Sebuah ruangan yang minim cahaya seorang gadis sedang mencincang sesuatu, suara benda tajam yang bergesekan dengan tulang-tulang, memberikan kesan ngilu.
"Ah... Darahnya begitu segar!" Gadis itu tengah asik mencincang tubuh manusia, memisahkan kepala dan badan, membagi badan menjadi beberapa bagian kemudian mengelupas kulitnya.
"Huh... Payah sekali." Di rasa kepuasan membunuhnya telah tuntas gadis cantik itu keluar dari ruangan yang sudah berbau darah serta daging-daging manusia berserakah.
******
Kicauan burung yang menyambut mentari, udara sejuk khas pagi hari, cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela jendela kamar seorang gadis yang sedang menyiapkan peralatan sekolahnya.
Gadis yang rabut di kepang dua, kaca mata bulat, rok 15 cm di bawah lutut serta baju kemeja putih yang kebesaran.
Felia---nama gadis yang berdandan cupu, ia duduk di bangku kelas 10 di SMA yang sangat elit, mengapa ia bisa masuk ke sekolah tersebut? Yah tentu saja dengan beasiswa, otaknya yang cerdas dan selalu menyumbangkan piala untuk sekolahnya.
Felia hidup sebatang kara, orang tuanya telah meninggal akibat kecelakaan tunggal, Felia hidup di rumah peninggalan orang tuanya hidup dengan sebatang kara tak membuat Felia kekurangan uang karena harta peninggalan orang tuanya bisa di katakan mampu untuk membiayai hidupnya sampai ia mendapatkan kerja.
Dengan langkah riang Felia menuruni satu persatu anak tangga, berjalan menuju meja makan yang telah ia sediakan makanan di atas meja. Begitulah rutinitas Felia di pagi hari menyiapkan sarapan sendiri kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
"Ayo kesekolah, semoga hari ini gak macet lagi aku bisa telat kalau macet" Felia berjalan keluar gerbang rumahnya berjalan menyusuri kompleks perumahan mencari angkutan umum untuk ke sekolah.
******
30 menit perjalanan Felia sudah berdiri di depan gerbang sekolahnya, banyak murid-murid yang sudah berada di kawasan sekolah, dan rata-rata semua anak konglomerat mungkin hanya 5% anak beasiswa yang bisa sekolah di sini termasuk dia.
Felia memasuki kawasan sekolah, banyak siswa yang menadangnya jijik serta sinis, karena rata-rata model pakian yang mereka kenakan jauh berbanding balik dengan yang di kenakan Felia.
" Iw si cupu ini kapan sih keluar dari sekolah?"
" Ih dekil banget deh"
"Wah.. Gue bisa lihat pertunjukan pagi ni!"
"Maksud lo?"
"Noh lihat si Liona, dia ke arah si cupu tuh"
Plakk
Plakkk
"Hay cupu, btw itu sarapan pagi buat lo" Liona menampar Felia dua kali di pipi kiri dan kanannya, namun Felia hanya menunduk dan menainkan jemarinya.
Liona Alexander, cewek cantik dengan pesona yang sangat kuat membuatnya terkenal di sekolah ini apa lagi dia seorang anak pengusaha terkaya nomor 3 di dunia.
"Gays cabut!" Liona dan antek-anteknya pergi dari hadapan Felia dengan senyum yang mengembang.
Sudah menjadi hal biasa bagi SMA CAKRAWALA, Liona yang suka membully Felia. Felia berjalan sambil menunduk sesekali membenarkan letak kaca matanya pipinya terasa panas akibat tamparan yabg di layangkan Liona tadi begitu kuat.
*****
"Arghhh... Tunggu pembalasan gue bich?" Di dalam toilet wanita, seorang gadis berdiri di depan cermin dengan senyum miring yang memberi kesan mengerikan.
Menata rambut serta penampilannya kemudian keluar dari toilet.
*****
Bel tanda di mulainya pembelajaran sudah berbunyi 5 menit yang lalu, kelas-kelas sudah mulai belajar dengan fokus mendengarkan apa yang di sampaikan guru di depan.
Namun berbeda dengan kelas X IPA 1, jam kosong yang seharusnya di isi dengan belajar karena isinya siswa ambis, malah sebaliknya kelas yang begitu berisik ada yang konser, bergosip, ngebucin, tidur. Salah satu murid yang kalem hanyalah Felia nerd yang duduk di paling pojok dekat jendela tengah asik membaca sebuah Novel dengan gendre Fantasi.
Tiba-tiba kelas menjadi hening, murid yang sedang bernyanyi langsung terdiam. Saat seseorang memasuki kelas di ikuti oleh teman-temannya.
Brakkk
Srekkk
Suara gebrakan meja yang cukup kuat serta sobekan buku orang-oranf menatap nanar kertas kertas yang berserakah di lantai. Sang korban hanya terdian tanpa mau mengangkat kepalanya.
"Hallo cupu, beliin gue minum gih!! oh iyah sekalian buat teman-teman gue juga" Suara siapa lagi kalau bukan Liona yang di cap sebagai Ratu bully dan yang pasti korbannya Felia gadis itu hanya terdiam menatap Novel Favoritnya yang sudah berserahakah di lantai akibat ulah dari Liona.
"Uanganya?" Tanya Felia
"Uang lo kan ada, pakai aja sih. Udah sana pergi jangan lama!" dengan tidak manusiawi ia menarik Felia dari bangku dengan cukup kuat.
Felia hanya pasrah, keluar ruangan untuk membelikan minuman untuk Liona dan teman-temannya, sekitar 15 menit lagi bel istrahar berbunyi tidak heran anak IPS seperti Liona telah keluar kelas. Berjalan dengan menunduk untung suasana karidor sekolah sepi sehingga tidak ada ucapan- ucapan yang tidak mengenakan.
"Bu, airnya dua botol yah!" Ucap Felia pada penjaga kantin
"Siap neng, mau yang dingin atau yang biasa?" tanya Ibu kantin
" Yang dingin Bu."
"Ini, 10.000 semuanya."
Felia mengeluarkan uang 10.000 dari saku seragamnya dan berjalan keluar kantin, sebelum kantin ramai ia harus cepat-cepar keluar kalau tidak ia bakal di buli lagi sama siswa yang lain.
Di karidor menuju kelasnya sudah banya siswa yang berlalu lalang karena bel istrahat sudah berbunyi. Felia hanya berjalan dengan pandangan menunduk, membuat orang-orang melihatnya dengan tatapan aneh.
Brukk.
"Sialan! Kalau jalan pake mata, mau gue congkel tuh mata biar bisa berfungsi" Karena jalan menunjuk Felia tidak melihat pemuda yang di depannya ini alhasil ia menabraknya.
"Sini lo cupu!" Geram pemuda itu, tanpa basa basi ia melangkan tamparan di kedua pipi Felia bahkan menjambak rambutnya.
Plakk
Plakkk
Plakk
Plakk
" Itu buat lo, udah sana pergi! tangan gue jadi kotor" pemuda itu mengibaskan tangannya serta mengambil tisu yang di berkan temannya seolah ia habis saja memegang kotoran.
Felia lagi dan lagi hanya diam, memang sudah begitu jika ia di buli dia tidak akan berucap maaf ketika salah, dan juga tidak akan melawan ketika di tindas.
****