Mega siap berangkat sekolah. Sampai akhirnya matanya bertemu dengan orang yang berada di seberang rumahnya. Posturnya tegap, matanya setajam mata elang. Belum pernah Mega menyadari orang tersebut mempunyai mata seindah itu, sampai..
"Hai, Kak Dave", adiknya, Rafly menyapa orang bermata elang tersebut.
Lamunan Mega buyar ketika orang tersebut membalas sapan Rafly dengan tawa selebar-lebarnya membuat kesan. Ehm. Ganteng.
Rontaan Rafly bertubi-tubi meminta Mega lekas berangkat membuat Mega mendesah keras.
Orang bermata elang tersebut akhirnya melaju dengan motor sportnya. Meninggalkan Mega dengan sebongkah pertanyaan.
~~~~~~~~
Bel berbunyi.
Pelajaran olahraga. Pelajaran yang masuk ke dalam black list Mega. Dia tidak pernah suka dengan pelajaran itu. Berbeda dengan kedua temannya yang sekarang sudah berlari-larian menuju lapangan olahraga untuk berebut duluan sampai.
Mega menarik napas.
Basket.
"Mega tolong bantu Bapak buat bawa bola basket!", teriakan gurunya, Pak Andri membuyarkan lamunan Mega yang berandai-andai menikmati es krim sepulang sekolah nanti.
Mega segera menghampiri gurunya dan membawa bola basket ke tengah lapangan.
"Mainnya kelompokan ya, Mega sama Marco ngelawan Cindy-Gilang"
Apa-apaan nih. Ngelawan abas semua. Nggak lagi ngelucu kan nih orang.
"Yah, Pak. Masa saya sama si kuntet ini!", tolakan Marco membuat Mega mendelik ke arahnnya.
"Ngga ada pembantahan. Cepat lakukan!", kali ini lebih keras teriakan Pak Andri.
Belum lama dari suara peluit yang ditiup gurunya, Gilang sudah menguasai permainan, mengoper ke Cindy dan hap. Masuk.
"Nice shoot, Cin"
"Ga, salah lo nih, harusnya hadang Cindy dong", Marco tidak terima.
"Apaan coba. Lo juga harusnya hadang Gilang juga"
Kali ini giliran Marco dan Mega. Marco berhasil melewati Gilang yang berusaha merebut bolanya. Dan siap mengoper ke Mega.
Tapi rasanya bolanya nggak ke Mega. Kok bolanya tambah besar ya. Dan..
BUKK!!
Selanjutnya gelap.
~~~~~~~~
"Ga, lo udah sadar?", suara Guntur.
"Sorry Ga nggak sengaja kenak lo", suara Marco.
Kok atapnya putih, gue tadi kan masih olahraga. Masih main basket sama Marco. Ngelawan Cindy-Gilang. Masih..
Yaampun gue pingsan.
"Sorry lho Ga, maafin gue ya. Gak sengaja nih. Haha. Lagian lo nya sih nggak nangkep malah bolanya dliatin doang", Marco memelas. Uh wajahnya imut banget. Bangun Mega. Mega menepuk-nepuk jidatnya.
"Ehm, gimana ya Co", kata Mega sambil pura-pura berpikir.
"Yah, gue kan nggak sengaja"
![](https://img.wattpad.com/cover/39472266-288-k238038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Kopi
Teen Fiction"Sesempurna apapun kopi yang kamu buat kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tidak mungkin kamu sembunyikan"