Bagian 1: Sebuah Mimpi Buruk

1.5K 128 2
                                    

DISCLAIMER: 

Bagian ini sudah pernah dipublikasikan di akun Twitter @ hereforenhyuck

https://twitter.com/hereforenhyuck/status/1540611010880409600?s=20&t=IEHGA1vCzShMzyQS30V8Og

Bagian ini hanya akan berisi modifikasi dalam bentuk narasi dari bagian yang sudah dipublikasikan sebelumnya. 

***

Arutala Amerta, pemuda berusia 20 tahun tersebut menggeliat, sedikit menguap kala denting notifikasi berlomba-lomba masuk mengusik tidur nyenyaknya. Ia menguap sebentar sebelum akhirnya tangannya tergerak untuk mengambil gawai keluaran terbaru miliknya yang tergeletak di atas nakas. 

KAVI NAMBAH TUA: 

Samudra: 'WAKE UP EVERYBADYHHHH!'

Samudra: 'TODAY'S KAVINDRA BDAYY!'

Samudra: 'SAY CONGRATULATIONS TO HIMM!'

Begitulah kira-kira isi pesan yang membuatnya sedikit merasa jengkel akan tingkah heboh Samudra. Hanya masalah sahabatnya, Kavindra, berulang tahun saja kenapa harus seheboh itu? Tangannya berkutat, membalas pop-up pesan yang muncul dengan sarkastik. 

Samudra: 'That is not the point I am being this noisy at almost 12 fucking p.m. ok.'

Kavindra: 'Gue kira lo bahagia karena hari ini ultah gue makanya lo berisik sendiri.'

Samudra: 'Weeetss IMM, but that is not the main point.'

Arutala mengernyit ketika membaca pesan terakhir yang muncul pada layar gawainya, merasa penasaran akan maksud Samudra. Otaknya bekerja, mencara kepingan puzzle yang telah ia lewatkan. Kavindra dan hari ulang tahunnya yang ke-20. 

Ah, Arutala got the answer already!

Second gender!

Benar, Kavindra akan mendapatkan identitas gender keduanya hari ini, tepat di usianya yang menginjak angka 20. Jujur, hatinya sedikit terusik kala sebuah fakta memberinya tamparan yang cukup keras kalau identitas gender keduanya belum muncul sampai sekarang padahal ulang tahunnya sudah terlewat lebih dari lima bulan yang lalu. Apa yang salah? Arutala masih tidak mengerti dimana letak kesalahannya. Ketika Samudra berteriak kegirangan setelah mengetahui bahwa ia adalah seorang beta, Arutala kira semuanya juga akan berjalan lancar baginya. Sayangnya, perkiraannya meleset jauh dari ekspetasinya ketika tepat dua bulan setelah identitas Samudra muncul. Arutala masih belum menemukan identitas gender keduanya. 

Such a great nightmare and the worst birthday's gift ever!

Mungkin, andai kata Arutala tidak terlahir di keluarga yang lebih mementingkan kedudukan dan uang, dirinya tidak akan merasa segusar ini. Menunggu munculnya identitas kedua sembari merasakan tekanan yang sangat luar biasa menganggu emosinya adalah bagian terburuk dari hidupnya. 

'Do not be an omega! An omega is weak and you are not supposed to be part of them since you are Gautama.' 

Kalimat itu selalu berputar dalam benaknya, terus-menerus menganggunya hingga menimbulkan ketakutan yang mengoyak relung jiwanya. Jangan jadi bagian dari omega. Omega lemah. 

'No, you are wrong! An omega is not that weak! I do not give any fuck whether I will be an omega or — akhh!'

Kedua kelopak matanya sontak terpejam kala memori malam itu kembali terulang secara tiba-tiba. Hujan disertai petir yang mengaung ditambah dengan suara cambuk yang berkali-kali menyentuh kulit punggung telanjangnya. Rasa sakit yang bertumpuk menjadi tumpukan rasa benci seketika mampu membuatnya menjadi pribadi yang keras. Lantas, ia salahkan kehadiran omega akan rasa sakit yang ia tanggung sendirian. 

Sejak saat itu, Arutala deklarasikan kebenciannya terhadap omega. 

Rasa bencinya semakin bertambah kala identitas keduanya belum juga muncul. Ayahnya yang sangat terobsesi akan kedudukan dan menganggap bahwa hanya bagian Alpha saja yang dapat menggenggam dan menguasai dunia pun turut serta menjadi penyebab kebenciannya terhadap eksistensi omega. 

Papa: 'My PA has arranged your schedule. Today is your medical checkup.'

Papa: 'Do not forget to meet doctor John at 3 p.m.' 

Arutala menggeram, menyumpahi semesta dan Dewi Fortuna karena telah menempatkannya pada posisi yang sangat tidak menguntungkan. Obsesi ayahnya untuk menjadikannya seorang alpha adalah sebuah mimpi buruk baginya yang terus berulang hingga membuat jiwanya seakan mati. 

"I will not go." 

Arutala tahu betul bahwa keputusannya untuk tidak mengikuti perintah ayahnya adalah sebuah keputusan yang tidak seharusnya ia ambil, tapi siapa yang peduli? Biarkan sekali ini saja Arutala rasakan bagaimana rasanya terbang secara bebas bak burung di luar sana, alih-alih kembali merasa terkurung dalam jeruji emas yang dibuat oleh ayahnya. 

"Bodo amat. Mending gue fokus ke Kavindra aja," monolognya, lantas mengabaikan pesan terakhir yang dikirimkan oleh ayahnya. 

Samudra: 'Lol I do hope resultnya nunjukin kalau Kavindra itu alpha biar kita bisa party ke Devil Bar HAHAHAHAH'

Lagi-lagi, Arutala mengernyit setelah membaca pesan dari Samudra. Devil Bar?  Arutala tahu bahwa tempat itu adalah tempat terkenal yang hanya didominasi oleh alpha dan mereka yang mau membuang uang secara percuma hanya untuk masuk dan berjoget ria di lantai dansa sembaringi diiringi oleh musik berisik nan memekak telinga. Sayangnya, bukan itu yang membuat Arutala gusar. 

"...Kalau Kavindra itu alpha..." 

Arutala mengerti bahwa menjadi bagian dari alpha adalah skenario terburuk yang tak mau Kavindra kecap sama sekali. Pria yang ia cintai beridentitas sebagai seorang dominan alpha, lalu bagaimana bisa Kavindra terima nasibnya begitu saja apabila ia ditakdirkan menjadi seorang alpha? 

"Well, it is more better that being an omega." 

Arutala ambil kesimpulan sendiri bahwa menjadi alpha adalah manuskrip paling terbaik dibanding harus menjalani hidup sebagai seorang omega yang telah dicap sebagai kaum terlemah di dunia fana ini. Walaupun Kavindra merasa bahagia jikalau identitas gender keduanya menunjukkan bahwa ia seorang omega dan berkesempatan untuk mendekati pria yang ia sukai, Arutala tahu bahwa keluarga Pramana tidak akan mau menerima Kavindra sebagai bagian dari keluarga mereka. 

Bukankah posisi dan kedudukan itu lebih penting daripada cinta? 

Begitu kesimpulannya. Tidak ada hal mampu membuatmu merasa bebas selain kedudukan tinggi di mata masyarakat. 

Samudra: 'Kavindra is an alpha!' 

Ah, nyatanya kesimpulan yang ia buat selalu berujung pada sebuah kesalahan. 

Kavindra yang malang. 

***

Hi! I'll slowly update the book from its beginning ya! 

If there is something to be asked, don't hestitate to send me DM or hit me up on Tello! (Link in Bio yap)

https://tellonym.me/zidecmonth 



Bound | Hyuckren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang