“Lagi-lagi... Aku sendiri.”
Ujarku dalam seketika setelah aku putus dengan pacarku. Hai, Aku Einz Enstöring. Penyendiri yang merasa sendiri meski banyak orang disekitarnya, ya... biasanya itu yang kurasakan sebagai seorang penyendiri yang sudah terbiasa dengan hal itu. Bukan berarti aku merasa selalu kesepian, kadang sih. Tapi! Tidak selamanya aku merasa kesepian. Aku masih punya teman, meski aku sedikit paranoid dan selalu berfikir bahwa mereka tidak akan selalu terlihat seperti umumnya. Ya... tapi itulah kehidupan, datang pas ada butuh, ehh pas udah dipenuhi kebutuhannya malah ilang. Hanya saja...
“Ya gapapa sih, gua juga lagi pengen sendiri sebenernya. Itung-itung ngebalikin me time gua yang ilang.”
Halah bacot... hal yang pasti akan kalian ucapkan setelah mendengar atau membaca kalimat itu, tapi memang benar aku tak sepenuhnya berniat untuk ingin menjadi sendiri. Aku kemudian yang sedari tadi duduk dikasur luas yang terhampar dilantaiku kemudian terkapar lemas dan hanya bisa menghela nafas sambil berfikir lagi.
“Besok... apa aku akan baik² saja? Maksudku apakah aku bisa menjaga senyumku disekolah nanti?”
“Einz, makan!”
Terdengar suara nenekku yang memanggil namaku untuk menyuruhku makan. Aku pun menyaut nenekku dengan suara agak ditekan menjawab.
“Nantiii! Einz belum laper!”
“Ish, cepetan sini makan!”
“Haaaaah.....”
Setelah mengeluh aku pun meniatkan diri untuk bangun dari tempat tidur dan kemudian membuka pintu kamarku yang terbuat dari kayu. Aku meninggalkan kamarku yang dalam keadaan gelap sedikit tersorot oleh cahaya lampu dari ruang tamu. Aku berjalan kearah ruang keluarga yang terpisah, meski terkadang ruangan itu juga sering digunakan untuk menyapa orang yang sedang bertamu. Sebelum aku sampai keruangan itu aku melihat terlebih dahulu apakah dikulkas ada yang bisa kuminum nanti dikamar, aku pun berbelok kearah ruang makan dan membuka kulkas yang bersebrangan dengan meja makan yang tidak dipakai semestinya, hanya digunakan untuk menyimpan makanan sisa.
“Tch! Ga ada apa-apa cuk...”
Ujarku dalam hati dengan sedikit kecewa dan kesal. Setelah itu aku pun ke dapur rumahku yang hanya ditutupi oleh kain biru bercorak bunga yang terbuat dari benang berwarna emas untuk mengambil sebuah piring dan sendok dan garpu. Setelah itu, aku mengambil nasi dari tempat nasi yang pastinya gunanya untuk menyimpan nasi yang diletakkan oleh nenekku diatas dispenser berbentuk balok panjang berwana merah tua abu. Aku biasanya mengambil 2 sendok nasi, tapi karena moodku sedang buruk. Aku memutuskan untuk mengambil 1½ sendok saja, setelah itu dipinggirku ada gelas yang aku gunakan tadi sore sebelum aku diputuskan oleh mantanku. Aku mengisi air ke gelas itu sampai agak penuh.
“Haduh, udah kuduga. Gak semudah ini move on ya... Mana cewek itu first kissku lagi. Sialan! Kenapa ya tiap niat serius pastiii aja seminggu atau tiga hari seudahnya putus.”
“Agak trauma pacaran deh, tapi masih cuma 11 kali kok masa gw trauma. Mana tiap hubungan mentoknya cuma 1 minggu lagi... Gw pacaran apa trial card, Cuma diinget inget si Lutfiani sama gua sampe 10 bulan kurang 3 hari.”
Aku mengeluh sambil melihati nasi yang ku pegang sedari tadi ku pegang. Aku kemudian berjalan berjalan kearah ruang keluarga dan menyimpan makananku di meja kaca yang ditutupi dengan kain berwana putih. Aku pun duduk di sofa berwarna coklat terang, Sambil memasang wajah datarku aku kemudian mulai berdo’a sebelum makan dan kemudian mengambil sesendok nasi dan memasukannya kedalam mulutku.
“Aduh panas!”
Ucapku sambil menghembuskan nafas dari mulutku berulang kali sampai nasi itu menjadi sedikit hangat, kemudian aku mengambil kipas portabel yang ada disisiku dan menyalakannya sampai ke level 3. Setelah terasa sedikit hangat aku pun melanjutkan makanku sampai habis. Nenekku tiba tiba datang dan berkata.
“Einz kamu besok ada tugas?”
“(Sial lupa deh) A-ada.”
“Nah udah itu kerjain ya.”
“Tugasnya tugas kelompok kok, besok jadi Einz pulangnya agak telat.”
“Kelompok? Haduh, yaudah deh hati hati ya. Dirumah siapa?”
“Itu dirumah Rashif yang rumahnya deket Seotak megastore itu...”
“Ohh yaudah kalo gitu.”
“Iya...”
Dan percakapan pun berakhir, nenekku kembali ke kamarnya dan memainkan game kesukaannya di handphone. Aku yang sudah selesai makan kemudian kembali ke kamarku, dan berbaring lagi. Sambil mendengarkan lagu Jijo, aku pun merenung mengingat kesalahanku yang telah kubuat.
Tak apa tak kenapa, aku tiba tiba ingin menangis dan kemudian... ya, aku menangis sejadi jadinya. Tak lama, hpku berdering, aku melanjutkan nangisku tanpa menghiraukan telepon itu. Setelah aku puas menangis, aku pun membuka hpku dan betapa terkejutnya aku. Si gadis sialan itu ternyata yang menelponku, tanpa pikir panjang dan hanya menanyakan ‘ada apa sih’ dalam hatiku aku pun menelepon ia kembali.
“Halo...”
“Lo...” Ucapku dengan nada kesal.
“Uhh maaf ya aku-”
“Hah! Ngapain kamu minta maaf?! Wajar dong kamu putusin aku yang udah nyakitin kamu terus.”
Aku pun mengeluarkan curahan kebencianku padanya yang tidak mungkin ia pedulikan, aku selama bertelepon dengannya hanya mengatakan salahku yang aku sadari. Ia kemudian menangis tanpa sebab, aku kesal. Aku pun berkata.
“Ngapain nangis? Woy! Ngapain nangis?!”
“A-Abisnya kamu bilang kayak gituuu”
“Halah! Toh kamu aslinya gak peduli sama saya.”
“Jangan bilang gituuuu huuuu...”
Seketika aku menangis lagi bersamaan dengannya. Dengan kesal, aku menangis tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Tiba tiba, ada yang membuka pintu kamarku itu. Dan ternyata Ia adalah laki lakiku yang masih sd, ia membuka pintu dengan watados sambil berkata.
“Einz! Ini gimana cara down-”
“Shidqi! Keluar dulu kamu!!!”
Seketika ia pun keluar dari kamarku dengan membanting pintu kamarku. Dengan perasaan menyesal setelah membentaknya aku kemudian melanjutkan tangisanku, mantanku kemudian berkat.
“Ayang... maaf...”
“Aku bukan pacar kamu lagi!” Sambil terengah-engah aku lanjut berkata.
“Kamu setelah ini apa ada penggantiku?”
“...Belum.”
Aku tak mempercayai kata²nya, aku sudah melihat chatnya yang diisi oleh laki laki yang otaknya mesum semua. LEBIH MENGEJUTKANNYA LAGI GADIS INI SAMA SAJA! Jujur saja aku sejak berhubungan dengannya sedikit takut apakah dia sudah melakukan hal ‘itu’ sebelum denganku apa belum.
“Halah! Palingan kamu balikan sama mantan kamu yang itu.”
“Nggak tau nah...”
Pasti dia sudah berniatan seperti itu... Ujarku dalam hati, ya sudahlah daripada bersamaku yang jahat dan hanya memikirkan kepuasanku ini. Aku pun menerima hal itu, Aku kemudian memutuskan untuk mematikan telponnya dan berniat berjalan jalan keluar. Setelah diluar, aku kemudian mendatangi sebuah tukang makanan yang ada di pinggir jalan untuk membeli rokok, Aku sebenarnya bukan orang yang suka merokok tapi ini satu satunya cara yang ku ketahui untuk meredakan stressku. Entahlah, apa aku ingin bersikap playing victim atau apa, aku pun memposting fotoku diluar sambil menunjukkan rokokku di status wangsaff dengan caption. ‘Ya gitu deh... Nt lagi... nt lagi...” Mantanku melihatnya, ia kemudian me-chatku.
“Pulang!”
“G”
Jawabku sangat singkat dan berulang ulang sembari aku kembali berjalan lagi ditengah malam yang sunyi nan menyeramkan. Aku melewati sebuah kuburan dan kemudian berbelok arah ke kiri yang tujuannya mengarah kerumahku sambil menghabiskan rokokku yang kedua atau yang terakhir.
Setelah sampai, aku mengabarinya agar tidak ribut terus di chatku. Ya, aku masih menyimpan rasa pada gadis yang telah merebut first kissku itu. Aku pun tertidur pada pukul setengah 1 malam dan bangun pada pukul 6 pagi.
“SIAL! AKU TELAT SEKOLAH!”