The White Dress 🤍

5 3 2
                                    

Di tengah gelapnya malam, seorang gadis sedang menjahit sambil bersenandung di ruang tamu rumahnya. Dia sedaritadi terus menjahit gaun putih ibunya, sambil mengingat kembali kenangan-kenangan manis bersama ibunya.

"Wah! Ibu jahit lagi bajuku yang robek kemarin, kok Ibu bisa mahir banget dalam menjahit?

"Bisa aja kamu, kamu mau belajar juga?"

"Mau banget! Ajarin dong, Bu! Aku juga mau jahittin baju ibu yang rusak nanti!"

"Lama-lama kamu pasti bisa, yang penting kamu hati-hati."

"Tenang saja Ibu, aku bisa. Eh, auw! Auw! Auw!"

"Sudah Ibu bilang kan, hati-hati."

"Perih banget! Ibu sepertinya menjahit bukan passionku deh!"

"Hehe kamu ini ada-ada aja, sini ibu obattin lukamu."

Gadis itu tersenyum saat mengingat masa-masa bahagia tersebut, sudah lama dia tidak merasakan kembali kebahagiaan itu. Dia sangat merindukan ibunya, tapi hidup harus tetap berjalan.

"Dasar pel*cur, kamu tidak berbeda jauh dengan ibumu." Tiba-tiba darah mulai menetes dari jari sang gadis & mengenai gaun putih yang sedang dijahitnya. Gadis itu langsung berdiri & membuang gaun putih yang hampir selesai ia jahit ke dalam tong sampah, gadis itu menatap kosong ke arah gaun putih tersebut.

"Untuk apa juga aku menjahit gaun itu, lagipula pemiliknya juga udah lama mati." Ujar gadis itu sambil menyeringai, tanpa ia sadari seorang pria sudah berdiri di belakangnya sedari tadi.

"Jarimu luka lagi, biar kuobati." Ujar pria itu, gadis itu langsung menoleh ke arah pria tersebut & gadis itu langsung berjalan ke arah pria itu.

"Sayang, mungkin dari dulu aku sudah mati kalau kamu tidak menyelamatkanku." Sang pria tersenyum kecil lalu memeluk erat-erat gadis itu, tidak ingin kehilangannya untuk kedua kalinya.

"Besok kita akan melakukan rencana kita & tidak ada yang akan bisa menghentikan kita."

"Apapun yang terjadi, aku ingin melepas mahkota sang Ratu bersama dengan kepalanya."

***

"Raven, gw merinding lihat kondisi jasad si Marie. Sumpah, siapa sih yang ngelakuin itu ke dia?!" Angel terlihat sangat pucat & aku masih berusaha menenangkannya.

"Tenang aja, polisi pasti bisa nangkep pelakunya. Gila aja kalo pelakunya masih berkeliaran, nih sekolah enggak aman jadinya." Jujur, aku agak parnoan setelah melihat kondisi Marie. Walaupun hubungan aku & Marie tidak terlalu baik, tapi dia tetaplah temanku.

Sudah ada garis polisi di TKP, banyak wartawan yang mengelilingi tempat itu & Monika, sahabat sekaligus teman lama korban tidak berhenti menangis setelah mengetahui kejadian tersebut. Hari ini benar-benar chaotic, aku tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi pada Marie.

Orangtua Marie sudah datang & setelah berbicara dengan Bu Diana, mereka hanya bisa duduk terdiam sambil meratapi kepergian anaknya. Sementara itu aku & Angel masih terus menguping dugaan-dugaan + gossip dari anak-anak sekelas, karena kita berdua nggak bisa berbuat banyak.

"Kayaknya Marie dibunuh sama pembunuh bayaran deh."

"Pembunuhnya pasti masih berkeliaran di sekitar sini, kecillin suara lu."

"Sadis banget ya, kepalanya ampe putus gitu."

"Marie kayaknya ada banyak musuh makanya dibunuh."

EXCHANGE - Maria SangrentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang