Prolog

337 6 0
                                    

Pagi yang cerah untuk sendiri. Mega membenamkannya kembali ke dalam balutan selimut hangat kembang-kembang yang baru dibelikan mamanya seminggu yang lalu. Mega tak mau acara rutinitas setiap minggu pagi ini dirusak lagi oleh kakaknya. Mega tak mau acara wajib itu dirusak oleh sebongkah omelan-omelan kakaknya.

"Gaaaaaaa.....", suara melengking itupun terdengar lagi. Hh batin mega. Ini hari libur kali waktunya ngebo tuh ada apa sih si bawel udah ribut aja.

"Gaa sini deh gue mau ngomong" tak ada jawaban.

"Ga lo budek atau gimana sih. Ih percuma tau cantik-cantik budek. Eh lo ngebo ya. Payah banget lo" terdengar suara menaiki tangga. Mega langsung mengambil ancang-ancang menarik selimut hingga menutupi semua badannya.

Pintu terbuka. Sosok wanita kurus tinggi memasuki kamar mega. Menarik selimutnya dan berkacak pinggang.

"Apaan sih. Ini masih pagi tauk", ujar mega meronta meminta selimutnya dikembalikan.

"Eh yang ada nanya gitu gue tau harusnya. Lo masih pagi udah ngajak ribut. Es krim jatah gua di kulkas kok abis kok tinggal wadahnya doang? Kan gua udah kasih tau ga jangan dimakan semua es krimnya, bego", ujar kakak mega panjang lebar.

Glek! Memang mega yang menghabiskannya kemarin. Tapi dia tidak tau kalo kakaknya berpesan begitu. Mega berdiri menghampiri wastafel di kamar mandi di kamar tidurnya mengusap wajah sebentar lalu ngeloyor pergi meninggalkan kakaknya.

"Ga lo udah gila ya. Mana nih es krimnya?", ujar kakaknya sambil mengikuti jalan mega.

"Disini nih", ujar mega sambil mengusap perutnya.

"Dasar lo rakus ya. Terus jatah gua mana ga? Lo gak kasian nih perut gua udah meronta kesakitan minta es krimnya dan lo makan semua. Lo gak berperikeperutan kali ya"

Mega sampai di meja makan mengambil roti lalu mengoleskan selai kacang nuttela kesukaanya. Satu demi satu digigitinya roti itu sesekali meneguk susu yang sudah dipersiapkan bik ana sedari tadi.

"Ga lo lihat VCD gua gak? Yang kemarin baru gua beli sambil jemput elu", kini kakak laki-lakinya yang bertanya. Mega menggeleng.

"Kalo lo feb?"

"Gak"

"Dimana ya....", baru kakaknya akan meneruskan mamanya memecah keheningan.

"Dompet mama dimana ya?", mamanya sekarang bertanya.

Semua menatap mamanya sampai kedua adiknya yang main kejar-kejaran ikut tercengang. Mulai lagi nih, batin Mega. Seisi rumah pernah heboh kerja bakti mencari dompet mama yang hilang entah kemana. Kenapa nih keluarga nggak pernah beres ya? Batinnya lagi. Ceroboh semua deh atau turunan kali kecuali mega dan bik Ana.

"Mama tadi taruh mana lo", febby mulai membuka pembicaraan.

"Ya kalo mama tau udah daritadi ketemu kali feb", timpal mamanya.

"Tauk deh tolol lu feb",Donny kini yang bicara.

"Bukannya mama tadi belanja di pak Yudi bawa dompet ya ma. Baliknya bawa gak tuh", ujar Rafly, adik laki-laki Mega, sambil menatap Mama.

"Eh iya ya. Waduh terus gimana dong kalo ketinggalan di pak Yudi. Pak Yudinya udah jalan duluan lagi", ucap Mama sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Mega langsung mengambil handuk dan pergi mandi tanpa menghiraukan keluarganya yang sedang bingung mencari-cari dompet Mama. Sesekali terdengar suara kakaknya memanggil minta bantuannya ikut mencari, tapi Mega tidak memerdulikannya.

~~~~~~~~~~~~~~

Mega sudah berlari kecil sambil memasuki kawasan sekolahnya. Rafly adiknya yang sekolah sama seperti Mega  pun harus ikut berlari kecil mengikuti Mega.

"Kenapa sih, cepet banget", ucap Rafly sambil ngos-ngosan.

"Males gue telat, pelajaran pertama Pak Budi nih bisa mati kepanasan entar kalo telat dijemur di tengah lapangan sana", ucap Mega sambil menunjuk Lapangan mereka yang sangat besar mencapai setengah sekolah mereka.

"Oh", jawab rafly enteng.

Mega membelokkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri menuju kelasnya yang ada di paling pojok, XI-IPA-1. Mega melongokkan kepalanya ke dalam kelas. Fiuh, belum dateng tuh guru, untung saja batin Mega.

"Eh Ga, udah ngerjain peernya yang dikasih Pak Budi belum?"

"Hah emang ada ya?", jawab Mega kaget sambil sedikit membentak si pemilik suara, Guntur.

"Yang dikasihnya semingu yang lalu", jawab Guntur sambil menunjukkan buku tulisnya berisikan barisan angka-angka.

"Eh waduh belum nih, mati gue", kata Mega sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba pusing.

"Co Marco udah ngerjain belum?", sosok laki-laki tinggi menjulang berbulu mata lentik dan rambut berantakan, tetapi tetap menunjukkan sisi ganteng yang membuat semua cewek-cewek kelepek-kelepek setiap gerakkanya memasuki kelas dengan muka bantal.

"Hah? Oiya waduh belum", sosok ganteng itu berbicara.

"Wah, Co kita samaan nih, mana tinggal dua menitan lagi masuk, tuh Pak Budi  pasti nyuruh buat berdiri di lapangan lagi nih", ucap Mega sedikit menggerutu.

TEEEEET. Bagus batin Mega tidak sampai 2 menit bel itu sudah berbunyi dengan lantangnya.



a/n maaf kalo ada kesalahan dalam menulis cerita, maklum baru pertama kali:)

Semoga kalian suka!

Jangan lupa vote&comment below! thankies:)))

Kedai KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang