Prolog

100 6 4
                                    

Hidupku sangat biasa, bahkan mungkin cenderung membosankan. Bangun-sekolah-belajar-tidur-bangun lagi dan terus berputar menjalankan aktivitas yang sama setiap harinya, hampir tidak ada hal lain yang menjadi kegiatan dalam hidupku.

Aku ini merupakan satu dari sebagian kecil orang yang masuk dalam golongan penyendiri, sifatku yang tidak mudah bergaul dan pendiam menjadikanku seperti seorang introvert.

Aku jauh dari tipe orang yang pemalu, Aku hanya kesulitan menunjukkan diriku yang sebenarnya kepada orang baru.

Banyak orang yang tidak menyadari kehadiran kaum penyendiri seperti kami, bahkan sudah menjadi hal biasa jika kami tersisihkan dari pergaulan. Aku sendiri sudah merasakan hal-hal yang kusebutkan tadi, merasa tersisih dan minder.

Jika ditanya sakit hati atau tidak, jawabannya sudah jelas, tentu saja. Pada awalnya merasa sakit hati dan ku anggap itu hal yang wajar, tapi sekarang Aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan ini. Banyak orang menganggap bahwa kaum penyendiri itu identik dengan kumpulan orang yang menggunakan kacamata berlapis, kemeja yang dikancing sampai bagian kerah, oh ... dan jangan lupakan buku yang tebalnya melebihi kamus Inggris-Indonesia itu.

Tapi aku tidak seperti itu. Penampilanku normal seperti kebanyakan siswi yang ada di sekolahku. Terkadang suka bersifat berlebihan, kekanakan, dan cenderung cerewet jika bersama orang-orang yang membuatku merasa nyaman.

Dengan menjadi seorang pendiam seperti ini, aku jadi tahu siapa orang-orang yang tulus ingin berteman denganku. Kata orang, aku juga termasuk orang yang cuek dan tidak peka, hanya perduli dengan diri sendiri dan sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Aku tidak merasa seperti itu, Aku hanya berusaha melindungi teritori ternyaman dalam hidupku.

Semua berubah ketika menjajaki masa SMA yang baru terasa saat Aku berada di kelas dua. Aku ingin mencoba suatu hal yang berbeda.

Aku pikir jika lebih membuka diri dengan pergaulan mungkin akan lebih baik untuk kedepannya. Tapi aku salah besar.

Fake friends bertebaran di berbagai penjuru sekolah yang aku yakin akan menorehkan warna ke dalam masa SMA ku.

Tidak cukup sampai di sana,semua puncak kekacauan yang sesungguhnya ternyata baru menghampiri ketika Aku berkenalan dengannya, dengan  lelaki yang juga dicintai oleh sahabatku.

Jangan berfikir Aku ini orang yang benar-benar baik, sehingga rela berkorban untuk orang lain.
Hell yeah ... Aku hanya seorang murid remaja biasa, aku tidak akan se-naif itu.

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang