3. He thought it would take longer

443 61 1
                                    

Saat Ms. Inna menjelaskan tentang tugas berpasangan, mata Haruto langsung jatuh ke punggung Kim Junkyu. Dua bulan ini, hanya Junkyu yang membuatnya bersemangat untuk turun-naik tangga dan masuk kelas. Tetapi, akhir-akhir ini, hanya menatap dari jauh rasanya tak cukup. Ia ingin mengenal Junkyu lebih dekat lagi. Ia ingin berbicara dengan Junkyu, bukan hanya menguping dari jauh.

Karena itulah, ia memberanikan diri untuk berdiri di hadapan Junkyu dan mengajaknya berpasangan. Haruto pun tak bisa menyembunyikan senyuman saat Junkyu mengiyakan dengan gugup. Ia pikir Junkyu sangat manis. Haruto bahkan tidak sadar kalau dirinya sudah menyeringai sepanjang perjalanan ke asrama.

Waktu makan malam pun tiba, dan Haruto menghabiskan waktu lebih lama untuk menata rambutnya. Ia bertekad untuk duduk di sebelah Junkyu malam ini. Untungnya, keinginannya dapat terwujud karena kursi di sebelah Junkyu kosong.

"Junkyu," panggilnya pelan sambil membawa piring yang menampung makanannya. Pundak lebar Junkyu sedikit menegang ketika kepalanya menoleh pelan ke samping, "I-iya?" Haruto tidak langsung menjawab sembari dirinya duduk di kursi. Mata lebar Junkyu terus menatapnya "Miss Inna bilang, besok undian bukunya akan diumumkan. Habis itu, gimana kalau kita berdua ke perpustakaan buat pinjam buku?"

Dalam hati, Haruto bangga karena dirinya tampak santai meski jantungnya berkata lain. Pundak Junkyu pun tak lagi tegang ketika ia tersenyum kecil, "Ide bagus. Kita harus cepat-cepat membaca bukunya supaya bisa mengerjakan laporan."

Haruto mengangguk sambil menyuap nasinya, "Hm. Kamu suka baca buku, gak?"

Wajah Junkyu sedikit terkejut karena pertanyaan itu. "Gak... terlalu," lalu ia menggigit bibirnya pelan, "Sorry. Aku bukan partner yang diharapkan, ya?"

Haruto menoleh dan tatapannya jatuh ke bibir merah Junkyu selama satu detik. Lalu, ia menatap mata Junkyu dan mendengus, "Aku juga gak terlalu, kok. Lebih suka main game."

"Eh?" Junkyu mengedip beberapa kali, "Kamu suka main game apa?"

"KartRider,"

"Oh!! Aku juga main itu!" Junkyu membalas dengan cepat. Setelah itu pembicaraan mereka berlangsung mulus dan seru; Junkyu bahkan tertawa beberapa kali berkat candaan Haruto. Ini pertama kalinya ia bisa mendengar langsung suara tertawa Junkyu yang ceria itu. Biasanya ia hanya mendengar dari jauh saja.

Malam itu, Haruto tidur sambil tersenyum kecil. Ia tak sabar ingin cepat-cepat bertemu Junkyu besok.

Besoknya, Haruto sengaja mengambil tempat duduk di belakang Junkyu supaya dia bisa melihat wajah tampannya lebih dekat lagi. "A-anu, Haruto," tiba-tiba ada yang memanggilnya sehingga ia mendongak. Ternyata itu salah satu teman dekat Junkyu. Namanya siapa ya? Yoshinori?

"Kenapa?" Tanyanya cuek.

"Ini biasanya tempat duduk aku..." Balasnya gugup. Haruto memutar bola matanya malas, "Aku mau duduk di sini biar gampang koordinasi sama Junkyu."

"Ah?" Yoshi membuka mulutnya sedikit; wajahnya tampak kosong seakan-akan otaknya sedang berputar keras. Di belakangnya Jihoon muncul dengan Junkyu. Langsung saja, Haruto memalingkan wajahnya dan tersenyum kecil kepada Junkyu.

Junkyu tampak sedikit terkejut, tetapi tetap tersenyum balik.

"O-oh, Yoshi," Jihoon menepuk pundak Yoshi pelan dan berdiri di sampingnya; matanya sedikit bergetar saat menatap Haruto yang duduk santai di kursi. Sedangkan Junkyu langsung duduk di depan Haruto dengan santai dan memutar kursinya untuk menghadap ke belakang.

"Jadi gapapa kan aku duduk di sini?" Haruto bertanya kepada Yoshi, "Soalnya project Miss Inna itu penting."

"Oke deh kalau gitu," Yoshi menjawab pelan. Jelas sekali kalau dia sedikit kecewa karena Haruto mengambil tempat favoritnya. Tetapi, ternyata ada untungnya juga menjadi anak presiden. Di kala seperti ini, orang pasti berpikir dua kali untuk menentangnya.

[HaruKyu] Is This Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang