2

595 47 4
                                    

Setelah acara drama dipagi hari, kini semua sudah kumpul di meja makan kecuali Sean yang lagi tidur

"Ayah hari ini Riki minta uang tambahan ya buat beli dasi baru" Mohon Riki

"Emang dasi kamu kemana, kemarin topi sekarang dasi besok apalagi? " Ayah cuma geleng-geleng gak habis pikir dengan kelakuan anaknya, Riki cuma cemberut aja kesel dia tuh sedangkan yang lain cuma menahan tawa takut kalau tu anak tambah mundung.

Emang Riki tuh anaknya udah bandel, pecicilan, ceroboh, pelupa bikin ayah bundanya harus ekstra sabar

"Ayah, Bunda, Hesa sama Reyhan berangkat ke kampus dulu ya" Pamit Hesa sambil menyalimi kedua orang tuanya di ikuti Reyhan

Setelah itu disusul Satya, Jake, Juna, Riki juga berpamitan berangkat sekolah, emang meraka berempat tuh satu sekolah,
Satya dan Jake cuma beda satu tahun tapi mereka 1 kelas, karena dulu waktu jake masuk paud Satya ngamok pengen masuk paud juga jadi mereka barengan sekolahnya sampai sekarang kelas 11
Sedangkan Juna dan Riki juga sama kelas 10 cuma bedanya mereka beda kelas.

Setelah semua pergi tinggal bunda Sinta aja yang dirumah, sekarang bunda lagi santai menikmati hidup sebagai ibu rumah tangga sambil nonton gosip setajam pisau

Dari arah tangga tampak Sean dengan muka bantalnya dan mata yang masih tertutup mau menuruni tangga, bunda yang melihat itu langsung bergegas menghampiri Sean takut anaknya jatuh ngegglinding.

"Adek buka dulu matanya, kalau masih ngantuk tidur aja dulu, jangan jalan sambil merem nanti kalau jatuh gimana, untung tadi bunda liat kalau enggak Sean udah jatuh dari tangga" Nasehat bunda sambil menuntun Sean menuruni tangga

"Bunda, Sean mau ikut Juna sama Riki sekolah, Sean mau main kelereng di sekolah, mau nyanyi balonku, potong bebek angsa, pelangi-pelangi" Pinta Sean dengan wajah berbinar

"Tapi Juna Sama Riki udah berangkat sekolah, Sean nyanyi dirumah aja ya sama bunda"

"Gak mau pokoknya mau kesekolah Juna sama Riki, Sean mau kesekolah bunda, Sean gak mau nyanyi dirumah" Ucap Sean dengan kesal

"Hufttt" Bunda cuma bisa menghela nafas kalau Sean lagi mode ngeyel

"Lagian kenapa Sean gak boleh sekolah, Sean kan udah besar badan Sean juga udah gede" Tanya Sean dengan muka cemberut

Bunda Sinta menatap anaknya dengan sendu, meskipun badan Sean besar bukan berarti pola pikir anaknya juga udah besar, Sean berbeda anaknya itu istimewa memiliki pola pikir yang lambat tidak seperti anak seusianya,  yang dimana anak seusianya sudah belajar reproduksi anaknya masih belajar mengancingkan baju.

:
:
:
:
:

Sekarang sudah sore tapi Ayah dan saudaranya yang lain belum pulang, Bunda sendiri lagi didapur memasak buat makan malam.

"Huftt Sean bosen" anak itu sedang main sendiri di ruang tengah jangan lupa dengan botol dot ditangannya

Sean mengamati tangannya lamat-lamat pandangannya semakin kosong entah apa yang dipikirkan hingga anak itu memukul tanganya dengan keras

"Eunghh akhhhh ihhh gak suka.... Plak.... Sean gak suka akkhhhh" Sean terus maracau tanganya juga tak henti memukul satu sama lain, bahkan anak itu sudah menjambak rambutnya sendiri dan menangis

Tak lama pintu utama terbuka menampilkan Hesa dan Reyhan yang memang sudah pulang kerumah
Mereka terkejut dan segera menghamipir Sean yang lagi-lagi mangamuk sambil melukai dirinya

"Adek sayang tenang, ini abang jangan dipukul tanganya" Ucap Hesa seraya menggenggam tangan Sean, Sean hanya menatap abangnya dengan pandangan kosong bukanya tenang Sean malah semakin berontak dan histeris yang membuat kedua abangnya kewalahan

" Rey, panggil bunda cepet minta obatnya Sean" Pinta Hesa tanpa babibu Reyhan langsung berlari  mencari bundanya

"Sean tenang ya, abang sedih kalau Sean gini jangan dipukul tangannya nanti sakit hmm" Hesa mencoba menenangkan Sean meskipun suaranya bergetar tidak tega dengan keadaan adiknya yang seperti ini

"A..bang" Sean mendongak memanggil sang abang dengan mata sayu dan suara yang lirih

"Iya ini abang, adek tenang ya bang rey lagi manggil bunda dulu" Ucap Hesa sambil memeluk erat sang adik

"Ya ampun adek kenapa? "

Tbc



AutisMeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang