Pertengkaran Lainnya

5 1 0
                                    

Di pertengahan bulan, Jeno dapat project bareng Karina, salah satu idol di agensi Jeno berada. Project itu membuat Jeno sangat sibuk sehingga membuatnya dan Yura semakin jarang bisa ketemu. Yura juga semakin sibuk dengan tugas kuliahnya, membuat mereka tidak hanya jarang bertemu, tapi juga jarang berinteraksi bahkan melalui telfon atau pesan sekalipun.

"Jen ini nanti gue kan datang dari arah pintu masuk, berarti lo ceritanya duduk di sofa dulu terus berdiri waktu gue datang, gitu kan ya?" pertanyaan Karina membuyarkan lamunan Jeno. Saat ini mereka sedang diskusi untuk pendalaman tokoh salah satu web drama.

"Eh iya gimana tadi?"

Karina tertawa renyah, tipe tertawa cewek cantik yang bisa membuat semua cowok langsung jatuh hati - cowok selain Jeno maksudnya. 

"Lo ngelamun ya tadi? Apa kita lanjut besok aja kali ya? kayaknya lo udah ngga fokus" ucap Karina. Jeno buru-buru menggeleng, "Jangan, kelarin malam ini aja, gue ada rencana besok,"

"Oh okee," ucap Karina lalu kembali membahas mengenai adegan mereka dengan Jeno yang berusaha untuk fokus menyimak apa yang Karina katakan. Sebenarnya besok Jeno belum ada rencana apa-apa, tapi dia berniat menuntaskan kerjaannya hari ini agar bisa mengajak Yura makan malam. Pertemuan terakhir mereka minggu lalu tidak berjalan dengan baik sehingga Jeno memutuskan untuk kembali berbicara untuk membujuk Yura.

Sayangnya, niat Jeno kembali berjalan tidak mulus karena ketika makan malam besoknya Yura memberitahu Jeno bahwa dia dan Hyunjin satu kelompok dalam tugas besar yang membuat Jeno merasa cemburu.

"Dari sekian banyak temen kuliah kamu kenapa harus sama Hyunjin sih? kenapa ngga sama Hyerin aja??" ucap Jeno sambil menyebutkan salah satu teman dekat Yura.

"Bukan aku yang nentuin pasangannya Jeno!! Kamu aneh banget tau ngga? kita cuma satu kelompok, cuma untuk urusan kuliah. Sama kayak project kamu sama Karina"

"Aku sama Karina ngga makan siang bareng," ucap Jeno datar. Yura memutar bola mata, "Kan aku udah jelasin waktu itu kamu belum dateng dan kebetulan dia lewat jadi kita ngobrol bentar! Mau sampe kapan kamu ngungkit ngungkit itu terus??"

Jeno menghela nafas kesal, Yura benar sih. Cuma pemikiran mengenai Yura yang akan lebih sering menghabiskan waktu bersama Hyunjin daripada dirinya cukup mengusik Jeno dan membuatnya uring-uringan.

2 hari kemudian, Jeno sama Yura berencana untuk makan malam bareng lagi. Karena Yura bilang ia masih harus mengerjakan tugas bareng Hyunjin di sebuah Café, Jeno memutuskan untuk menjemputnya. Pertengkaran kembali dimulai karena Yura yang ternyata selesai lebih lama daripada seharusnya membuat Jeno merasa kesal.

"Lama banget ya sama Hyunjinnya sampe ngga sadar pacarnya nungguin dari tadi," ucap Jeno sambil mulai menjalankan mobilnya meninggalkan area Café ketika Yura sudah duduk di samping kursinya.

"Cuma setengah jam loh Je, ngga sebanding sama aku yang biasanya nungguin kamu selama berjam-jam,"

"Oh jadi kamu sekarang malah banding-bandingin situasi? Aku kan syuting Yura!"

"Ya aku juga kan bahas tugas sama Hyunjin bukannya main bareng dia?!?"

Jeno memijat pelipisnya, terlihat kesal. Begitu pula dengan Yura yang menghembuskan nafas kasar sambil menatap ke luar jendela. Hening sejenak di antara mereka sebelum Yura tiba-tiba berkata, "Sadar ngga sih kita itu jadi sering banget tengkar?"

"Kita ngga bakal sering tengkar kalo kamu ngga marah marah terus,"

"Aku? marah marah?? Kamu yang bikin aku marah, kenapa aku yang salah??"

"Oke aku yang salah. Itu kan jawaban yang kamu mau?"

"Kamu itu apaan sih, kok malah ngomong gitu. Aku ngga peduli siapa yang salah, aku cuma mau kita mikirin solusinya bareng-bareng,"

"Yaudah solusinya ya aku minta maaf. Kenapa ribet banget sih Yura?"

"Bisa ngga kamu ngilangin kata-kata 'yaudah' atau 'sih' tiap ngomong sama aku?! Kata-kata itu bikin kamu kesannya ngga tulus tau ngga?? kenapa ribet banget sih, yaudah jangan marah, yaudah aku minta maaf, yaudah yaudah terus. Kamu pikir kalo udah denger kata-kata itu aku ngga marah lagi gitu?!"

"Ya aku minta maaf biar kita tuh ngga tengkar terus terusan,"

Yura memutar bola matanya, "Pada kenyataannya ngga kan?? ujung ujungnya kita bakal tengkar lagi,"

"Kamu berharap kita bakal tengkar lagi? Iya??"

"Ngga gitu!!" Yura mulai habis kesabaran.

"Terus kamu maunya apa??"

"Ngga tau. Pikir aja sendiri." Ucapan Yura membuat Jeno membanting setirnya untuk menepi secara mendadak di pinggir jalan.

"Kamu ngapain sih??"

"Aku ngga bakal jalan sampe kamu bilang mau kamu apa,"

Yura melengos, ia baru akan membuka pintu mobil ketika Jeno sudah duluan menguncinya.

"Lee Jeno!!"

"Jawab dulu pertanyaan aku. Kamu maunya apa?"

Yura memalingkan wajahnya, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya, siap untuk tumpah kapan saja. "Aku mau pulang," ucapnya lirih. Bodo amat dengan makan malam mereka, Yura lelah. Ia lelah harus selalu bertengkar setiap bertemu dengan Jeno.

"Iya habis ini kita pulang, tapi bilang dulu mau kamu kayak gimana, kamu mau aku ngapain??" Ucapan Jeno terdengar menusuk di telinga Yura meskipun Jeno terlihat masih mengontrol nada bicaranya. Yura tidak menjawab pertanyaan Jeno, ia memilih terisak.

"Fine, kita pulang sekarang," kata Jeno pada akhirnya setelah bermenit-menit mereka habiskan hanya dengan suara isakan Yura. Perjalanan mereka hanya diisi keheningan karena mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sesampainya di depan rumah Yura, Yura membuka pintu dan terlihat ingin segera turun dari mobil ketika Jeno memanggil namanya sambil menahan tangannya "Yura..." panggil Jeno lembut. Yura tidak menoleh, tapi ia juga tidak menepis tangan Jeno membuat Jeno melanjutkan perkataannya, "Maaf... tadi aku kebawa emosi. Nanti kita bicara lagi kalo udah sama sama tenang ya?"

Yura hanya menanggapi ucapan Jeno dengan anggukan lalu turun dari mobil. Jeno menghela nafas, setiap pertengkaran mereka pasti diakhiri dengan 2 kemungkinan: Yura banting pintu atau Yura nangis, dan kemungkinan kedua selalu membuat Jeno merasa sangat bersalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CrisisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang