Prologue

884 66 12
                                    

Junkyu, 16 tahun, saat ini lagi dirumitkan dengan koper berukuran 32 inci miliknya. "Duh, mau nangis harus nyeret ini koper sampai asrama," gumamnya lesu saat ia turun dari mobil.

Supir keluarganya, Mr. Lee, membantu menurunkan koper super berat itu, lalu tersenyum geli melihat wajahnya. "Mau saya antar sampai ke pintu asrama? Lumayan juga jaraknya kurang lebih dua kilometer." Junkyu menghela napas sembari menatap wajah tua nan ramah Mr. Lee.

"No, thank you sir. Kata mama ini tradisi turun-temurun Treasure Private High School. Semua murid baru harus jalan kaki membawa barangnya sendiri dan orang tua juga gak boleh mengantar." Tetapi ia tersenyum ceria, "Untung jalannya rindang penuh pohon jadi aku bisa sambil lihat-lihat pemandangan."

Mr. Lee pun ikut tersenyum menatap tuan mudanya yang makin beranjak dewasa. "Haa, Junkyu. Rumah pasti akan sepi tanpa kamu. Belajarlah yang baik. Jangan tidur siang terus."

"Hei!" Junkyu tertawa, "Aku ini lagi dalam masa pertumbuhan, wajar dong kalau tidur terus." Ia menggeleng lucu, lalu tersadar kalau ia harus segera mencapai asrama. "Ya sudah, sir. Aku harus pergi. Terima kasih sudah mengantar! Sampai ketemu enam bulan lagi, ya."

Junkyu membungkukkan badannya dengan sopan. Mr. Lee pun ikut membungkuk, lalu menepuk pundaknya pelan, "Kalau ada apa, jangan segan telepon saya ya."

"Yup!"

Mr. Lee menolak pergi dan bersikeras untuk menunggu Junkyu masuk ke area asrama. Katanya tadi, "Saya sudah diperintah Mrs. Kim untuk berdiri di sini."

Akhirnya, Junkyu pun menyerah. Ia menyeret kopernya, lalu menyapa para petugas keamanan yang berdiri di pos. Tak lupa juga untuk meng-scan kartu pelajarnya di hadapan petugas. "Selamat datang, Kim Junkyu. Semoga betah di sini," kata salah satu petugas itu dengan senyum ramah yang profesional.

"Terima kasih, sir. Mohon bantuannya," jawab Junkyu dengan senyuman paling menawannya. Ketika identitasnya sudah terverifikasi, pintu gerbang pun akhirnya terbuka. Junkyu langsung dihadapkan oleh jalan yang disusun dari batu bata dan terbentang sejauh dua kilometer. Di kedua sisi jalan, berderet pohon-pohon besar yang menghadang sinar matahari.

Dari kejauhan, Junkyu bisa melihat dua gedung tinggi besar yang saling berhadapan dengan warna krem lembut. "Oke, Kim Junkyu. Jangan cengeng!"

Ketika ia melangkahkan kaki dan ditemani suara roda kopernya, Junkyu pun tersadar kalau tidak ada tanda-tanda murid baru. "Apa aku terlalu cepat datang, ya?" Gumamnya pelan. Memang tahun ajaran baru akan dimulai minggu depan, tetapi Junkyu memutuskan untuk datang lebih dahulu demi membiasakan diri dengan lingkungan baru.

"Well, gak ada ruginya datang lebih awal," batinnya santai.

Ternyata dua kilometer tidak terasa berkat pemandangan cantik yang menawan. Perlahan, kedua gedung tinggi mulai tampak jelas dan Junkyu bisa melihat gerbang depannya: Treasure's Dorm. Di tengah kedua gedung itu, berdiri pohon yang menjulang tinggi dan besar. "Wah, gila. Pohonnya besar banget!" Decaknya kagum.

Makin dekat, Junkyu bisa melihat beberapa murid-murid yang beraktivitas di bawah pohon itu. Ada yang duduk santai, berbaring, bahkan bermain bola. Setibanya di gerbang, ia membaca papan arah. Kiri untuk asrama laki-laki, kanan untuk asrama perempuan.

Sambil berjalan ke arah kiri, Junkyu merasa kalau tatapan murid-murid jatuh kepada dirinya. "Punggungku panas juga, nih."

Ia menarik napas dan menoleh ke area tengah. Benar saja, beberapa tatapan sedang menilai dirinya. Jujur saja, Junkyu merasa sedikit terintimidasi, tetapi tetap mengeluarkan senyuman andalannya itu.

Beberapa membalas senyumannya, dan beberapa membuang muka. Yah, bukan pertama kalinya bagi Junkyu. Ia mempercepat langkah kakinya ke gedung asrama. Gedung itu megah sekali, seperti istana mini. Di lobi, sudah ada pria yang menunggu dengan pakaian formal layaknya karyawan hotel. Kesannya benar-benar seperti memasuki bintang hotel lima karena lampu gantungnya yang besar di tengah ruangan.

[HaruKyu] Is This Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang