menggeleng sekali lagi. "Maafmu tidak bisa mengembalikan apa yang sudah terjadi." Pria berkulit cokelat itu meletakkan sebuah amplop putih di atas meja. "Ini gajimu yang terakhir. Pulanglah."

Halilintar mengangguk lesu, menerima amplop itu, lalu keluar dari ruangan. Ada Gopal yang berdiri dengan gelisah di balik pintu itu dan menyaksikan kekecewaan berat di wajah kawannya.

"Appa memecatmu?" tanya pemuda India itu pelan-pelan, yang tidak dijawab oleh Halilintar yang berjalan terus, keluar dari restoran itu.

"Hei, Hali!" Gopal bergegas mengejarnya, takut akan ada ledakan susulan setelah kejadian sejam yang lalu. Salah satu staf tetap di restoran itu tak sengaja menumpahkan minuman ke lantai yang sudah dipel oleh Halilintar, membuat pemuda itu meledak marah dan membentaknya. Staf bersangkutan, yang meski masih muda tapi ternyata punya gangguan kesehatan jantung, begitu terguncang sampai pingsan. Untungnya, setelah dibawa ke rumah sakit, keadaannya membaik. Tentu saja Paman Kumar selaku pemilik restoran tak akan mau hal yang sama terulang lagi, meskipun staf paruh waktu yang satu ini adalah teman sekelas anaknya di sekolah.

Gopal mengeluarkan ponsel dan merepet dalam tulisan,

"Fang ... bantu aku!"

.

.

.

.

.

BoBoiBoy © Monsta

Paenitentia © Roux Marlet

An alternate universe with grown-up characters.

Rating: T

Genre: Slice of Life, Friendship, Angst

-the author gained no material profit from this work of fiction-

[Written for World Mental Health Day - October 10, 2022]

.

.

.

.

.

***...***...***...***

***PAENITENTIA***

***...***...***...***

.

.

.

.

.

Halilintar memacu langkahnya menuju sepetak tanah kosong dekat bangunan tak terpakai dan berteriak keras-keras. Pemuda itu berjongkok di tanah dan meninju-ninju ke bawah, melampiaskan amarah yang entah seharusnya kepada siapa.

Lagi-lagi, sifatnya yang gampang marah membuatnya dipecat dari pekerjaan. Bulan lalu, dengan kebaikan hati kawannya yang lain, Fang, Halilintar bisa sedikit menabung dari bekerja paruh waktu di kios binatu milik abang Fang. Kejadiannya hampir sama: salah satu staf di sana tak sengaja mengotori tumpukan baju kering yang sudah disetrika Halilintar dan dia meledak marah. Kaizo langsung memecatnya detik itu juga.

PaenitentiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang