Selang beberapa hari kemudian, Andrew kembali mengajak Anabele untuk bertemu kembali di sebuah kafe melalui telepon.
"Hi, apa kabar?" Andrew bertanya kepada Anabele sambil menarik kursi untuk Anabele duduk.
"Baik. Kamu apa kabar?"
"Baik. Mba, boleh tolong minta menunya?"
"Ini, mba. Di sini kami terkenal dengan nasi goreng buntut."
"Ok. Itu aja buat aku. Kalau kamu Drew suka apa?"
"Ikutin kamu aja!!!"
"Ya uda, kalau begitu nasi goreng buntutnya dua sama minumannya es teh manis dua ya?"
" Iya. Terima kasih, mba" Andrew dan Anabele sama-sama mengucapkan terima kasih sambil menyerahkan menu ke pelayan kafe tersebut.
"Oh ya, kamu uda lulus sekolahnya, Bell?"
"Uda, tinggal nunggu ujian aja minggu depan."
"Ok. Good luck, ya?!"
"Iya. Makasih."
"Oh ya, kerjaan kamu gimana? Sibuk???"
"Iya, lumayanlah. Belakangan ini aku lagi sibuk banget bikin laporan keuangan."
Anabele dan Andrew terus melanjutkan obrolan mereka. Mulai dari pekerjaan, hobi hingga aktivitas mereka masing- masing selama makan siang. Hingga akhirnya, pada pukul 3 sore, keduanya memutuskan pulang.
"Bell, kamu pulang sama siapa?"
"Oh, bentar lagi mamaku jemput. Kamu bawa mobil sendiri?"
"Iya, aku bawa mobil sendiri. Ok, kalau gitu aku tungguin sampai mama kamu datang."
"Ok. Makasih ya."
"Sama-sama. Oh iya, nanti setelah selesai ujian aku boleh ajak kamu jalan lagi?"
"Boleh. Nanti kabarin aja?"
"Ok."
Tak lama kemudian, mama Anabele datang dan mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anabele
Non-FictionPertemuan antara Anabele dan Andrew. Dipertemukan melalui saudaranya, Ririn dan keduanya berjodoh hingga akhirnya menikah.