1

2.8K 287 36
                                    

Sore itu, jalanan Jakarta cukup macet seperti biasa. Nazleen dengan Vespa matic putihnya meliuk-liuk di jalanan untuk menyalip kendaraan agar bisa cepat sampai ke rumah dan membersihkan dirinya yang sudah lengket dengan keringat akibat seharian di kampus. Maklum, mahasiswa mendekati semester akhir sedang sibuk-sibuknya.

Sampai dipertigaan jalan menuju komplek rumahnya, ternyata disana ada pemeriksaan identitas karena kemarin ada kasus dugaan terorisme yang cukup menggemparkan.

Priiittt... Priiittt...

Nazleen berdecak di balik maskernya saat seorang polisi dan tentara memintanya untuk menepi.

"Halo dek, selamat sore. Bisa tolong dibuka helm dan maskernya, sekalian kami periksa indentitas nya?!"

Nazleen tidak menjawab, namun ia tetap membuka masker dan helm Cargloss nya. Lalu, ia mengambil dompet dari saku celananya untuk mengambil KTP, SIM, dan STNK miliknya, walaupun sejujurnya ia sangat malas, terlebih lagi saat mendengar sapaan mereka di awal, rasanya ia ingin muntah.

"Manis banget, Dek. Saya boleh minta nomornya?"

Nazleen mengernyit tidak suka. "Maaf, Pak. Saya udah punya anak! Ini udah selesai belum ya? Soalnya saya buru-buru, anak saya kecebur got!"

"O-oh, udah kok! Ini... Silahkan jalan, terimakasih kerjasamanya, Dek manis..."

Hueeekkkk.
Nazleen benar-benar ingin muntah mendengar suara buaya berseragam itu karena rata-rata modusnya sama. Sksd, caper, pamer seragam, dan password nya 'halo, dek!'.

Setelah melewati perjalanan yang cukup menguras tenaga dan emosinya, akhirnya ia sampai di rumahnya.

"Nana pulang!"ucap Nazleen saat memasuki rumahnya.

"Halo, sayang. Istirahat gih, sekalian mandi, nanti jangan lupa turun buat makan malem!"ucap Giandra---Baba Nazleen---sambil mengecup pipi anak bungsunya itu.

"Baba, Papa sama Kakak makan duluan aja, Nana capek, nanti Nana makan belakangan!"

"Ada yang mau Papa omongin sama Nana, penting!"

"Ya udah iya, nanti Nana turun pas jam makan malem. Kalo gitu Nana ke atas dulu, mau mandi!"Nazleen mengecup pipi Giandra, lalu menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2, tepat di sebelah kamar Delvin, sang Kakak.

"Baru pulang?"

Nazleen menoleh dan mendapati Kakaknya yang baru saja keluar dari kamar sebelahnya. "Iya, Kak. Nana masuk dulu ya, mau bersih-bersih!"

"Eh tunggu bentar! Ada oleh-oleh dari Mas Hengky, kemaren dia baru pulang dari Paris!"

Delvin kembali masuk ke kamarnya untuk mengambil bingkisan yang diberikan pacarnya untuk adik kesayangannya itu.

"Nih, kata Mas Hengky ini spesial buat Adek!"ucap Delvin sambil menyodorkan bingkisan itu pada Nazleen.

"Jangan panggil adek! Nyebelin banget sih! Bilangin makasih dari Nana buat Mas Aheng!"decak Nazleen yang merebut bingkisan itu dengan kasar, lalu masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu dengan keras.

Nazleen tidak suka dipanggil Adek karena itu mengingatkannya pada kaum halodek yang ia sangat red flag dalam kamus hidupnya.

"Dak Dek Dak Dek, apaan sih?! Gak jelas!"

****

Selepas acara makan malam, Bimasena Raharja selaku kepala keluarga, mengajak suami dan kedua anaknya untuk duduk dan mengobrol di ruang keluarga.

"Kata Baba, Papa mau ngomong sama Nana?"tanya Nazleen membuka pembicaraan.

Bimasena mengangguk sambil menatap Nazleen. "Tahun depan kamu lulus kuliah, Papa dapet laporan kalo nilai kamu turun dan sering terlambat ngumpulin tugas. Kamu bosen kuliah apa gimana?"

Halodek || Nomin 🔞 (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang