"Tidak bisakah kalian melakukannya di dalam?" Sentak Doyoung, menatap jijik pandangan yang ada di hadapannya.
Bagaimana tidak jijik kalau melihat adegan yang tidak senonoh di dalam rumahnya. Siapa lagi kalau bukan Baekhyun, yang merupakan Appa dari Doyoung, bersama dengan Tiffany yang merupakan Eomma tirinya.
Baekhyun dan Tiffany langsung melepaskan pangutannya, dan langsung memisahkan diri. "Eoh Renjunie, kau sudah pulang?" Tanya Tiffany, mengalihkan peristiwa tadi.
Doyoung mendecih, begitu ia mendengar pertanyaan ibu tirinya. "Sangat klasik untuk mengalihkan pembicaraan. Aku pamit. Lain kali kalau memang mau bebas itu nyewa hotel! Kalau tidak mampu ya masuk ke dalam kamar! Jangan berbuat hal itu di ruang keluarga!" Sentak Doyoung, yang ingin pergi tapi tertahan oleh ucapan Baekhyun.
"Nanti malam ikutlah bersama kami menghadiri acara ulang tahun Appanya Yuta, Kriss Wu." Pinta Baekhyun.
"Maaf, aku tidak berminat." Tolak Doyoung.
"Kalau kau menolak? Fasilitas penunjang kehidupan Eomma milikmu akan ku cabut." Ancam Baekhyun, yang membuat anaknya menggeram, menggepalkan kedua tangannya, sampai buku-buku jarinya memutih.
"Kenapa kau meminta diriku, kalau aku sendiri tidak mempunyai hak untuk menolak?" Sarkas Doyoung tanpa membalikkan tubuhnya. Tubuhnya masih tetap membelakangi sang ayah dari atas tangga sana.
"Bersiaplah. Nanti kita akan berangkat bersama." Titah Baekhyun.
Doyoung tidak menjawab perintah sang ayah. Ia lebih memilih untuk naik ke atas kamarnya.
"Eonnie! Eonnie sudah datang!" Pekik seorang anak kecil yang baru saja keluar dari kamarnya.
Doyoung tersenyum, dan menghampiri anak itu. Menggendongnya dan membawanya masuk ke dalam kamarnya. "Winter sudah tidur siang? Sudah mandi belum?" Tanya Doyoung, mendudukkan Winter di atas ranjang miliknya.
Winter mengangguk antusias. "Aku sudah tidur siang, dan sudah mandi. Chulso Ahjumma yang memandikan aku!" Balas Winter dengan senyumannya, menatap Doyoung yang tengah mengganti bajunya.
"Bagus. Kalo gitu Winter tunggu Eonnie di sini ya. Eonnie mau mandi dulu, bau matahari soalnya." Ucap Doyoung, seraya mengusak surai rambut Winter.
"Eonnie! Jangan acak-acak rambut aku! Aku sudah di sisirkan sama Chulso Ahjumma!" Protes Winter.
Doyoung yang mendengarnya pun terkekeh. "Mianhe, Winter. Kalau gitu Eonnie mandi dulu ya. Kamu jangan ke mana-mana. Arraseo?" Ucap Doyoung, lalu masuk ke dalam kamar mandi, setelah mendapat anggukkan kepala dari sang adik.
Setelah menunggu beberapa menit, Doyoung akhirnya keluar dengan kimono handuk miliknya. Memakai dress yang ia pilih secara asal. "Eonnie mau ke mana?" Tanya Winter.
"Kita akan pergi bersama Appa. Apakah Appa tidak memberitahu dirimu?" Jawab Doyoung, menanyakan kembali kepada sang adik.
Winter menggelengkan kepalanya. "Tidak. Appa tidak memberitahu apa-apa." Ucap Winter dengan tatapan polosnya.
*cklek* pintu kamarnya yang di buka secara tiba-tiba, membuat ia mengurungkan niatnya untuk membalas perkataan sang adik. "Winter, sayang. Sini sama Eomma." Ujar Tiffany yang langsung masuk, tanpa mengetuk pintu dahulu.
Doyoung menghela nafasnya kasar, ketika ia melihat ibu tirinya. Ia langsung melihat Winter, dan menyuruhnya untuk pergi. "Winter, kamy siap-siap dulu ya. Eonnie ingin bicara dengan Eomma-mu." Titah Doyoung yang langsung di turuti adik tirinya.
"Apakah tangan-mu lumpuh? Sehingga kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk." Sarkas Doyoung, memandang ibu tirinya dengan tatapan datarnya.
"Untuk apa. Aku nyonya di rumah ini. Tidak perlu mengetuk pintu." Balas Tiffany yang tidak kalah sarkas.
"Tch! Berlagak sekali menjadi nyonya, padahal cuma selingkuhan yang tidak sengaja di angkat menjadi istri kedua karena hamil duluan." Balas Doyoung.
"Walaupun seperti itu, tetap saja aku nyonya di rumah ini. Kau masih ingin menganggap Eomma-mu yang sudah mati itu sebagai nyonya di rumah ini?!" Balas Tiffany yang sukses membuat anak tirinya marah.
"Eomma-ku tidak pernah mati!" Peringat Doyoung dengan geram.
"Ya ya ya. Eomma-mu tidak mati, tapi seperti mayat hidup yang hanya bisa berbaring lemah di ranjang rumah sakit, tanpa bisa membuka matanya." Balas Tiffany.
"Kenapa kau tidak menyerah saja dengan kehidupan Eomma-mu?" Tanya Tiffany.
"Dan membiarkan dirimu menjadi nyonya utama di rumah ini? Mengaca lah, kau hanya selir di sini. Tidak pantas untuk menjadi ratu di rumah ini." Sahut Doyoung.
"Ck, tapi sebentar lagi aku akan menjadi ratu. Umur Eomma-mu tidak akan lama lagi. Hidup Eomma-mu selama ini di bantu oleh alat kesehatan. Aku tinggal membujuk Appa-mu saja untuk mencabut semuanya. Mudah bukan?" Balas Tiffany dengan seringaiannya.
"Dan kau pikir aku akan diam saja? Kalau sampai hal itu terjadi? Aku akan membeberkan semuanya kepada awak media. Biar seluruh dunia tau Kim Family yang sebenarnya." Balas Doyoung.
"Perusahaan akan hancur kalau sampai aku membeberkan semuanya. Jadi, bersikap baiklah, dan jangan pernah memancing kesabaran yang aky punya. Kau tau sendiri bukan bahwa kesabaran aku ini sangat tipis?" Sambung Doyoung, lalu pergi meninggalkan ibu tirinya.
"Ck! Anak itu memang benar-benar susah di atur! Aku harus menyingkirkan dia dari rumah ini!" Geram Tiffany, menatap anak tirinya.
"Eonnie!" Panggil Winter.
"Eomma, Eonnie ke mana?" Tanya Winter, menatap sekitar untuk mencari keberadaan sang kakak.
"Eonnie-mu sudah ke bawah. Kajja! Kita susul Eonnie dan Appa-mu." Seru Tiffany, yang mulai menggandeng tangan Winter, dan menyusul Doyoung serta Baekhyun.
Sampai di bawah, suaminya dan anak tirinya sudah stand by di sana. Mereka langsung saja berangkat, masuk ke dalam mobil yang sama. Membelah kota Seoul selama beberapa menit, dan akhirnya mobil itu berhenti di depan hotel berbintang yang sangat terkenal di Seoul.
Mereka pun mulai turun bersama, mulai berjalan bersama dan masuk ke dalam secara bersama. Sampai di dalam, Dpyoung langsung di sambut oleh dua orang pria yang sedang mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan miliknya.
Doyoung melihat kedua tangan pria itu. Pria itu adalah Yuta dan Taeyong yang sedang mengulurkan tangannya untuk di gandeng dirinya. Bukannya memilih, dia malah melengos pergi, tidak berniat untuk menggandeng salah satunya.
Baik Taeyong dan Yuta yang melihat itu pun tidak tinggal diam, mereka langsung menghampiri Doyoung yang sedang berjalan menuju makanan.
"Kau terlihat sangat cantik malam ini." Seru Taeyong, dengan gummy smile andalannya.
"Aku memang sangat cantik setiap harinya." Ralat Doyoung, akan ucapan temannya ini.
"Bajja. Kau memang setiap hari cantik." Seru Taeyong, membenarkan ucapan Doyoung.
"Mana kado-mu?" Tanya Yuta kepada Doyoung.
Doyoung mendelik ketika mendengar perkataan Yuta. "Untuk apa kau meminta kado? Yang ulang tahun itu Appa-mu bukan dirimu." Peringat Doyoung.
"Kau benar. Appaku memang yang berulang tahun. Tapi aku yang akan mewakilkan Appaku untuk meminta kadonya. Jadi, mana kado-mu?" Tanya Yuta.
Doyoung langsung memberikan ponselnya. "Ketik nomor rekening Appa-mu. Aku akan mentransfer sekarang." Ucap Doyoung dengan santainya.
"Uang Appaku sudah banyak. Appaku tidak perlu ini." Tolak Yuta, mengembalikan ponsel milik Doyoung.
"Terus apa yang di inginkan Appa-mu?" Tanya Doyoung.
"Cium aku. Appaku ingin kau mencium diriku."
KAMU SEDANG MEMBACA
BESTFRIEND? IT'S BULLSHIT! - TAEDOYUTA
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK TAEDOYUT, TAEDO, YUDO SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDUPA...