7. One of Many Part time

65 3 0
                                    

*drt drt* suara dering ponsel Doyoung bergetar. Doyoung yang baru saja menyelesaikan aktivitas mandinya, ia pun langsung mengangkat telepon itu yang ternyata dari rumah sakit, dimana sang Eomma berada.

Selamat siang, Nona Kim. Kami ingin memberitahukan bahwa keadaan Eomma nona sedang kritis di rumah sakit. Para dokter dan perawat sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawa Eomma anda.

Doyoung langsung bergegas mengambil kunci mobilnya, setelah mendengar kalimat yang di ucapkan sang perawat.

Tolong selamatkan Eomma-ku bagaimana pun caranya.

Balas Doyoung, yang langsung menutup teleponnya sepihak. "Kau mau ke mana, Doyoung-ah?" Tanya Yuta, yang melihat Doyoung yang sedang berjalan ke arah mereka dengan penuh gelisah.

Doyoung tidak menjawab, ia langsung melangkahkan kakinya keluar, dan langsung masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan area perkarangan rumahnya, dan kedua temannya, serta adiknya yang ada di sana.

Yuta yang melihat temannya masuk ke dalam mobil, ia pun ingin segera menyusul temannya itu, tapi ia ingat kalau mobilnya ada di sekolah. Akhirnya dia hanya bisa menghela nafasnya pasrah, lalu kembali ke dalam rumah temannya.

"Doyoung, dia udah selesai?" Tanya Taeyong yang baru saja membuatkan minuman untuk Winter, karena anak kecil itu meminta untuk di buatkan minuman.

"Dia baru saja pergi." Jawab Yuta, di sertai dengusan kesal.

"Ke mana?" Tanya Taeyong, yang di balas hedikkan bahu oleh temannya.

"Aku juga tidak tau." Balas Yuta.

---

Doyoung terus menjalankan mobilnya, sampai akhirnya ia tiba di depan rumah sakit berskala Internasional ini. Masuk ke dalam rumah sakit, setelah berhasil memarkirkan mobilnya, dan langsung berlari menuju ke ruang ICU. Tempat sang Eomma yang sedang di rawat di sana.

"Maaf, anda tidak bisa masuk ke dalam, Nona." Ucap sang perawat, yang tidak mengizinkan dirinya untuk masuk.

Sedangkan ia, ia terpaksa harus menunggu di depan ruang ICU. Dengan tubuh yang gemetar, rasa ketakutan yang muncul, serta kegelisahan, membuat tubuhnya semakin bergetar. "Eomma, jangan tinggalin aku. Aku butuh Eomma di sini."

"Tuhan, jangan ambil Eomma-ku dulu. Aku masih tidak bisa hidup sendiri Tuhan."

"Tolong aku Tuhan. Aku tau kamu sangat menyayangi Eomma-ku. Tapi aku mohon jangan ambil dia sekarang."

"Eomma, bertahan-lah. Aku mohon."

Berbagai macam doa, dan keinginan terus di ucapkan oleh dirinya. Ia terus berdoa kepada Tuhan agar Eomma-nya tidak di ambil oleh sang pencipta.

Setelah setengah jam dirinya menunggu, akhirnya para dokter dan perawat keluar dari ruangan. Ia yang melihat itu pun langsung menghampiri sang dokter. "Bagaimana dengan Eomma saya, dokter?" Tanya Doyoung, menatap dokter penuh permohonan. Keringat dingin terus mengucur di pelipis kepalanya.

"Eomma kamu berhasil kita selamat-kan." Ucap sang dokter, yang sukses membuat dirinya terjatuh senang.

Sangking senangnya, ia tidak bisa berdiri dengan benar saat ini, membuat kakinya tidak bisa menampung bobot tubuhnya karena terlalu senang. "Terima kasih Tuhan. Terima kasih karena telah mengabulkan doa-ku." Ucap Doyoung dengan senyuman merekahnya.

"Tapi kita butuh transplatasi jantung dengan jangka waktu yang cepat. Eomma-mu sangat membutuhkan itu, Nona Kim." Sambung dokter.

"Kami tidak dapat memprediksi kapan Eomma-mu pergi, kalau transplatasi ini tidak segera di lakukan. Dan masalah administrasi? Kau bisa tanyakan kepada petugas administrasinya. Tuan Kim sudah menyerah dengan keadaan Nyonya Kim. Jadi dia berniat tidak ingin melanjutkan pembayaran Nyonya Kim. Anda juga bisa menemui Nyonya Kim setelah ini, setelah ia di pindahkan ke ruang rawat inap." Ucap sang dokter, lalu pergi meninggalkan dia sendiri.

Dia langsung menyeringai ketika mendengar perkataan sang dokter. Ia tau kalau Appanya akan menghentikan pembayaran sang Eomma. Ia pun tidak kaget akan hal itu. Karena ia sendiri pun sudah memiliki uang yang telah ia kumpulkan selama ini.

Ia langsung menuju ruang administrasi untuk membayarkan biaya rumah sakit sang Eomma. Memberikan kartu debitnya kepada petugas admin. Mengetikkan kata sandi di mesin adc, lalu pembayaran pun berhasil di lakukan.

Setelah membayar administrasi, ia akhirnya pergi untuk ke ruangan Eomma-nya.

*cklek* pintu ruangan di buka oleh Doyoung. Perlahan ia mulai mendekati Eomma-nya yang sedang terbaring lemah di sana. Ia langsung mengambil duduk di kursi, tepat di samping brankar sang Eomma.

Semuanya hening, hanya suara mesin ekg yang jadi suara di antara mereka berdua. Ia terus menatap Eomma-nya dalam diam. Ia sudah tidak tau harus berkata apalagi kepada sang Eomma.

Dulu pas pertama kali sang Eomma masuk ke dalam rumah sakit, dia sering menemani Eomma-nya. Bercerita banyak hal tentang harinya yang telah berlalu dan sering berdoa di samping Eomma-nya, dia juga sering menangis ketika melihat keadaan sang Eomma yang terus saja menutup matanya.

Tapi sekarang ia tidak melakukan hal itu lagi. Ia hanya diam, dan menatap sang Eomma dalam diam. Ia tidak bisa menceritakan apapun yang telah di alami-nya kepada sang Eomma.

Yang ia lakukan ketika berkunjung adalah berdoa dalam hati agar sang Eomma dapat membuka mata-nya. Hanya itu, selebihnya ia hanya diam menatapi wajah sang Eomma yang sangat pucat.

Setelah puas memandangi sang Eomma, Doyoung pun pamit pulang kepada sang Eomma. "Eomma, aku pulang. Aku akan kembali lagi. Jadi, cepat kembali arraseo?" Ucap Doyoung lalu pergi dari ruangan Taeyon, sang Eomma. Ia terus jalan menelusuri koridor, menuju parkiran rumah sakit.

*drt drt drt* Notifikasi Doyoung berbunyi lagi. Sebenarnya sudah bergetar daritadi, tapi ia abaikan semuanya.

Ada notifikasi pesan dan telepon masuk dari Taeyong dan Yuta. Ada juga pesan masuk dari temannya.

From : Joy.
Kau dimana? Cepat-lah, ini sudah shift-mu.

Ia langsung melihat jam yang ada di ponselnya. Dan ternyata memang sudah jam shiftnya. Ia langsung saja membalas isi pesan itu.

To : Joy
Aku on the way! Sabar ya.

Setelah mengirimkan pesan itu, ia langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi menuju tempat yang ia tuju.

Selama beberapa menit, ia akhirnya tiba di sebuah restaurant terkenal. Ia langsung saja masuk ke dalam restaurant itu.

Memberikan id card karyawannya, lalu masuk ke dalam. "Kau ke mana saja, Doy?" Tanya Joy, membuka apronnya.

Ia yang melihat itu langsung mengambil apron temannya dan memakainya. "Mianhe, aku ada urusan tadi. Maafkan aku karena telah membuatmu pulang lambat" Ucap Doyoung.

Joy menganggukkan kepalanya. "Gwenchana. Aku pulang dulu ya!" Pamit Joy, yang langsung di balas Doyoung.

Doyoung pun mulai melakukan pekerjaannya. Mencuci piring kotor adalah salah satu pekerjaannya, di antara pekerjaan part time yang ia lakukan.

BESTFRIEND? IT'S BULLSHIT! - TAEDOYUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang