Clara hanya diam saat Alec membawanya keluar dari klub malam tersebut. Dia merasa bodoh karena sangat menurut pada pria itu. Harusnya dia melawan nya dan menolaknya.
Mereka tiba di sebuah gedung apartemen yang cukup mewah. Clara yakin ini adalah apartemen pria itu.
"Mengapa kita kesini?" Tanya Clara
"Kita harus bicara, Clara." Kata Alec.
"Kita sudah bicara." Decak Clara.
"Mengapa kau sangat membenciku?" Tanya Alec.
"Membencimu? Aku? Aku tak pernah membencimu." Tukas Clara.
"Baiklah, mengapa kau begitu tidak menyukaiku? Apakah karena reputasi ku? Atau karena apa yang sudah kita lakukan malam itu?" Cecar Alec.
"Berhenti! Tolong jangan lagi kau bahas masalah itu!" Kata Clara tajam.
"Mau tidak mau, suka tidak suka, kita tetap akan membahas masalah itu!" Ketus Alec.
"Kenapa? Karena kau pikir aku sedang mengandung anakmu? Ya, Tuhan!" Desis Clara.
"Siapa tahu, mungkin saja itu benar." Kata Alec.
"Demi Tuhan, Alec! Aku tidak sedang hamil!" Erang Clara kesal.
"Jangan terlalu yakin, sayang! Ingat, malam itu kita tidak memakai apa-apa!" Decak Alec.
Clara terdiam, dia merasa sedikit panik. Dia mencoba mengingat-ingat apakah ada satu atau dua hal yang menjadi petunjuk kehamilan nya, tapi rasanya semua biasa saja. Hanya bulanan nya sedikit bermasalah yang dia yakin itu karena terlalu stres.
Alec keluar dari mobilnya lalu membukakan pintu untuk Clara, dia menunggu dengan sabar hingga akhirnya Clara keluar.
"Ingat, sebentar saja. Aku tak ingin berlama-lama disini." Kata Clara dengan nada ketus.
Alec diam saja, tentu saja itu tak akan terjadi. Bagaimanapun caranya, Clara Jameson akan tetap disini untuk beberapa waktu yang lama, karena dia akan berusaha untuk meyakinkan nya.
"Sekarang, katakan apapun yang ingin kau katakan, Alec." Kata Clara saat mereka tiba di apartemen pria itu.
"Bagaimana kabarmu, Clara? Apakah kau masih marah mengenai Mathias?" Tanya Alec yang sedang menuangkan minuman untuk mereka.
"Bukankah sudah kukatakan padamu, aku mulai berdamai dengan diri sendiri dan menerima kenyataan bahwa Mathias berbeda dari yang lainnya. Ayolah, langsung saja." Kata Clara kesal.
"Baiklah. Seperti yang kukatakan tadi, kita tidak tahu kondisi mu saat ini bagaimana, tapi apa yang sudah kita lakukan waktu itu cukup membuatku terus menerus memikirkan akibatnya. Aku pikir, sebaiknya besok kita mendatangi klinik dan memeriksanya. Untuk memastikan semuanya." Kata Alec.
"Tapi, aku merasa baik-baik saja, Sungguh! Tak ada gejala yang umum terjadi pada wanita hamil." Kata Clara.
"Tapi, tak ada salahnya kita memeriksa kondisimu saat ini, untuk memastikan semuanya." Yakin Alec.
Clara terdiam, bagaimana jika yang Alec katakan benar, bahwa saat ini dia sedang mengandung anaknya. Apa yang harus Clara lakukan dan apa yang akan Alec lakukan nanti, saat dia tahu. Apakah pria itu akan menerima kehamilan nya, bagaimana jika tidak.
Bayangan dirinya membesarkan seorang anak sendirian membuat Clara merasa cemas dan ketakutan. Apa yang harus dia lakukan, apakah sebaiknya dia pergi jauh setelah dia mengetahui kehamilannya, rasanya dia tak akan sanggup mendengar penolakan dari Alec.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak, Clara. Tentu saja aku akan bertanggungjawab jika kau benar sedang mengandung anakku." Kata Alec.
Tidak! Clara tak ingin pria itu terpaksa melakukannya, dia juga tak bisa membayangkan dirinya menikah dengan pria itu. Tidak!