Aku update cerita ini tiap hari kalian bosan nggak sih??? Kalau bosan bilang yaaa, nanti aku update-nya seminggu sekali aja wkwk
Cerita ini udah setengah jalan, boleh dong kasih tau kesan pesan kalian baca cerita ini hehehe
Atau mungkin ada yang mau disampaikan ke Dito dan Fania, boleh sharing di siniiii
Mau kasih kesan pesan ke penulis juga boleh xixixi
Okay then, happy reading~~~
***
Lima bulan berlalu dengan begitu cepat. Progres hubungan Dito dan Fania masih tidak banyak mengalami perubahan. Bahkan bisa dibilang stagnan. Tidak ada peningkatan sama sekali. Mereka masih tidur terpisah. Hari demi hari masih dipenuhi dengan keributan kecil hanya karena perkara sepele. Padahal, Dito sudah mengusahakan banyak hal. Sesering mungkin mengajak Fania berkencan. Memperlakukan Fania dengan begitu baik. Menunjukkan perasaannya dengan jelas. Namun, entah karena Fania yang tidak benar-benar berniat membuka hati atau memang sesulit itu meluluhkan hati Fania, Dito tidak tahu. Ia hampir mencapai batas kesabaran. Ia kelelahan mencari cara bagaimana agar Fania tidak terus-terusan menjadi sekeras batu.
Selama kurun waktu itu, Ferdi sempat beberapa kali muncul. Laki-laki itu terus-terusan mendatangi Fania dan memohon kepada wanita itu agar mau kembali kepadanya. Kalau tidak dihentikan oleh Fania, kemungkinan besar Dito sudah akan kembali memukuli Ferdi hingga babak belur karena setiap kali berurusan dengan mantan temannya itu—Dito benar-benar memutus pertemanan sejak Ferdi mendeklarasikan di depan laki-laki itu bahwa Ferdi tak ingin menyerah untuk mendapatkan Fania kembali—emosi Dito dengan mudah terpancing. Ferdi tidak kunjung jera meski hidungnya pernah sampai patah karena pukulan keras Dito yang membutuhkan hampir tiga minggu masa pemulihan hingga benar-benar sembuh.
Dan entah apa yang sedang Ferdi rencanakan, terhitung sudah hampir dua bulan laki-laki itu menghilang ditelan bumi. Kabar terakhir yang Dito tahu dari temannya, Ferdi pulang ke kampung halamannya di Denpasar untuk merawat ibunya yang sedang sakit keras. Dengan kealpaan Ferdi, bukan berarti Dito bisa menjalani hari-hari dengan tenang. Karena ia tahu bahwa Ferdi tidak akan berhenti begitu saja. Dan hari ini, entah mengapa ketidaktenangan hatinya menjadi-jadi. Seperti mendapat firasat bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dalam hidupnya sebentar lagi.
Dito mendesah keras. Jam makan siang sudah hampir habis. Alih-alih menyantap menu makan siang yang dikirim oleh Fania—sesungguhnya Dito seringkali bingung dengan sikap Fania yang begitu perhatian dan sayang terhadap dirinya, tetapi tidak kunjung membalas perasaannya—Dito justru sibuk menatap layar ponsel yang bebas notifikasi. Entah apa yang sedang ia tunggu.
Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar dan ada satu pesan masuk dari Fania.
Fania Sasmito
Dit, malam ini aku nginep lagi di apartemen Puspa, ya? Boleh kan?"Nginep lagi? Puspa udah kayak suami pertama kamu aja, Fan," gumam Dito smabil geleng-geleng kepala setelah membaca pesan itu.
Bersamaan dengan itu seseorang mengetuk pintu ruangannya. Salah seorang cleaning service di rumah sakit membuka pintu ruangan Dito dari luar setelah dipersilakan masuk.
"Selamat siang, Dok. Ini ada kirimin paket untuk Dokter Dito," ucap lelaki paruh baya itu sambil menyerahkan sebuah paket berupa kardus berukuran sedang yang berlapis lakban kepada Dito.
Dito menerima paket itu dengan raut kebingungan di wajahnya.
"Paket apa ya? Seingat saya, saya nggak beli apa-apa."
![](https://img.wattpad.com/cover/323440102-288-k137921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH KONTRAK
RomanceBelum genap satu bulan menikah, Fania Sasmito dan Dito Subagja memutuskan untuk pisah kamar. Bukan tanpa alasan. Pernikahan yang tidak mereka kehendaki itu menyiksa batin dan mereka memilih untuk tidak tidur dalam satu ranjang yang sama. Tidak hanya...