una

3 0 0
                                    

rintik hujan dimalam hari terdengar merdu menyentuh bumi. hawa dingin yang menyeruak masuk melalui sela-sela ventilasi mulai menyerang sang pemilik rumah. zero, malam ini dia akan mencari "kudapannya" namun sayangnya hujan turun dan membuat dirinya untuk mengurungkan niatnya malam ini.

"ah, sial. aku sudah cukup kelaparan setelah dua hari tidak merasakan sentuhan." gerutunya menatap keluar jendela.

terakhir dia mendapatkan makanannya itu.. saat dua hari lalu. zero menemukan manusia bumi yang memiliki energi cukup kuat untuk dihisapnya yang dia temui di bar pinggiran kota. cukup mudah baginya menarik perhatian lelaki cantik dengan proporsi tubuh lebih kecil dibandingkan dirinya. bahkan, zero mendapatkan nomor pribadi lelaki cantik bernama rembulan itu untuk berjaga-jaga jika dia kesulitan menemukan manusia bumi seperti saat ini.

"apakah aku harus menghubunginya? energinya cukup kuat, tapi aku yakin butuh waktu baginya untuk proses pemulihan." monolog itu terucap saat zero mengeluarkan handphone keluaran terbaru yang dia dapatkan dari temannya.

cukup lama berkutat memikirkan nasibnya, zero memilih untuk berteleportasi ke etheral tempat zero berasalㅡ dengan memejamkan mata indahnya selama dua detik.

tentunya, saat membuka mata, zero kini sudah berada di ethereal. dia ingin pergi ke rumah david; itu terlalu sering dia lakukan ketika kembali padahal dia sendiri memiliki rumah.

butuh waktu lima menit dia berjalan sampai ke halaman rumah david. zero mendapati madav sedang memetik buah mirip semangka di bumi.

"hei bodoh, apa kau tunawisma?" sindir madav begitu melihat zero.

bukannya menjawab pertanyaan madav, zero malah balik bertanya "haha. di bumi hujan deras, apakah zeus sedang bersedih?"

madav hanya mengendikkan bahunya lalu berjalan ke kursi panjang depan rumah dan mendudukkan dirinya sendiri sambil membelah buah-mirip-semangka itu dengan mudahnya. melahap dengan cukup rakus seperti orang kelaparan. jangan tanyakan zero, dia hanya bisa menggelengkan kepalanya heran melihat kelakuan madav yang sangat jatuh cinta kepada buah dari bumi ini.

"baiklah, aku akan ke bumi lagi. tolong sampaikan kepada zeus untuk tidak bersedih. aku butuh pasokan energi." pinta zero.

"apakah dibumi sedang hujan? sudah satu minggu aku tidak ke sana karena pasokan energiku masih sangat banyak." penjelasan madav membuat dirinya iri dan hanya mendelikkan matanya.

bukannya menjawab, zero sudah hilang dan kembali dirumah-bumi-nya. hujan masih turun meskipun sudah tidak sederas tadi. dengan berat hati zero keluar menggunakan payung yang muncul begitu saja digenggamannya dan merelakan sepatu kulit kesayangannya itu terkena air dan pergi mencari manusia bumi yang cocok menjadi kudapannya.

ENERGÍA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang