Chapter 2

23 8 5
                                    

Hanya mengingatkan sebelum membaca jangan lupa votenya! Maaf sebelumnya karena saya ga bisa baperin anak orang jadi gombalan seadanya aja ya :D

Gue gamau disini, Gue mau pulang!
Gue gamau mati disini!










Dengan langkah cepatnya, Eina pun menuju Cermin menatap lekat pantulan wajahnya. Ternyata benar, ia berada di tubuh Rashei, kenapa ia baru menyadarinya?

Warna mata yang sebiru laut, surai hitam legam dengan gradasi birunya malam hari. Bibir mungilnya nampak pucat dan bentuk wajahnya yang oval dengan dagunya yang lancip. Ia sangat cantik sekarang ini!

Sementara pandangan Eina tak bergerak dari Cermin. Erin sang pelayan pun menatap khawatir satu - satunya Nona yang ia layani itu. Ia bertanya - tanya, mengapa hari ini Nona-nya bersikap aneh? Apakah seseorang menjadi bersikap aneh setelah sembuh dari sakitnya?

"No- Nona anda yakin sudah benar - benar sehat? Apa perlu saya panggilkan Dokter?" Benar - benar kali ini Erin khawatir, melihat majikannya yang melamun di depan Cermin.

'ga, ga mungkin! Masa iya Gue mati terus ketangsang disini?' batin Eina, ia nampak tidak percaya dengan apa yang terjadi.

"Nona?" Panggil Erin, memastikan bahwa Nona-nya masih berada disana.

"Erin, bisakah kau meninggalkanku sejenak? Aku akan mengganti pakaianku." Tersadar dari lamunannya, Eina beralih menatap Erin.

"Ah iya. Panggil saya jika sudah selesai" tanpa basa basi Erin keluar dari kamar Nona-nya. Meskipun ia masih khawatir.

"Apa biasanya orang yang baru saja sembuh dari sakitnya biasa berbicara dengan bahasa Asing dan sering melantur aneh seperti Nona?" Pikir Erin sebelum ia pergi dari kamar Eina.

"Duh, duh, gimana ini anjir! Piye iki! Gue jadi nangsang disini loh gimana ceritanya? Oh iya ya tadi Gue kan mati ketabrak mobil, karena Nenek itu yang dorong. Wahh kaga bener nih! Udh Gue tolongin Makasih kaga! Malah newas-in orang, Nenek siapa itu anjir ngaku bangsat!!"

"Si Nenek banyak tingkah ya bun, udh Tua bukannya tobat malah nambah dosa. Itu dosa mau ditabung apa gimana? Dikira bisa kali ya dituker sama saldo ATM. Heran Gue" lelah berdiri melulu Eina pun terduduk lesu di kursi depan Cermin milik Rashei.

"Heuhh, kalo Gue disini dan di dunia asli Gue mati, Bang Revan gimana ya? Dia sedih gak ya Gue tinggal, secarakan Gue adik yang bandel." Eina terkekeh pelan, namun diwajahnya terpaut kesedihan yang dalam. Ia telah meninggalkan orang yang ia sayangi tanpa berpamit.

"Padahal Eina juga mau jenguk ke makam Ayah sama Ibu loh, aku kira bakal nyusul eh ternyata malah nyasar disini. Di Novel yang berjudul He Is Mine eh ngomong - ngomong soal itu... EH IYA ANJIR GUE KAN DISINI JADI RASHEI DAN IDUP GUE GA AKAN LAMA LAGI, SATU MINGGU LAGI KAN GUE TEWAS DI TANGAN DUKE UTARA NON EKSPRESI ITU, ASTAGA BAGONG IDUP GUE!" Eina yang baru teringat bahwa dirinya akan mati tak lama lagi pun refleks berteriak.

"IDUP GUE ASTAGA, SINGKAT BANGET KAYA HUBUNGAN GUE SAMA DUIT LANGSUNG LUDES KALO ADA BAKSO LEWAT, ASTAGFIRULLAH GIMANA INI. GUE GAMAU MATIII, eh anjr baru inget Gue kan Kristen." Eina yang kalang kabut bukan main itu berusaha menenangkan dirinya. Ia tahu ia akan mati dalam waktu dekat, maka dari itu mari susun strategi!

"Oke, oke, jangan panik Eina Lo gadis imut, kalem, sabar dan cantik ga boleh panik. No panic panic time. Lagian lumayan juga wajah Gue sebagai Rashei disini amat teramat cantik, bahkan melebihi diri Gue yang dulu. Aduhh cantik banget, sekali tebar pesona cogan pun ngantri. Btw disini kan juga banyak cogannya." Seakan lupa akan peristiwa dirinya yang akan mati, Eina asyik bercermin dan membuat pose ala Idol. Ia juga melakukan flying kiss beberapa kali.

𝐈 𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐖𝐚𝐧𝐭 𝐓𝐨 𝐋𝐢𝐯𝐞! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang