Adrian: Tapi... Nggak Semua Penembakan Berakhir Bahagia

27.1K 1.7K 174
                                    

Adrian bisa jadi salah satu lelaki paling jantan dan berani di muka bumi. Atau malah paling nekat. Mengapa? Karena siang ini, Adrian sudah membulatkan niat buat nembak Rere.

Oke, biarpun baru hari ini rencana tersebut akan dieksekusi, sebenarnya cowok itu sudah menyukai Rere sejak setahun yang lalu.

Malah, rencana penembakan Rere, mestinya sudah dilakukan tiga bulan yang lalu. Lalu, mengapa baru kali ini ia akhirnya menembak Rere? Bukannya Adrian playboy atau senang menggantung hubungan, tapi...

...Jujur saja ya, baru hari ini Adrian punya nyali lagi buat nembak.

Rere sebenarnya bukan cewek pertama yang ditembak Adrian. Adrian sendiri kan, sudah punya mantan. Harusnya Adrian nggak jadi nervous buat nembak cewek.

Masalahnya, Adrian masih bisa mengingat dengan terlampau jelas kronologis penembakan gagalnya, penciut nyali Adrian yang memang nggak gede-gede amat tiga bulan yang lalu.

"Re! Rere!" panggil Adrian saat itu, membuat cewek yang disebut namanya menoleh. Ia menyodorkan setangkai mawar putih. "Nih buat lo."

Rere hanya terdiam memerhatikan setangkai mawar putih dalam genggamannya. Menurut pengalaman Adrian, cewek diam itu pertanda bagus. Pasti Rere senang sampai kaget dan nggak tahu harus bilang apa. Tampaknya plan Adrian berjalan mulus. Setelah ini, Adrian bersiap untuk mengeluarkan sebatang cokelat Silver Queen yang sudah diganti dengan tulisan My Queen.

Gue emang cowok paling romantis sedunia! Batin Adrian. Baru ia akan menyodorkan cokelat dan membuat pengakuan, ketika-

"Ri," Rere tiba-tiba menyela. "Ini mawar buat apa?"

Kali ini, giliran Adrian terdiam. Di sisi lain, dalam otaknya, ia sedang beradu pendapat.

Iya juga ya, kenapa gue ngasih mawar?!

Tolol, lu mau nembak kan, sahut suara lain di benak Adrian.

Iya sih, tapi nggak gini respon ekspektasi gua! Gua harus bilang apa?!

Jawab lah: Lu mau nggak jadi pacar gua?

Kalo gue salah ngomong gimana?!

Cobain dulu.

Tapi-

Cobain.

Oke, gue cari aman.

"Umm," jawab Adrian, keringatnya mulai bercucuran, merembes persis rasa percaya dirinya yang semakin lama semakin menipis. "Pengen... Pengen ngasih aja."

"Nggak kenapa-napa?"

Adrian menimbang-nimbang. "Ng.. nggak?"

Rere mengangguk. Harapan Adrian muncul kembali melihatnya tersenyum - Hanya untuk dijatuhkan kembali karena sedetik kemudian, Rere menatapnya tajam. "Kalau cuma pengen doang, gue nggak mau nerima."

Bunga di pegangan Rere tiba-tiba sudah berpindah tangan ke entah sembarang orang lewat yang menerimanya dengan bingung.

Tiga bulan yang lalu, Adrian menggigiti sendiri cokelat My Queen-nya dalam angkot, meratapi nasib dan memikirkan entah mimpi buruk apa yang ia alami malam sebelumnya. Seburuk-buruknya mimpi itu, pasti tidak sepahit respon Rere.

Itu kejadian yang udah lewat, gue yang sekarang beda sama gue yang dulu, Adrian berkali-kali mengingatkan dirinya sementara ia berjalan ke tempat janjian untuk bertemu dengan Rere siang ini. Ya, meski sudah 'ditonjok keras' tiga bulan lalu, Adrian masih sangat mengidolakan Rere yang cool.

Lo Baik Sih, Tapi... [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang