Awan hitam berjalan beriringan, kilat-kilat menyapa pandangan bersama dengan angin ribut yang menyapu dedaunan, pertanda bahwa sang badai hendak menemui para insan. Namun meski awan hitam semakin pekat, beberapa orang dengan baju hitam khas duka masih asik berkumpul di depan sebuah batu nisan, prosesi pemakaman baru saja dilakukan.
“Alysia, ayo kita pulang, Sayang. Biarkan Oma istirahat, jangan terus ditangisi seperti ini. Nanti dia tidak tenang. Aly tidak mau Oma sedih, kan?” ucap seorang wanita pada seorang gadis yang sedari tadi hanya termenung di depan batu nisan. Dia adalah Cristina Prior, ibu dari Alysia Prior.
“Tapi Aly masih ingin di sini, Ma. Aly masih ingin sama Oma.” Ia mengangkat wajahnya, mata bulat dengan iris biru itu terlihat basah oleh air mata. Kejadian ini benar-benar berhasil menghancurkan hatinya, sang Oma yang sejak dulu dekat dengannya meninggal secara tiba-tiba.
“Dengerin Mama ya, Sayang. Oma pasti juga nggak mau liat Aly sedih kayak gini apalagi sampai sakit. Jadi kita pulang ya, Sayang?”
Menurut, Alysia pun mulai bangkit dari posisinya yang semula jongkok. Dengan langkah pelan ia mengikuti ibunya keluar dari area pemakaman umum.
“Oma akan selalu bersamamu, Alysia.”
Langkah kaki Alysia berhenti seketika. Terasa kaku dan susah untuk digerakkan, matanya pun terbelalak tak percaya ketika mendengar suara bisikan halus yang terdengar sangat mirip dengan suara Omanya.
“Oma … Oma! Oma ada dimana?!”
“Hey! Alysia, kau kenapa, Sayang?! Kau mau kemana?!” ucap Cristina sambil menahan lengan Alysia yang hendak kembali ke gundukan tanah merah milik sang nenek.
“Oma! Oma ada di sini, Ma. Tadi Aly denger suara Oma manggil Aly. Dia bilang bakal‒”
Belum selesai Alysia berbicara, Cristina langsung memeluknya erat. “Maaf Sayang, tapi Oma udah nggak ada. Oma udah nggak bisa sama-sama kita lagi, Oma udah pergi selama-lamanya.”Alysia menggeleng keras diantara dekapan erat sang ibu.“Nggak, Ma! Tadi Aly denger suara Oma manggil nama Aly. Oma baru aja ngomong sama Aly! Oma tadi di sini.”
Terisak, Cristina merasa dadanya sesak ketika melihat wajah polos Alysia yang kini kembali muram, mata biru sembabnya pun kembali mengucurkan air mata.
Mencoba menguatkan, Cristina melemparkan senyum secerah mentari pada Alysia. “Aly, dengerin Mama ya. Oma udah nggak ada, Oma udah tenang di alam sana yang tadi Aly denger itu cuma salam perpisahan dari Oma. Jadi sekarang pulang ya, Sayang?” ucap Cristina sambil menghapus air mata di pipi tirus putrinya.
Setelah dibujuk beberapa kali, akhirnya Alysia mau pulang ke rumah. Namun tak lama setelah mereka meninggalkan area pemakaman seorang wanita keluar dari balik pohon besar yang ada di pintu masuk pemakaman. Senyum licik yang terpatri dengan apik di wajahnya yang setengah hancur menambah kesan mencekam pada area pemakaman yang sudah suram. “Bagus, sekarang semua akan berjalan dengan mudah,” bisik wanita itu sebelum akhirnya menghilang di antara kepulan asap hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of Death Cristal
FantasíaKematian seseorang seharusnya membawa kesedihan bagi mereka yang ditinggalkan, tapi bagi Alysia, kematian sang nenek malah membawa begitu banyak tanda tanya dalam hidupnya. Dimulai dengan datangnya seseorang yang dulu menjadi sahabatnya, hingga kek...