Shilla hotel, Seoul. Menjadi tempat di adakannya acara amal yang rutin di lakukan setiap satu tahun sekali, oleh pengusaha, selebritas, pejabat negara dan para pemilik nama besar lainnya. Dengan memakai dress selutut berwarna hitam, ya, dia tidak jadi memakai dress putihnya karena mau terlhat selaras dengan jas ayahnya. Dally masuk kedalam ballroom─tempat acara bersama dengan Park Cheol Wook─ayahnya. Dia yang sudah sejak awal kepulangannya selalu dirumah, pada akhirnya mau keluar dari rumah, karena sediki paksaan dari ayahnya.
"Tuan Cheol, kau baru datang?" Salah satu kolega ayahnya menyapa, menghentikan langkah Dally dan sang ayah, yang akan menuju tempat duduk mereka.
"Ah, Tuan Nam, iya aku baru datang." Ayah Dally
membalas ramah sapaan tuan Nam, salah satu kolega bisnisnya. "Sayang, kau duduklah dulu. Appa mau mengobrol sebentar dengan teman appa."Dally mengangguk, dan tanpa banyak bertanya dia langsung berjalan menuju kursi yang akan menjadi tempat duduknya dengan sang ayah.
"Putrimu semakin cantik, tuan Cheol. Apa dia sudah mempunyai kekasih? Aku mempunyai dua orang putra, yang mungkin saja kalau kau berkenan salah satunya bisa menjadi menantumu, untuk membuat hubungan pertemanan kita semakin erat, karena dari teman menjadi keluarga."
Park Cheol Wook hanya terkekeh mendengar perkataan Nam-yoon. Dia tidak menanggapinya dengan appaun selain tawa ringannya. Karena dia sangat tahu, bagaimana kondisi putrinya. Karena sesuai dengan janjinya kepada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan pernah menekan putrinya dalam hal apapun. Karena yang terpenting baginya adalah, Dally-nya, bisa kembali menjadi seperti Dally yang dulu, itu sudah cukup. Seorang Dally yang ceria dan selalu bersikap hangat. Tidak seperti yang sekarang, dimana Dally menjadi anak yang pendiam juga dingin.
Di tambah dia tahu, orang seperti apa Nam-yoon. Dua tahun menjalin kerjasama, sudah mampu membuatnya Cheol Wook paham, sedikit banyak karakter dari seorang Nam-yoon. Dia adalah pria paling ambisius yang pernah dia kenal. Dan di balik tawaran akan putranya tadi, Cheol Wook sudah cukup mengerti makna tersirat di balik perkataannya. Dia ingin menjodohkan salah satu putranya dengan Dally, demi kemajuan bisnisnya. Pernikahan karena dasar bisnis, yang tentu saja itu bukan bagian dari gaya hidup seorang Cheol Wook, yang amat sangat menyayangi putri tunggalnya, Dalmora Park. Putrinya sangat berharga, kebahagiaan putrinya adalah salah satu hal yang akan selalu dia usahakan, mengingat sejak lahir, Dally sudah harus hidup tanpa sosok seorang ibu.
Ya, ibu Dally meninggal, saat melahirkan Dally. Dan sejak saat itu, Cheol Wook hanya mengabdikan seluruh hidupnya, untuk Dally. Putri semata wayangnya. Dia bahkan tidak punya keinginan untuk menikah lagi, di karenakan rasa cintanya yang terlampau besar untuk mendiang istrinya. Salah satu hal, yang membuatnya bisa sangat memahami dan mengerti akan perasaan terluka Dally pasca meninggalnya Jackson, yaitu karena dia juga pernah merasakan sakitnya kehilangan orang yang paling dia cinta, istrinya, belahan jiwanya.
"Kalau memang putra tuan Nam, berjodoh dengan anak saya, saya tidak masalah, tapi kalau memang harus menjodohkan, saya tidak bisa melakuka itu, karena itu sudah menyangkut kebahagiaan putri saya, hak pribadi, saya tidak berhak ikut campur."
Mendengar perkataan Cheol Wook, Nam-yoon hanya tersenyum kecut. "Saya mengerti tuan, Cheol. Mari, acaranya sudah akan dimulai." Dia berlalu meninggalkan Cheol Wook. Cheol Wook pun tidak ambil pusing akan hal itu.
"Kau nyaman, Sayang? Maaf, appa memaksamu."
"Terlambat untuk menanyakan dan mengatakan itu, appa. Aku sudah terlanjur ada disini." Dally merajuk lucu, yang membuat ayahnya tertawa.
"Baiklah, appa minta maaf. Sebagai permintaan maaf, appa sudah menyuruh seseorang untuk menemanimu di─ suara panggilan seseorang, menghentikan perkataan Cheol Wook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accolta || Jeon Jungkook
RomanceDalam mimpi buruknya sekalipun, Dally tidak pernah membayangkan kalau hidupnya akan menjadi semenyedihkan ini. Di tinggalkan oleh tunangannya untuk selamanya, membuatnya di serang rasa sakit yang membuatnya nyaris gila, hingga membutuhkan waktu sela...