49

220 9 0
                                    

Benar saja, tak berapa lama setelah mengirim pesan terakhirnya ke Jeno, Haechan mendengar suara ketukan di pintu kamarnya.

"Haechan, ada Jeno di ruang tamu." Terdengar suara Bubunya dari balik pintu.

Haechan mengerutkan keningnya bingung. Bukannya tadi Jeno bilang mau langsung ke kamarnya lewat pintu balkon? Lalu kenapa lelaki itu malah ada di ruang ramu rumahnya?

"Iya Bu." Balas Haechan.

Setelah memeriksa kembali berkas-berkas yang dibutuhin untuk daftar ulang sudah tersimpan di dalam tasnya, Haechan bergegas menemui Jeno.

Jangan panik, tarik napas Chan. katanya sambil menenangkan diri.

Sesampainya di ruang tamu, Haechan melihat Jeno sedang duduk manis menikmati secangkir teh hangat ditemani oleh papanya yang sedang membaca koran paginya. Begitu sadar orang yang ditunggu sudah datang, Jeno langsung menatap Haechan.

"Kalo gitu, Papa tinggal dulu ya." sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah, papanya Haechan berhenti di sebelah anak lelakinya tersebut dan membisikkan sesuatu.

"Papa nggak tau kamu sama Jeno pacaran." begitu bisiknya. Langsung saja wajah Haechan memerah.

"Siapa yang pacaran sih, Pa."

Dijawab begitu, papanya hanya tertawa dan meninggalkan Haechan berdua saja dengan Jeno.

Haechan berjalan menghampiri Jeno yang kini sudah selesai menghabiskan tehnya. Menunggu lelaki itu membereskan cangkir teh yang sudah kosong.

"Udah siap? Kita sekarang mau langsung ke kampus kan?" Tanya lelaki itu.

Haechan mengangguk.

"Jen,"

"Y–" belum sempat Jeno mengeluarkan suara, Haechan memeluk Jeno. Menjatuhkan kepalanya di bahu lelaki itu dan menghirup aroma khas yang sangat disukainya.

Langsung saja Jeno mengalungkan lengannya di pinggang Haechan. Balas memeluknya erat.

Cukup lama mereka berpelukan saling melepas rindu, Haechan menarik diri. Mereka kemudian duduk berdampingan, sampai akhirnya Jeno mengambil tangan Haechan dan membawanya ke bibirnya. Mengecup punggung tangan Haechan.

Perlakuannya tersebut membuat pipi yang lebih muda menghangat.

"Gue kangen banget nggak ketemu lo tiga minggu, Chan." kata Jeno sambil memainkan jari-jemari Haechan dalam genggamannya. Tangan satunya mengelus pelan rambut Haechan.

Ah... Jeno berharap waktu dapat berhenti saat ini juga, saat orang yang paling dia sayangi ada dalam dekapannya, dalam jangakauannya.

"Jen, udah mau jam 10." perkataan Haechan menyadarkan Jeno dari lamunannya.

Haechan kemudian berdiri dan menarik Jeno untuk segera bangun.

"Papa... Bubu... Haechan berangkat ke kampus dulu." Haechan pamit dengan cara berteriak dari ambang pintu masuk rumahnya. Sudah tidak ada waktu lagi untuk menyalami satu-satu orang tuanya.

"Hati-hati di jalan." balas papanya dari dalam rumah.

Haechan berjalan keluar rumahnya dengan tergesa-gesa.

"Jen lo jalan lama banget kaya keong. Keburu jam 10 nih, gue nggak mau ngasih traktiran ke anak dua itu."

Jeno hanya tertawa melihat tingkah Haechan itu.

"Yee malah ketawa lagi. Buruan, Jen."

"Iya, gue buka kunci mobilnya dulu."

[Nohyuck] Tetangga Bau - Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang