Payung Biru Laut

50 10 0
                                    

     Dengan lesu Sandyakala pergi ke halte bus untuk pergi ke toko bunga, ia duduk termenung sendirian, tiba-tiba turun hujan, mungkin langit tahu betapa sedihnya Sandyakala sekarang, sesaat hujan turun Sandyakala mulai menangis tersedu-sedu, suar...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Dengan lesu Sandyakala pergi ke halte bus untuk pergi ke toko bunga, ia duduk termenung sendirian, tiba-tiba turun hujan, mungkin langit tahu betapa sedihnya Sandyakala sekarang, sesaat hujan turun Sandyakala mulai menangis tersedu-sedu, suara isakannya terkalahkan oleh suara deras hujan membuatnya dapat menangis dengan kencang tanpa takut orang akan mendengarnya, lagi pula jalanan mulai sepi karna orang-orang mulai mencari tempat untuk meneduh, berbeda dengan Sandyakala ia masih terduduk diam di bawah deras nya hujan, tiba-tiba payung berwarna biru laut berada tepat di atas kepalanya.

“Mengapa tidak meneduh?” Tanya Naresh

“Aku ingin minta maaf soal perkataan ku kemarin sore” ucap Sandyakala menyesal

“Sepertinya kamu tidak berbuat salah, mengapa harus minta maaf, jadi sekarang kamu mau kemana?” Tanya Naresh

“Aku ingin pergi ke toko bunga” jawab Sandyakala

“Kau ingin membeli bunga? Wah kebetulan saya lumayan banyak mengerti tentang bunga” bangga Naresh

“Ah tidak, aku bekerja di sana” ucap Sandyakala

“Owh kalo begitu nih pakai payung saya, nanti kamu sakit” ucap Naresh memberikan payung berwarna biru laut miliknya

“Lalu kamu pakai apa?” Tanya Sandyakala, karna Naresh bersikeras untuk memberikan payungnya untuk Sandyakala maka mereka berdua memutuskan untuk memakai payung itu bersama-sama. Tapi tiba-tiba Naresh berlarian sambil bermain hujan-hujanan, membuat Sandyakala tertarik, berakhir mereka bermain hujan-hujanan bersama-sama, berlari kesana kemari menikmati hujan, tertawa bersama-sama dan meninggalkan payung biru laut milik Naresh.

“Air hujan nya sangat dingin! Tapi aku menyukainya” teriak Sandyakala kegirangan, di sisi lain Naresh diam-diam tersenyum hangat

“Sepertinya kita sudah terlalu lama main hujan-hujanan, lagi pula kamu harus bekerja kan?” tanya Naresh

“Tunggu sebentar lagi Naresh” rengek Sandyakala, dengan gemas Naresh mulai menarik tangan Sandyakala dan segera mengantarkan Sandyakala ke toko bunga tempat ia bekerja. Sesampai nya mereka di toko bunga.

“Jangan lupa keringkan rambutmu, minum teh hangat dan baru bekerja oke? Saya pulang dulu” pesan Naresh lalu mulai meninggalkan Sandyakala, tiba-tiba Sandyakala memanggilnya.

“Naresh! Terima kasih untuk hari ini” ucap Sandyakala dengan senyum manisnya






Maaf banget nih buat yang nungguin, seharusnya Sabtu udah update tapi lupa, jadi sekarang deh update nya, owh ya karna ini cerpen mungkin 2-3 chap lagi cerita ini mau selesai

𝐒𝐖𝐀𝐒𝐓𝐀𝐌𝐈𝐓𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang