Aku memarkirkan mobilku di halam rumah milik Kevin. Akan sangat lama apabila aku harus kembali kerumah apalagi jalanan saat ini masih sangat padat. Rumah Kevin tidak terlalu jauh dari kantor agensi Irene. Selain alasan jarak yang kuperhitungkan aku juga memperhitungkan keselamatan hidupku. Aku tidak ingin mati muda karena kecelakaan saat menyetir dalam kondisi mengantuk. Tentu saja aku sangat mengantuk. Aku bahkan tidak tidur dengan benar. Beberapa kali sudah aku menguap hingga rahangku terasa pegal.
Tanpa basa-basi dan permisi aku langsung masuk begitu saja ke rumah Kevin dan mendapati seorang perempuan dewasa sedang duduk di sofa sambil menatap layar laptopnya. Dia adalah Melissa, perempuan cantik yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakak kandung Kevin. "Hai kak Ica" sapaku padanya sambil menjatuhkan tubuhku keatas sofa. "hai Mer, makan dulu gih kakak masak ayam mentega" balasnya. Dia tampak begitu serius dengan laptopnya dan aku penasaran dengan apa yang dia lakukan. Ternyata kak Ica sedang mendesign sesuatu. Design tersebut terlihat seperti sebuah logo, apa itu untuk cafe yang akan dia buka nanti.
Aku tidak ingin makan yang aku inginkan saat ini adalah tidur. Dengan gerakan cepat aku memindahkan laptop kak Ica yang sebelumnya dipangku oleh kak Ica ke meja dan menempatkan kepalaku dipangkuannya sambil memeluk perutnya. Dia tidak pernah protes saat aku melakukan ini semua, yang dia tahu aku hanya anak manja. Hanya dengan Melissa a.k.a kak Ica aku bisa menunjukan sisi manjaku. Dia begitu mirip dengan sosok mendiang Mama yang memiliki sifat penyayang dan perhatian.
*****
Tidak terasa aku sudah terlelap sekitar dua setengah jam dan kepalaku masih pada posisi semula yaitu diatas pangkuan kak Ica. Ternyata dia juga tertidur, aku masih bisa merasakan telapak tangannya di pucuk kepalaku. Dia benar-benar membuatku menjadi bayi. Sejak awal aku tiba disini aku belum melihat Kevin, kemana anak itu. Kevin bukan tipe anak yang suka mengurung diri di kamar. Alih-alih di kamar dia pasti lebih memilih untuk pergi nongkrong. Apa dia lagi nongkrong sama yang lain, tapi tumben dia tidak mengabari aku. Apa karena dia mengira aku masih sibuk dengan urusanku. Aku membetulkan posisiku dan duduk disamping kak Ica yang terbangun saat aku mengangkat kepalaku. "udah bangun ternyata, pantes bebanku jadi ringan" candanya dengan suara serak efek bangun tidur. aku hanya memanyunkan bibirku dan dia terbahak melihatku.
"Kevin dimana kak? Tumben batang hidungnya belum muncul, biasanya juga gercep banget gangguin orang" bukan apa-apa, Kevin selalu iri dengan perlakuan kak Ica ke aku. Serasa seperti akulah adik kandungnya bukan Kevin.
"tadi pagi-pagi udah pergi, katanya sih ada janji sama orang. Mungkin gebetannya, kamu gak tau?"
Aku hanya menggeleng sambil mengangkat kedua tanganku. Sejujurnya aku penasaran kemana perginya anak ini. Tapi sudahlah dia sudah besar dan bisa mengurus dirinya sendiri hahahaha.
"kak aku laper" ucapku malu-malu meskipun sebenarnya aku tidak perlu malu padanya
"yaudah yuk makan" ajaknya sambil menarik tanganku kearah meja makan.
*****
Hari ini aku menginap di rumah Kevin, jika kalian berpikir aku tidak ganti baju tentu saja kalian salah. Aku selalu menyimpan beberapa pakaianku di mobil hanya untuk berjaga-jaga. Menginap di rumah Kevin bukan hal baru bagiku, aku bisa tidur dimana saja yang aku mau. Dirumah ini Kevin hanya tinggal berdua dengan kak Ica, orang tua mereka tinggal di Australia sekalian mengurus perusahaan keluarganya disana. Keluarga Kevin memiliki perkebunan anggur yang sangat luas serta mengelola pabrik wine disana.
Suara klakson terdengar dari halaman rumah, aku sudah bisa menebak ulah siapa itu. Tentu saja Kevin, dan benar saja memang dia.
"woy Mer, mobil lo pinggirin dikit gue mau masuk" teriaknya dari dalam mobil
Sepertinya yang ada dalam pikiranku tadi hanyalah tidur sehingga aku memarkirkan mobilku dengan asal. Yang penting terparkir di halaman rumah kan pikirku. Tanpa banyak bicara aku memindahkan mobilku agar mobil Kevin bisa masuk.
*****
Tidak banyak yang aku bicarakan dengan Kevin setelah bertemu dengannya. Dia bahkan tidak menanyakan kembali alasanku meninggalkannya di Bandara. Aku lega saat dia tidak menanyakan itu, karena kalau sampai dia bertanya sudah dipastikan aku akan bigung untuk menjelaskannya. Sudah pasti dia akan mentertawakanku karena dengan sukarela diperintah oleh orang yang tidak aku kenal.
"besok ke kampus bawa satu mobil aja, biar pake mobil gue" ucap Kevin sambil menyodorkan sekaleng minuman soda padaku.
Sejak tadi kami memang duduk berdua di taman belakang sambil bermain gitar dan bernyanyi tidak jelas. Sedangkan kak Ica sudah terlebih dahulu memilih masuk kamar, katanya sih tidak ingin ketularan gila. Dan aku tidak percaya bahwa itu alasannya dia pergi ke kamarnya. Dia sekarang pasti sedang ngebucin dengan kekasihnya. Itu sudah pasti. Dia pikir aku tidak tahu bagaimana dia dan pacarnya bucin satu sama lain.
*****
Kelas pagi ini begitu membosankan, berulang kali aku menguap dibuatnya. Ternyata aku tidak sendirian, hampir semua mahasiswa dan mahasiswi dikelas ini terlihat tidak bersemangat. Apa karena hari ini adalah hari senin sehingga semua orang masih menginginkan untuk libur. Terkadang hari-hari itu memang tidak adil. Bagaimana mungkin dari hari Senin ke hari Minggu itu sangat lama sedangkan dari hari Minggu ke Senin itu seperti kita mengedipkan mata.
Perkuliahan hari ini pun selesai. Aku bersama teman-temanku termasuk Kevin pergi ke sebuah cafe yang tidak jauh dari kampus. Kami memesan makan dan minuman dengan tidak sabar seperti orang yang tidak pernah makan.
Saat sedang menunggu makanan yang aku pesan, telingaku samar-samar mendengar sebuah nama yang aku kenal dari sebuah siaran televisi. Siapa lagi kalau bukan 'Irene Zaylee'.
Sepertinya orang-orang disini termasuk teman-temanku menggemari Irene, itu terlihat dari mereka yang sangat fokus mendengarkan apa yang dikatakan Irene pada pers conference. Mata mereka begitu berbinar melihat Irene dilayar kaca seolah-olah diberikan sumber kehidupan setelah seharian terpaku melihat dosen-dosen yang sudah tua.
"gila cantik banget sih ini Irene, multitalenta pula. Idaman banget sih ini"
"gak ada lawan emang si Irene, beruntung banget jadi cowoknya nanti selalu disuguhi visual"
"gue bahkan kenyang cuma liat muka Irene"
"HAHAHAHAHAHA"
Tawa kami semua pecah secara bersamaan kecuali salah satu temanku yang bernama Andrew, dia terlihat sangat kebingungan.
"lo yakin bisa kenyang cuma dengan liat Irene?" tanyaku pada Andrew
Andrew tampak berpikir keras lalu dia menyadari maksud dari tawa kami semua dan dia tertawa sekarang. Sungguh terlambat.
Alasan dari tawa kami tadi adalah karena Andrew memiliki badan yang lebih besar dari kami semua selain itu dia yang paling maniak dengan segala makanan dan tentu saja selalu merasa lapar. Jadi tidak mungkin kan kalau dia akan kenyang hanya dengan melihat Irene.
"gue bercanda kali, lo semua serius banget sih" ucap Andrew sambil mengunyah makanannya.
"menurut lo Irene cantik gak?" bisik Kevin tiba-tiba padaku
Aku tersedak setelah Kevin bertanya seperti itu, apa yang harus aku jawab. Tapi aku akui Irene memang cantik. Bahkan aku sudah mengatakan itu dihadapan orangnya sendiri saat itu saat itu. Kevin gelagapan melihatku tersedak lalu memberiku segelas air dan aku langsung meminumnya dengan cepat.
"Ya" hanya itu jawabanku, Kevin mengerti bahwa itu tandanya aku tidak begitu tertarik obrolan ini.
*****
Akhirnya aku sampai dirumah. Aku sendirian saat ini dirumah sebesar ini. Tidak banyak yang aku lakukan setelah sampai rumah. Hanya berolahraga seadanya dan berendam di air hangat. Ini sangat nikmat dan melegakan. Setelah melakukan itu semua aku mengecek ponselku dan mendapati pesan masuk dari Papa yang bertuliskan "how's your day Al?" aku tersenyum melihat pesan itu dan membalasnya. Tidak lama setelah aku membalas pesan itu Papa melakukan panggilan video. Akupun menceritakan seluruh kegiatanku hari ini begitupun Papa menceritakan rencana kegiatannya hari ini. Panggilan video itu tetap berlangsung sampai aku tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY (COMPLETED)
DiversosInilah kisah cintaku memang bukan cinta pertamaku tetapi aku berharap bisa menjadi yang terakhir untukku. Aku adalah seorang Mahasiswi biasa dan dia adalah seorang Superstar yang memiliki banyak penggemar. Hubungan yang kami jalani sangatlah tersem...