Adek paling ganteng

523 40 6
                                    

"Abang, Markeu ganteng engga?"

Seperti yang sebelum-sebelumnya, Win hanya memutar bola matanya malas. Namun walau begitu seperti biasa juga, Win akan menjawab pertanyaan dari adeknya itu, walaupun ujung-ujungnya membuat Mark adeknya itu menangis.

"Ew jelek!"

"Tapi kata Papa sama Daddy, Markeu ganteng Abang." hampir aja air mata itu jatuh meleleh membasahi pipi chubby nya, yang hanya saja pintar-pintar Mark menahannya.

"Yaudah kalo ngak percaya, tanya aja sana sama Daddy. Pasti juga bakalan bilang jelek!" Win yang mulai senang, sebab adeknya ini mulai ingin menangis. Karena hal yang paling membuat Win senang, itu adalah saat sang adik menangis.

"Udah deh sana lu pergi, lu tuh anak kumut tau." Tambah Win yang langsung aja membuat Mark berlari sambil menahan tangisnya menuju ke arah sofa.

Di sana ada sang Daddy dan Papa nya juga, hari ini mereka tengah asik menonton serial televisi. Karena kebetulan hari ini hari minggu, jadi Daddy ada di rumah bersantai dengan sang istri.

"Daddy apa Markeu jelek?" seperti bocah, Mark menggoyang-goyangkan lengan sang Daddy.

Tidak langsung menjawab, sang Daddy saling bertatapan dengan sang Abang. Jelas Mark tau, tapi ia tetap menunggu jawaban sang Daddy berharap tidak sama seperti Abangnya.

"Iya ih jelek banget."

"Yahhh nangis nagis nagiss!" Win bersorak semakin makin, bahkan anak sulungnya itu dengan wajah tanpa berdosa mulai mendekat. Setelahnya duduk di bawah dengan kepala yang ia taruh di pangkuan sang Papa.

Mark sendiri tengah berusaha agar tidak menangis, namun rupanya pertahanannya runtuh kala sang Abang kembali menggodanya. Apa lagi kini Daddy membela Abang nya itu, dan ikut mem-bully-nya.

"Nagis aja kalik, tuh liat idung dah kembang kempis hahah." Win yang lagi-lagi tertawa senang, sebab sang adik mulai menunjukan buliran air matanya.

"HUAAA PAPA!!" tangisan kencang, yang membuat Lucas menghela nafasnya kesal.

Melihat bayinya menangis kencang seperti itu, membuat Lucas mendorong kepala sang Abang. Iya Win benar-benar di dorong oleh sang Papa, yang untung saja kepalanya tidak kepentok meja yang ada di ruangan tersebut.

"Aduh kalian berdua ini, berhenti godain Adek dong!" Sulut sang Papa, Lucas seolah memberi jeweran pada Abang Win dan juga suaminya.

"Adek sini sama Papa, udah ya jangan nangis. Pokoknya adek yang paling ganteng diantara kita." Lucas memangku bayi besarnya itu, dengan tangan yang terus mengelus-elus rambut Mark.

"Kita nanti ke mall ya, beli banyak mainan buat adek pokoknya jangan ajak-ajak Daddy dengan Abang." hibur Lucas, yang ajaibnya selalu berhasil.

"Beneran ya?"

"Iya bener, nanti jangan di pinjemin ke Abang. Pokoknya buat adek aja."

"Halah ngak iri Abang, lagian nanti Abang bakalan di beliin Daddy motor. Iyakan dad?" Win yang menyombongkan diri, dan langsung di tanggapi oleh sang Daddy.

"Gampang mau minta motor atau bahkan Mobil gampang deh kalo sama Daddy."

"Seriusan ya? Kalo gitu Win mau minta mobil BMW aja deh!" ujar Win dengan wajah yang berbinar.

"Boleh kalo udah masuk kuliah, sekarang kan Abang masih duduk di bangku SMA jadi naik motor aja ya." jawab sang Daddy, yang membuat Win langsung lemas seketika.

"Yaahh sama aja kalo gitu, bohong!"

"Enggak bohong, nanti kalo Abang lulus dan kuliah langsung Daddy beliin mobilnya."

Kim family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang